Sore hari, Velgard tidak memiliki minat untuk pergi bersama Jace, padahal temannya itu sudah jauh-jauh menjemput. Saat ini Velgard memikirkan mengenai apa yang terjadi pada Bevrlyne hari ini, ia sedikitnya sudah menduga bahkan sampai memperkirakan bahwa adiknya itu pasti memiliki suatu kekuatan yang cenderung mirip bahkan sama dengan kekuatan yang dirinya miliki.
Tentu saja ia masih tetap terkejut dan benar-benar tak percaya, memperkirakan dan melihat secara langsung adalah sesuatu yang sangat berbeda.
Siang tadi, tangan Bevrlyne tidak kunjung berubah kembali seperti sedia kala sehingga Velgard terpaksa harus membalut tangannya menggunakan perban lalu menutupnya dengan kaos yang ia kenakan. Ia meminta izin pada guru piket untuk pulang lebih awal agar bisa mengantar Bevrlyne pulang. Alibinya adalah Bevrlyne terluka ketika berada di toilet.
Sebenarnya alibi itu sempat menimbulkan masalah akibat sekolah yang menyediakan ruangan perawatan bagi murid yang cedera, Bevrlyne dipaksa untuk pergi ke sana.
Pada akhirnya mereka berhasil pulang dan tiba di rumah dengan selamat. Tapi hal itu bukan sesuatu yang bisa membuat mereka bisa lega, masalah yang paling utamanya adalah tangan Bevrlyne masih berbentuk seperti tangan monster.
Sudah beberapa cara mereka lakukan untuk mencoba mengenyahkan perubahan itu, tapi hingga beberapa waktu berlalu usaha mereka tidak membuahkan hasil apa-apa. Bevrlyne yang lelah memutuskan untuk tidak peduli dan segera tidur di ruang tengah.
Di luar dugaan, sore ini tangannya sudah kembali seperti semula, sisiknya sudah kembali pada kulit normal miliknya. Melihat kejadian itu, Velgard berasumsi bahwa kekuatan mereka muncul dan pergi dengan sendirinya, hanya saja durasi kemunculannya berbeda-beda.
Contohnya adalah ketika matanya menyala, pendaran cahaya biru itu tidak berlangsung lebih dari setengah jam, lain halnya dengan tangan Bevrlyne yang berubah, itu berlangsung sekitar tiga sampai empat jam lamanya.
“Atas kejadian ini, aku bisa berasumsi kalau Bev juga punya kekuatan yang sama sepertiku. Kekuatan s****n yang datang dan pergi seenaknya.” Velgard bergumam di sana. Ia merenungi apa yang telah terjadi pada diri mereka.
“Dan kemunculan kekuatan ini adalah yang paling lama dari yang sejauh ini kuketahui, aku tak pernah membuat kekuatan aneh ini bertahan memunculkan diri lebih dari setengah jam.” Velgard berbicara sendiri lagi. “Sementara dia, empat jam itu adalah waktu yang sangat lama, bagaimana bisa bertahan selama itu? Aku benar-benar tidak tahu cara kerja kekuatan menyebalkan ini.”
“Jika diingat-ingat lagi, bahkan yang selama ini pernah kukeluarkan hanya kekuatan yang sekejap mata saja munculnya, dan sebagian besar bukan kekuatan yang berhubungan dengan anggota tubuh.”
Mengingat akan kejadiannya, ia kembali memutar ingatan mengenai apa-apa saja yang pernah dirinya alami selama kekuatannya mulai muncul. Kekuatan yang datang dengan sendirinya, tanpa suatu pemicu, tanpa kejadian khusus dan tanpa adanya dorongan dari apa-apa, kekuatan aneh itu datang dengan sendirinya begitu saja tanpa dikehendaki.
Velgard ingat ketika sore hari ia belanja sendirian lalu dikejar seekor anjing gila, itu membuatnya tiba di rumah dua puluh menit lebih cepat, padahal jika menggunakan sepeda atau kendaraan umum, ia tetap tak akan sampai secepat itu. Tanpa dirinya sadari, kekuatan aneh itu muncul berupa kemampuan kecepatan yang membuatnya bisa berlari begitu cepat tanpa merasa kelelahan sama sekali. Kecepatan dan staminanya bertambah besar, sayang sekali karena ia tak bisa memanggil kekuatan itu lagi, hanya muncul pertama kali saat peristiwa itu saja lalu tak pernah muncul lagi.
Lalu ketika suatu hari ia bermain ke rumah Edgarーteman satu tim football dengannya, ia tak sengaja membengkokkan pagar besi rumah anak laki-laki itu. Padahal, saat itu, ia hanya berniat untuk menarik pagar besi, tapi cengkeramannya luar biasa kuat.
Kejadian terakhir adalah terjadi ketika berada di belakang sekolah, sekitar empat hari yang lalu, ia naik ke atas sebuah pohon dengan kecepatan yang tak bisa ditandingi oleh ras monyet sekalipun. Dan kejadian finalnya adalah kemarin, yang mana kejadian itu membuat matanya kanannya bercahaya, kekuatan aneh yang masih belum dirinya ketahui apa fungsi dan manfaatnya, sejauh ini hanya mata kiri yang mengeluarkan pendaran cahaya biru terang saja, tidak lebih dari itu.
Velgard ingat jika bukan hanya dirinya saja yang mengalami keanehan yang terjadi pada tubuhnya,. Setelah kejadian yang menimpa adiknya hari ini, ia merasa bahwa semuanya menjadi masuk akal, semua yang pernah Bevrlyne alami tak pernah Velgard sangkutpautkan dengan kemunculan kekuatan yang aneh itu. Selama ini Velgard hanya mengira bahwa dirinya seorang saja yang mendapatkan kekuatan itu, adiknya sendiri tidak.
Tapi ia tidak memperhatikan detail kecil dan beberapa keanehan yang selama ini terjadi di sekitarnya, kejadian yang dialami oleh Bevrlyne padahal memperlihatkan kekuatan yang dirinya miliki.
Malam pertama ketika Bevrlyne tidur bersamanya, tepat pada waktu tengah malam gadis itu tiba-tiba saja berteriak sehingga membuat lampu-lampu di dalam kamar Velgard mengalami konslet lalu terbakar. Hari berikutnya, itu juga langsung memengaruhi listrik rumah. Ibu mereka menyimpulkan jika terbakarnya semua lampu di kamar Velgard adalah karena hubungan pendek arus listrik, tapi Velgard yakin jika itu disebabkan oleh teriakan Bevrlyne.
Malam itu, Bevrlyne berteriak karena mengaku melihat monster di luar jendela, cakarnya mengetuk kaca jendela kamar yang saat itu tak ditutupi gorden. Sejak saat itu pula, Bevrlyne jadi mudah ketakutan dan paranoid.
Lalu ada kejadian di mana ia memergoki ketika Bevrlyne bermain air wastafel di dapur, ia menganggap adiknya itu sedang menciprat-cipratkan air saja, padahal nyatanya ia sedang mengendalikan butiran air tanpa sepengetahuan siapa pun.
“Jadi, selama ini Bevrlyne memang sudah memiliki kekuatan yang sama seperti yang kumiliki, hanya saja dia tetap merahasiakannya sama sepertiku.” Velgard tertawa sambil tersenyum meratapi kebodohannya karena tidak sadar sejak awal.
“Jika diingat-ingat lagi, aku juga mulai bermimpi aneh setelah kekuatan ini muncul. Entah kenapa aku selalu lupa mimpi macam apa yang selama ini kualami.” Ia berbicara sendiri. Selama beberapa lama ia merenungkan mengenai kekuatan yang dirinya dapatkan, ia bingung harus mengambil metode seperti apa untuk melatih diri dan kekuatan itu agar tidak seenaknya muncul, setidaknya bisa muncul dalam waktu tertentu di mana ia bisa mengaturnya.
Sayangnya, setelah beberapa lama ia memikirkan ini, setelah berhari-hari memikirkan bagaimana cara melatihnya, Velgard belum juga mendapatkan apa-apa, ia belum menemukan cara yang tepat dan cocok untuk dirinya bisa melatih diri agar kekuatannya setidaknya bisa ia kontrol meski hanya sedikit saja.
Karena ia berpikir keras dan merenungi semuanya, ia tidak menyadari ketika Bevrlyne berjalan keluar dari rumah lalu berhenti tepat di hadapannya. Gadis itu bertolak pinggang sambil memperhatikan saudaranya.
“Apa yang kau lakukan di sini sendiri?” tanya Bevrlyne yang membuat Velgard sadar dari lamunannya, sadar dari segala pemikirannya mengenai metode untuk mengatur dan mengendalikan kekuatannya.
Velgard mengangkat wajah sehingga keduanya saling bertatapan.
“Sudah merasa lebih baik?” balas Velgard yang menjawab pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lagi. Bevrlyne mengangkat kedua tangannya ke depan wajah lalu menggerak-gerakkannya, bahkan menggerakkan jari-jarinya untuk memastikan semua sudah seperti sedia kala.
“Sepertinya bentuk cakar monster itu sudah hilang.”
“Baguslah, itu kabar baik.” Velgard membalas.
“Ya, aku senang karena kedua tanganku sudah kembali normal. Rasanya mengerikan apabila tangan monsterku terus bertahan sepanjang waktu, aku tidak akan bisa melakukan pekerjaan rumah.”
“Ya, cakar dan sisik itu terlihat mengerikan bagimu. Tapi akan terlihat indah apabila digunakan di medan pertempuran melawan manusia serigala.”
“Oh, sudahlah. Aku malas membahasnya.”
“Aku ingin berlatih football, tapi di sini tidak ada teman dan lapangannya. Tadi Jace mengajakku pergi, tapi aku menolaknya.” Velgard langsung memberikan jawaban atas pertanyaan yang Bevrlyne lontarkan pertama kali, ia beranjak berdiri lalu memandang keadaan sekitar.
“Kenapa? Aku tidak akan ke mana-mana bukan? Kau bisa pergi.” Bevrlyne masih belum sadar maksud dari perkataan Velgard.
“Yah, sebenarnya itu yang ingin kulakukan tadi, tapi aku ingat kalau adikku tangannya masih berbentuk monster dan dia perlu bantuan dariku.” Velgard mengatakannya dengan bangga, bahkan sambil tersenyum.
“Wah, manis sekali. Kau pasti meledekku habis-habisan ketika aku sedang tidur.”
“Hei, jangan memfitnah diriku. Kau membuatku sakit hati.” Velgard langsung memprotes tak suka.
Bevrlyne tertawa singkat karena ekspresi kakaknya itu sangat menggelikan.
“Omong-omong terima kasih, sepertinya apa pun yang kau lakukan, itu berhasil membuat tanganku normal lagi.” Setelah mengatakan itu, Bevrlyne berjalan pergi meninggalkan Velgard saat itu juga.
Velgard sebenarnya ingin mengaku bahwa dirinya tidak melakukan apa-apa, tangan itu kembali seperti semula tidak dengan bantuannya, itu terjadi begitu saja, terjadi dengan sendirinya.
Velgard hendak buka suara, sayangnya Bevrlyne sudah pergi kembali ke dalam rumah.
“Sepertinya aku harus menunda waktu untuk membahas mengenai kekuatan yang kami miliki.” Ia bergumam pelan sambil menggaruk kepalanya karena merasa bingung.
***