Bevrlyne merasakan tubuhnya tak nyaman, mata kirinya terasa agak panas seolah ada biji cabai yang masuk ke dalam sana sehingga ia merasa seperti itu, bukan hanya terasa panas, itu juga perih. Hanya yang menjadi pusat perhatiannya saat ini bukan rasa yang diterima oleh matanya. Itu bukan apa-apa dibandingkan dengan punggung dan seluruh tubuh bagian belakangnya.
Sepertinya dirinya terlentang di atas permukaan yang kasar dan keras sehingga tubuhnya begitu terasa menyakitkan, rasanya benar-benar teramat sangat tak nyaman. Bukan hanya itu saja, ia merasakan jika napasnya tercekat, ia tersedak oleh udara kotor dengan bau yang tak sedap itu.
Indra pendengarannya menangkap suara-suara yang menyakitkan hati dan telinga, ada suara ledakan dan jeritan yang amat memilukan, ada suara halus seperti lesatan sesuatu yang menggesek udara lalu ledakan lagi. Banyak suara-suara yang menggumamkan kalimat aneh yang Bevrlyne tak kenali sama sekali.
Tak tahan dengan situasi dan segala yang dirinya rasakan, Bevrlyne memaksakan membuka kelopak matanya. Ia langsung mengucek matanya saat itu juga. Napasnya yang berat membuat dirinya batuk saat itu juga, udara dipenuhi debu yang mengganggu penglihatan dan pernapasan. Bisa-bisa ia mengalami ISPA jika berada terlalu lama di tempat yang sedemikian buruk ini.
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Bevrlyne memutar kepala memandang keadaan sekitar, semuanya gelap tanpa ada penerangan lampu, hanya ada cahaya bintang dari langit dan api yang menyala di mana-mana, melalap habis apa yang dapat dibakar.
Anak perempuan itu mengubah posisinya menjadi duduk dengan gerakan yang susah payah. Tubuhnya terasa amat berat untuk digerakkan, tapi pada akhirnya ia membuahkan suatu hasil yang diharapkan.
Bevrlyne masih saja batuk, tenggorokannya terasa kering. Ia sadar bahwa dirinya tergeletak di atas reruntuhan bangunan yang benar-benar hancur. Pantas saja rasanya benar-benar tak nyaman, itulah jawabannya.
Sontak saja dirinya bingung dengan keadaan ini, jika sebelumnya ia hanya memimpikan keadaan seperti ini, kini dirinya bukan hanya melihat keadaan, tapi berada di tempat kejadian secara langsung.
Di sekitar sini tak ada bangunan yang berdiri, di daerah tempatnya berada hanya dipenuhi dengan puing-puing bangunan yang berantakan berceceran di mana-mana dalam berbagai ukuran. Sepertinya sekitar delapan atau lebih, bangunan di sekelilingnya sudah diratakan oleh sesuatu yang sama sekali tak dirinya ketahui.
Tatapan matanya tampak mampu melihat beberapa kilo ke sekitar di mana masih banyak gedung yang masih berdiri meski sebagian besar memiliki kondisi yang tak karuan, keadaannya sudah hancur sebagian dikarenakan oleh sesuatu. Bahkan pada beberapa bangunan masih terdapat ledakan dan hampir semua gedung tinggi itu mengeluarkan asap. Di sini Bevrlyne tak mampu melihat adanya pemilik suara makhluk hidup yang tadi dirinya dengar.
“Apa yang terjadi di sini?” tanyanya. Ketika masih diliputi dalam kebingungan, ia melihat dari balik debu yang beterbangan, tepat di hadapan matanya dengan jarak beberapa ratus meter, sebuah bangunan yang tal berbentuk kotak seperti pada umumnya itu meledak dari bagian bawah sehingga bangunan tersebut perlahan ambruk ke sisi samping.
Itu adalah bangunan dengan tinggi enam puluh lantai, suara gemuruh atas runtuhnya bangunan itu terdengar amat jelas dari pendengarannya.
“Gedungnya ... runtuh.” Bevrlyne hendak beranjak berdiri, tapi rasanya berat sekali, terlebih sepertinya tubuhnya tak memiliki tenaga lebih untuk membuat dirinya bergerak dan pergi dari sana.
Pada sekeliling tempat Bevrlyne berada tak terdapat makhluk hidup mana pun selain dirinya saja, tak ada mayat atau sesuatu yang tergeletak di sekitar sana. Hanya ada bangunan yang berupa puing saja memenuhi daerah tersebut.
Terdapat ledakan lagi dan lagi di tempat itu. Bevrlyne menutup wajahnya dengan lengan jaket yang dikenakannya. Empasan udara dari efek ledakan memiliki tekanan yang besar, kerikil dan batu kecil beterbangan bersama debu yang mengepul.
Bevrlyne kembali terlentang di sana karena terkena dorongan yang kuat, kepalanya bahkan sampai membentur reruntuhan dengan cukup keras.
“Aw.” Ia meringis dengan kedua tangan masih melindungi wajahnya dikarenakan tekanan angin masih berlangsung, ketika beberapa detik berlalu, tekanan ledakan berhenti. Bevrlyne menyingkirkan kedua tangan dari wajahnya, tenggorokan sakit, kering dan tersendat.
Dengan gerakan yang lemah, ia coba mengubah posisinya untuk kembali bangkit, tapi ia langsung mengurungkan niatnya ketika ada suara aneh yang selama ini tak pernah dirinya dengar, kini suara itu tiba-tiba saja berderu di sekitarnya.
Tak lama setelah itu, dari kegelapan malam sana, pasang mata Bevrlyne menangkap sosok sesuatu yang menghasilkan suara aneh yang cukup keras membuat gangguan telinga itu terjadi.
Itu adalah sebuah pesawat luar angkasa yang memiliki bentuk seperti monster, memiliki cahaya hijau yang mengerikan dan banyak bagian yang runcing di sekitarnya. Jika dilihat dari jauh, kendaraan yang melayang di atas sana tampak mirip seperti serangga monster.
Bevrlyne hanya melihat bagian bawahnya saja, tapi ia merasa sangat ketakutan, matanya membelalak dengan sekujur tubuh merinding. Pesawat raksasa hitam dengan cahaya hijau itu memiliki aura yang mengerikan. Entah kenapa, bagaimana caranya dan apa alasannya, tapi Bevrlyne dapat merasakan kejahatan dan kengerian yang dimiliki oleh pesawat raksasa tersebut.
Dari arah samping, pesawat itu tampak melayang dengan gerakan yang pelan seperti sedang memindai keadaan kota yang sudah diserang dan dihancurkan itu.
Ukuran benda itu memiliki lebar sekitar lima sampai delapan ratus meter, lalu panjangnya lebih dari satu kilo. Sungguh merupakan ukuran kendaraan yang teramat sangat besar bagi Bevrlyne. Meski sudah melaju dengan pelan, pesawat itu masih saja belum melewati tubuh Bevrlyne sepenuhnya.
“Apa itu? Apa mungkin itu adalah pesawat luar angkasa? Tapi kenapa ukurannya sangat besar dan bentuknya sangat mengerikan seperti itu.” Ia bertanya-tanya dalam pikirannya. Tubuh gadis muda itu hanya bisa bergeming terlentang di atas reruntuhan, ia melupakan rasa sakitnya tatkala menyaksikan benda yang entah bagaimana caranya bisa memengaruhi dirinya dengan suatu perasaan yang buruk.
Hampir satu menit berlalu, pada akhirnya ujung kendaraan itu benar-benar melewati tempat Bevrlyne berada. Namun sensasi dan getaran tubuhnya masih tertinggal meski kendaraan raksasa itu sudah pergi meninggalkan tempatnya berada.
“Dunia macam apa ini? Bagaimana bisa ada kendaraan sedemikian besarnya? Sebenarnya aku ada di mana?” Bevrlyne bertanya-tanya dalam kepalanya, ia sama sekali tak menyerukan pertanyaan itu, tak ada siapa pun di sini, tak akan ada yang akan memberikan jawaban yang memuaskan baginya.
Dengan keadaan yang rusak dan luluh lantak itu, Bevrlyne beranjak duduk dengan susah payah, Bevrlyne berhasil kembali duduk setelah berhasil melakukan itu.
“Aku harus pergi dari ini. Apa pun yang terjadi, di sini sangat tidak aman bagiku.” Bevrlyne berusaha untuk berdiri, tampak jika dirinya berusaha melarikan itu, seluruh tenaga yang dimilikinya dikerahkan untuk detik ini juga.
Sayangnya entah apa yang menjadi penahan dan menghambatnya, hal ini terasa amat berat untuk dilakukan.
Ketika sedang berusaha melakukan usahanya untuk berdiri, dari depan sana ia melihat pemandangan yang tak seharusnya dirinya lihat, beberapa sosok seperti manusia berlarian ke arah samping kanannya. Tapi mereka ditembaki, bahkan ada yang dipenggal oleh sosok makhluk hitam yang bentuknya tampak tak jelas.
“What the ... apa maksudnya semua ini?” Melihat p*********n seperti ini biasanya ia lihat dalam film atau dalam mimpi buruknya saja, tapi semua yang dilihatnya saat ini seperti sangat nyata adanya.
Ingin rasanya Bevrlyne pergi dari sana, bahkan ia ingin sekali mengenyahkan pemandangan yang mengerikan ini, tapi apalah daya, ia sendiri tidak bisa bergerak. Entah bagaimana bisa tubuhnya selemah ini. Tangan kanannya terjulur ke arah sisi lain untuk menggapai sesuatu yang bisa digunakan, sayang sekali usahanya tidak membuahkan apa-apa.
“Dunia macam apa ini? Ini semuanya hancur, dunia ini hancur.”