Velgard merasa silau oleh cahaya yang rasanya sangat terang. Dia ingin memejamkan matanya lebih lama lagi, sayangnya kesilauan itu memaksa dirinya untuk tersadar dan membuka matanya.
Karena tak dapat melawan dorongan dan penekanan itu, pada akhirnya Velgard mau tak mau harus membuka matanya. Pemandangan pertama yang ditangkap oleh matanya adalah cahaya putih yang amat menyilaukan, maka dari itu ia harus mengerjapkan mata sambil melindungi mata menggunakan tangan.
Sontak saja ia beranjak duduk, pada saat itulah ia sadar bahwa dirinya ternyata sedang tertidur di atas rerumputan hijau yang entah bagaimana bisa, tapi itu terasa nyaman untuk digunakan sebagai alas tidur. Tekstur rumput itu berbeda dari rumput yang selama ini dikenalnya, ini agak berbeda meski warna dan bentuknya nyaris sama dengan rumput pada normalnya.
Kedua tangannya coba merasakan tekstur rumput kering itu, tapi rasanya memang berbeda. Udara berembus dengan tenang membawa suhu dingin ke sekitarnya. Ketika merasakan udara itu, Velgard sadar jika udara yang dihirupnya terasa agak berbeda. Ini terasa bersih, dingin dan mengandung banyak unsur yang sama sekali tak diketahuinya.
Anak laki-laki itu memandang keadaan sekitar, kini dirinya sadar dengan segala perbedaan tersebut. Saat ini pasang matanya mendapati suguhan pemandangan yang spektakuler dan tak dapat dipercaya. Keadaan di sekitarnya benar-benar menakjubkan mengundang kekaguman yang luar biasa.
Velgard langsung membelalak takjub dengan apa yang dilihatnya. Di sana, tepat beberapa ratus meter di sana adalah dataran luas, bisa dibilang amat luas. Terdapat pohon-pohon aneh berukuran raksasa, memiliki banyak dahan pohon yang merambat dengan bentuk sedemikian rupa seolah sudah ada yang mengukirnya. Dedaunan di sana tampak berwarna hijau gelap namun mengilap.
Sulur-sulur pohon di sana terangkat dan terjulur ke arah atas, seolah gaya gravitasi yang berlawanan arah menarik sulur-sulur ke arah atas sana, di mana atas sana adalah hal yang membuat otak Velgard tak mampu menerima kegilaan yang terjadi.
Di atas sana terdapat bebatuan yang melayang dalam ukuran yang bervariasi, dan dalam ukuran yang sangat besar, bebatuan yang bersatu dengan tanah itu membentuk pulau-pulau kecil yang melayang di udara, seolah di sana adalah daerah anti-gravitasi sehingga segala hal yang ada di sana melayang seolah tak memiliki massa dan tekanan.
Sulur-sulur terhubung pada beberapa pulau tertentu sehingga memungkinkan makhluk yang tinggal di pohon akan mampu memanjat ke atas sana.
Pulau-pulau itu memiliki ukuran yang bervariasi. Pada setiap pulau memiliki pohon-pohon di atasnya, pohon besar yang tampak sangat subur. Pada beberapa pulau raksasa, terdapat air terjun yang jatuh menuju danau dan sungai di daratan ini, air terjun yang tiba di danau dan sungai sendiri tampak seperti hujan dikarenakan air memecah ketika jatuh dari ketinggian itu. Ketinggian pulau melayang itu mungkin sekitar tiga kilo dari daratan, dikarenakan keberadaan Velgard yang ternyata berada di atas bukit, ia mampu melihat segalanya.
Banyak binatang-binatang dalam bentuk aneh yang tak dapat Velgard definisikan tinggal di tempat mengagumkan ini.
Di sana ada makhluk yang mirip pterodaktil yang memiliki satu ekor yang panjang, sepasang kaki yang menyatu dengan pasang sayap paling akhir, enam sayap dengan kepala yang memiliki tanduk juga paruh yang bergigi. Tentu saja selama ini dirinya tak pernah melihat binatang dengan paruh yang memiliki gigi.
Ada makhluk-makhluk kecil berlarian di atas pohon, bentuknya juga aneh karena memiliki enam kaki dan ekor bercabang, kepalanya hampir bulat dan pada mulutnya ada sepasang taring pendek, bulu-bulu coklat memenuhi tubuhnya, ada ekor besar namun hampir bulat pada tubuh si makhluk. Mungkin itu adalah tupai versi tempat ini, meski ukuran dan bentuknya benar-benar tak sama dan memiliki penampilan yang lebih imut dari tupai meski memiliki sepasang taring.
Velgard mendengar suara kicau burung-burung di tengah deburan suara air terjun yang jatuh bebas dari pulau melayang di langit itu. Mengingat akan jauhnya air dari atas saja, tampaknya gravitasi masih berlaku dan itu berjalan normal, gaya gravitasi masih menarik segala hal ke permukaan. Hanya saja, ada sesuatu yang sepertinya membuat pulau-pulau ini dapat melayang di atas sana.
Velgard beranjak berdiri ketika ia tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda, tubuhnya seperti ditarik sangat kuat ke tanah.
“Apa ini? Kenapa aku merasa sangat berat.” Velgard yang bingung dengan keadaan tubuhnya yang terasa sangat berat itu pada akhirnya tak mampu melakukan apa-apa selain hanya diam di sana.
Berusaha membebaskan diri nyatanya benar-benar tak mampu dirinya lakukan. Maka ia hanya pasrah saja terhadap keadaan yang saat ini terjadi.
Ketika sedang memikirkan bagaimana bisa tubuhnya seperti itu, tiba-tiba saja cahaya matahari di atas kepalanya mendadak hilang, sepertinya ada awan yang bergerak sehingga cahaya matahari menghilang terhalang oleh awan.
Tapi Velgard merasa curiga dengan itu karena ia melihat jika bayangan yang dirinya lihat benar-benar aneh dan tak sesuai seperti awan yang biasanya ada di langit. Karena penasaran, akhirnya Velgard mendongakkan kepalanya ke atas dan ia sontak saja sangat terkejut luar biasa.
“Aaahhhh!” Ia menjerit tanpa sadar lalu tubuhnya jatuh sehingga ia berada dalam posisi duduk, pasang matanya masih memandang apa yang ada di atas sana.
Tepat beberapa ratus meter di atas kepalanya, di sekitar bebatuan yang melayang di udara, seekor makhluk yang memiliki sepasang tangan dan kaki namun memiliki sayap yang mirip seperti ikan pari tengah terbang dengan amat pelan dan tenang seolah tubuh raksasa itu susah untuk diajak bergerak cepat, tapi anehnya, itu sama sekali tak tampak memiliki bobot yang berat pula.
Bentuk makhluk itu melebar, tapi juga besar, entahlah seperti apa jelasnya, di belakangnya ada ekor panjang yang ujungnya berbentuk sirip seekor ikan yang menjumbai-jumbai.
Velgard hanya mampu melihat siluet saja karena itu tepat berada di atas kepalanya dengan ukuran tubuh makhluk itu sekitar seratus sampai dua ratus meter. Bahkan dinosaurus saja tak akan ada yang memiliki ukuran sedemikian rupa besarnya. Velgard gemetaran karena makhluk itu. Meski tampaknya si makhluk yang memiliki bentuk yang menyeramkan tak memiliki niat buruk, tapi tetap saja karena ukuran makhluk itu, Velgard menjadi amat ketakutan.
Setelah beberapa detik berlalu, cahaya kembali menyinari ketika makhluk itu melintas, tatapan Velgard tertuju pada makhluk yang terbang menuju pulau melayang di depan sana.
“Makhluk apa itu?” tanya penuh ketidakpercayaan terhadap pemandangan yang dirinya saksikan. Velgard benar-benar merasa jika ini bukanlah alam nyata, sulit baginya memercayai apa yang dirinya saksikan. Entah tempat macam apa ini, ia sama sekali tak tahu menahu.
Pasang matanya kini dapat melihat makhluk itu dengan agak jelas, itu adalah makhluk yang berwarna putih, tak memiliki bulu, tapi banyak rambut di atas punggungnya yang melambai-lambai ketika si makhluk terbang dengan santai. Bebatuan kecil di sekitar sana menyingkir seolah ada udara atau suatu dorongan dari sekitar badan makhluk itu untuk menjauhkan apa saja yang menghalangi jalannya.
Setelah makhluk itu terbang jauh entah ke mana tujuannya, angin berembus lagi, kali ini disertai banyak kelopak bunga dalam warna putih yang terbawa terbang, aroma Wangi bunga itu sampai pada indra penciumannya.
“Wangi sekali, aku belum pernah menghirup aroma sewangi ini. Ini akan menjadi parfum termahal di dunia, di duniaku tepatnya. Aku tak tahu dunia macam apa ini.” Velgard kembali mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Tanpa sadar, Velgard melangkahkan kakinya yang sebelum ini terasa begitu berat sehingga dirinya tidak bisa bergerak. Saat ini Velgard bisa berjalan begitu lancar dalam ritme yang pelan.
Indra penciuman miliknya begitu menyukai aroma bunga yang terbawa oleh semilir amgin yang pelan. Ia terus berjalan menyusuri rerumputan yang tumbuh di sekitar sana. Ia tidak ingat lagi mengenai kakinya yang terakhir kali susah bergerak, ia bagaikan terhipnotis oleh aroma itu layaknya lebah yang mencari bunga.
Semilir angin tenang berembus menyertai langkahnya, rambut hitam mengilapnya bergerak-gerak ketika angin melewati tubuhnya.
Tidak berselang lama waktu berlalu, Velgard mendapati sumber dari aroma wangi yang dirinya cium. Dari sebuah pulau kecil yang berada di bawah pulau tempatnya berada, tampak dari kejauhan sana terdapat sebuah danau yang tidak terlalu luas, tepat di sekeliling danau itu terdapat taman bunga yang tidak luas, yang mengambil lahan seluruh pulau itu adalah segala jenis pepohonan yang memiliki bunga dan buah yang tampak cantik dan membawa daya tarik tinggi.
“Ini adalah wonderland!”
***