Gleithr akan membuat Erron menyebar.
Tanah akan basah dan mengeluarkan bau tak sedap.
Ketika langit gelap, nyanyian kesedihan akan tersebar di seluruh daratan.
Bintang-bintang akan menangis dalam kedukaan.
Ketika elemen tak mampu untuk mempertahankan cahaya, muncul dua cahaya yang berasal dari bintang biru.
Tunas dari tunas.
Cahaya indah yang memberikan tetes embun untuk menumbuhkan tanaman yang kekeringan.
***
Nb :
Gleithr adalah nama bintang yang menyinari Planet Avorus, ini sama seperti matahari yang menyinari Planet Bumi.
Erron adalah bahan material yang digunakan untuk bahan bakar, asap suatu pembakaran dan debu vulkanik juga disebut Erron, asap api dan asap bekas ledakan juga sama. Bahkan gas beracun juga disebut dengan Erron, intinya ini adalah sesuatu yang berbahaya untuk dihirup.
Ramalan Exhilaris adalah kalimat sastra dalam bahasa kaum loria, ini adalah kumpulan kalimat yang mengandung suatu arti yang menakutkan dan membuat para tetua merasa takut. Ramalan ini sudah tertulis dalam naskah dengan usia yang hampir seratus tahun. Intinya, ini adalah ramalan yang memberi tahu generasi muda jika suatu hari Planet Avorus akan mendapatkan suatu musibah meski segala hal pemicu musibah sudah sebisa mungkin dihilangkan.
Bahkan Erron sudah tak ada lagi di Planet ini, sejak ramalan dibunyikan, segala upaya untuk penghilangan Erron dilakukan agar musibah yang dikatakan oleh ramalan itu bisa gagal atau setidaknya bisa ditekan dan diminimalisir sebisanya. Meski begitu, tak sedikit loria yang tak yakin. Mereka tetap percaya jika musibah dan bencana dahsyat itu akan terjadi.
***
Ramalan yang sudah disebarkan bahkan disampaikan pada generasi ke generasi itu jelas diketahui oleh khalayak umum, tentu saja hanya berupa kata-kata saja yang sudah tersebar dan diketahui itu, arti dan maknanya sama sekali tak disebarluaskan.
“Menurutmu, apakah mereka itu adalah anak dari ramalan?”
Xirius sejenak diam ketika memikirkan mengenai Ramalan Exhilaris yang sudah benar-benar dirinya hafal setiap kata dari ramalan tersebut di luar kepala. Apa mungkin mereka yang ada di dalam ramalan itu? Tapi jika iya, berarti musibah akan segera datang dalam waktu dekat pula.
Xirius beralih memandang saudaranya yang sedang mengisi tenaga dengan mengonsumsi makanan saja. Itulah obat dari kelelahan karena banyaknya penggunaan pusaka, hanya perlu makan untuk mengganti energi yang hilang maka tubuh akan baik-baik saja.
“Entahlah. Apa kau pikir begitu?” tanya Xirius sambil menggeleng.
“Bait terakhir benar-benar menggambarkan sosok mereka, kupikir iya.” Xhillorus melontarkan jawaban setelah menelan makanannya.
“Tapi aku tidak ingin memercayai itu.” Xirius menggeleng lemah.
“Kenapa?”
“Jika mereka benar merupakan apa yang dikatakan ramalan, maka bencana yang akan planet ini alami juga akan segera mendekat. Apa yang akan kita lakukan untuk persiapan dan antisipasi? Tak ada. Kita sama sekali tak tahu bencana macam apa yang akan menimpa planet ini.” Xirius segera mengutarakan apa yang menjadi kekhawatirannya. Xhillorus selesai minum lalu tersadar akan hal tersebut juga.
Dalam ramalan tak disebutkan bencana macam apa yang akan dialami oleh tanah air para loria. Yang dimaksud dengan bintang biru juga sama sekali tak dijelaskan mengenai apa yang mereka lakukan atau apa yang mereka kerjakan. Bahkan tidak dijelaskan seperti apa bentuk bintang itu sendiri.
Ramalan ini sebenarnya memiliki banyak ketidakpastian dan misteri yang aneh. Meski banyak yang sudah mengartikan ramalan tersebut, masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang tak memiliki jawaban yang pasti.
Salah satu pertanyaannya adalah, apa yang dimaksud dengan bintang biru?
Gleithr akan membuat Erron menyebar, ini musibah yang dimaksud dan disimpulkan oleh para penerjemah. Tapi masalahnya, bagaimana bintang panas mereka akan memberikan musibah berupa bahan berbahaya yang akan menyebar? Bukannya angin yang akan menyebabkan material semacam debu atau asap yang hasilnya menyebar ke mana-mana? Lalu kenapa harus bintang yang menjadi tata surya mereka?
Masih banyak pertanyaan yang mengandung jawaban simpang siur, pro dan kontra, dipenuhi ketidakjelasan. Intinya, ramalan itu pasti akan terjadi dan suatu hari musibah aneh itu pasti akan benar-benar terjadi.
“Kau benar. Apa yang akan kita lakukan jika itu semua terjadi?” Xhillorus jadi ikut bertanya-tanya.
“Ya, itu bisa kita pikirkan nanti. Siapa tahu jika mereka yang berpangkat lebih tinggi sudah mendapatkan jawaban atas semua ini.” Xirius angkat tangan, meminta keduanya menyudahi percakapan ini. Bisa dibilang ini bukan bidang mereka, seandainya mereka memiliki suatu gagasan dan perkiraan, mereka tetap tak akan bisa menyampaikannya tanpa bantuan mereka yang ahli dalam bidangnya.
“Ya, kau benar. Kupikir, yang paling utama dan pertama harus dilakukan adalah mengurus dua anak bumi ini. Entah akan ada musibah atau tidak, kenyataan mereka memiliki pusaka membuat mereka harus berlatih di sini untuk mengendalikan kekuatan liar itu. Ini akan menjadi tanggung jawab kita sebagai loria.” Fokus pikiran Xhillorus kembali pada Velgard dan Bevrlyne. Ia tampak sudah agak normal ketika menyelesaikan makanannya.
“Kalau begitu aku akan menyiapkan laporan pada para petinggi.” Xirius beranjak dari sana.
“Aku harus ikut denganmu. Kupikir dengan keberadaanku di sana, sedikitnya bisa membantu.” Xhillorus berjalan mendekati kakaknya yang tiba-tiba berhenti lalu seperti sedang berpikir dan menimbang.
“Sepertinya itu ide yang bagus, apalagi aku sebenarnya sedang malas banyak bicara dan menjelaskan semua ini pada para petinggi.” Xirius tersenyum dengan candaan. Ia tampak tak seperti loria berpangkat tinggi dari sikapnya, tak ada kesombongan dan keangkuhan yang memperlihatkan seberapa tinggi pangkatnya. Mungkin ini dikarenakan ia berada di depan keluarga, atau mungkin seperti inilah sifat Xirius yang sebenarnya.
Maka mereka pergi menuju ruangan di mana tempat beberapa hal yang Xirius lakukan berada. Di sini ia mengeluarkan suatu perangkat yang memungkinkannya untuk melakukan panggilan pada semua loria yang bertanggung jawab di Kota Noufleris yang merupakan Ibu Kota dari Sveynazhar.
Xhillorus membantu saudaranya mengaktifkan perangkat tersebut. Lalu dalam beberapa detik kemudian, lima layar hologram muncul di tengah ruangan. Ketika kelima layar memperlihatkan dua sosok wanita dan tiga sosok pria, maka Xhillorus dan Xirius menaruh telapak tangan di tempat di mana posisi jantung berada, lalu mereka menunduk untuk tiga detik lamanya, ini adalah salam hormat bagi mereka yang memiliki pangkat lebih rendah pada pangkat yang lebih tinggi.
“Xirius dan Xhillorus. Bagaimana kabar kalian?” tanya salah satu wanita di sana sebagai sapaan ramah pada mereka. Ia bernama Neutxhilas.
“Seperti yang Anda saksikan, kami baik dan damai.” Xirius mewakili untuk menjawab.
“Xhillorus, aku pikir kau sudah memutuskan untuk menetap di Planet Bumi?” Salah satu pria melontarkan pertanyaan itu tatkala menyaksikan keberadaan loria yang harusnya berada di bumi. Bukan rahasia lagi bahwa tugas Xhillorus adalah pengamat dan sudah mengambil pilihan untuk menetap di bumi bersama Edrexal.
“Benar, Tuan. Namun, telah terjadi sesuatu di sana hingga menjadikan saya harus kembali ke sini.” Xhillorus segera menjelaskan. Semua pasang mata sontak saja tertuju padanya karena merasa penasaran dengan maksud dari kalimat yang pria itu ucapkan.
“Apa ada masalah? Bagaimana dengan yang lain? Oh, jangan sampai ada sesuatu yang buruk terjadi.” Pria lain bernama Dervdrix tampak terlalu heboh, menanggapi ini dengan berlebihan.
“Tenanglah, Dervdrix, bagaimana dia bisa berbicara jika kau tak berhenti berceloteh.” Pria bernama Zeraxiel menasihati.
“Maaf, aku hanya panik.” Ia membalas dengan sedikit agak malu. Sementara para petinggi sedang berbicara, Xhillorus dan Xirius hanya diam menyimak sebelum mereka dipersilakan untuk lanjut bicara.
“Nah, bagaimana jika kalian atau salah satu dari kalian menjelaskan semuanya pada kami saat ini juga, aku masih harus mengurusi sesuatu.” Wanita lain bernama Axtilia seperti mendesak dan meminta agar mereka menyampaikan apa pun yang ingin mereka sampaikan.
“Aku yakin kau memiliki alasan yang sangat kuat sehingga memanggil kami semua dalam waktu yang sama.”
***