Villain: Chapter Tiga

1796 Words
Shanna menatap pantulan nya di cermin. Kemeja berwarna baby blue di padukan dengan blazer berwarna pink pastel. Tatapan nya turun pada celana bahan berwarna senada dengan kemeja nya. Shanna mengangguk pelan. Cukup puas dengan penampilan nya hari ini. Tangannya bergerak menggulung rambutnya membentuk cepolan rapi. Setelah dirasa cukup, Shanna meraih tas tangannya dan beranjak keluar dari walk in closet kamarnya. Ia berjalan menuju meja rias nya. Mengambil smartphone dan membaca pesan masuk dari seseorang yang kemarin di hubunginya untuk memberikan pengawalan tambahan di sekitar rumah nya. Saya sudah memerintahkan dua puluh personil yang sekarang tersebar disekitar rumah Nona. Saya juga sudah memerintahkan mereka untuk mengawal jika Tuan Ryan, Nyonya Rachell atau tuan muda Raphael jika pergi keluar rumah. Shanna tersenyum puas. Dia bisa pergi ke perusahaan dengan rasa tenang. Shanna memasukan smartphone nya pada tas tangan miliknya dan segera keluar dari kamar. Shanna melangkah kan kakinya menuju ruang makan untuk sarapan. "Selamat pagi " sapa Shanna Kedua orang tua nya tersenyum dan mencium pipi Shanna. "Selamat pagi, Shanna. Duduk lah. Kita mulai sarapan." sahut Ryan Shanna mengangguk dan berjalan menuju tempatnya duduk nya. Dia menyempatkan diri mencubit pelan Alanna, adiknya yang paling kecil dan mengusap rambut Raphael. "Raph, kalau kakak minta kamu jangan keluar rumah, bisa?" tanya Shanna tiba tiba Raphael mengerutkan dahinya dan mengangguk. "Bisa. Hari ini sekolah diliburkan jadi aku gak akan pergi kemanapun." jawab Raphael Shanna mengangguk puas. "Ada apa, Shanna?" tanya Rachell "Nope. Tadi aku lihat cuaca hari ini berangin. Hanya takut jika Raph bermain keluar dan debu masuk ke mata nya seperti waktu itu" jawab Shanna Rachell mengangguk mendengar jawaban dari anak sulung nya. "Raph, jangan keluar!" peringat Rachell dan disahuti oleh tawa kecil Raphael "Ayeay Captain" sahut Raphael sambil memberi hormat dan tersenyum lebar. Raphael menurunkan tangannya dan kembali membuka sebuah buku yang terlihat sangat familier bagi Shanna. Shanna tersenyum kecil melihat itu. Sejujurnya Shanna sedikit kasihan dengan Raphael adiknya. Umurnya baru 13 tahun dan sudah banyak yang harus dia lakukan. Raphael mengalami hal yang sama dengan Shanna. Kegiatan sehari harinya diisi dengan jadwal yang padat. Belajar berbagai bahasa baru, les piano, belajar bisnis belum lagi dengan kegiatan sekolah normal nya. Bukan nya Ayah atau Ibunya yang meminta mereka melakukan itu. Tapi memang Shanna dan Raphael mendapat tuntutan langsung dari kakek nenek mereka. "Raph, jika menemukan sesuatu yang tidak kamu mengerti, kamu bisa menanyakan itu pada kakak. Jadi tutup buku mu dan kita mulai sarapan nya." tegur Shanna secara halus Raphael mengangguk dan menutup buku nya. "Kakak pergi ke kantor?" tanya Raphael "Tentu. Banyak yang harus aku kerjakan disana" jawab Shanna Mereka berbincang selagi makanan belum dihidangkan. "Lalu bagaimana caraku bertanya?" tanya Raphael "Panggilan video. Aku akan menjawab nya di deringan pertama" jawab Shanna Raphael tersenyum lebar. Ucapan kakak nya menandakan jika Raphael lebih berarti dibandingkan tumpukan tugas nya di perusahaan. Tak lama kemudian makanan di hidangkan. Membuat perbincangan mereka terhenti dan memulai sarapan dengan tenang. ♾♾♾ Shanna keluar dari rumah nya dan sang supir dengan sigap langsung membukakan pintu untuk sang Nona. Shanna memasuki mobilnya dan menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Dia menatap keluar jendela mobil dan mengamati keadaan. Mansion dan rumah keluarga di sekitarnya terlihat sangat sepi seakan akan tidak ada kehidupan disana. Tak lama kemudian, mobil berhenti di gerbang untuk menunggu satpam membukakan gerbang nya. "Selamat pagi, Nona." sapa nya ketika melihat Shanna ada di dalam mobil Shanna tersenyum dan mengangguk. "Selamat pagi, pak Dirman." sahut Shanna Walaupun dia terlahir dari keluarga yang kaya, dia tetap diajari untuk bersopan santun kepada yang lebih tua. Shanna kembali menutup jendela mobilnya dan kembali menatap ke depan. Ada yang mengganjal. Entah apa tapi Shanna tahu akan ada sesuatu yang terjadi. 'Seharusnya semua nya baik baik saja. Tidak ada yang akan keluar rumah selain aku dan Papa. Papa mendapat pengawalan ketat, begitupun aku. Sementara yang diam di rumah mendapat pengawalan dari dua puluh orang. Ya, seharusnya tidak ada yang akan terjadi' pikir Shanna Dia menghela nafasnya dan memejamkan mata sejenak. Berusaha menetralkan rasa mengganjal di dalam hatinya. "Ada apa Nona?" tanya sang supir karena Nona nya terlihat gelisah Shanna kembali membuka matanya dan tersenyum tipis. "Tidak ada apa apa." jawab Shanna Shanna mengamati lingkungan tempat tinggal nya yang jauh dari keramaian. Tersembunyi dibalik rimbun nya hutan dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Pikiran Shanna kembali tertuju pada keluarga besar nya. Kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan kehormatan. Empat hal yang menjelaskan siapa itu Legiond. Nama Legiond bahkan berada di urutan kedua dari orang paling kaya dan berpengaruh di Negara ini. Membuat banyak orang merasa segan bahkan hanya dengan mendengar kata 'Legiond'. Tidak heran kenapa semua anggota keluarga nya saling berlomba lomba memperebutkan kekuasaan. Tapi semua terdiam ketika mendengar satu nama yang di sebutkan oleh kakek nenek mereka. Atau mungkin lebih pas di sebut sebagai Nyonya Besar dan Tuan besar Legiond. Shannaya Audrey Legiond. Nama itu disuarakan dengan lugas oleh kakek nya. Membuat Shanna yang baru saja menerima nilai kelulusan nya mendadak terdiam. Dan saat itu juga, semua saudara saudara nya menyuarakan perang pada Shanna. "Shanna bahkan belum memasuki Universitas seperti Riana, Annie dan Dio. Kenapa dia yang di tunjuk Ayah untuk memegang kendali penuh di perusahaan Legiond?!" "Annie bahkan lebih baik dibanding Shanna." "Bukannya Shanna masih terlalu muda?" Dan masih banyak lagi. Ucapan dan cemoohan para Aunty nya bahkan sampai dengan baik pada Shanna. Tapi hal itu juga yang membuat Shanna menerima tanggung jawab yang di berikan kakek nya. Dia harus membuktikan jika dia bisa memimpin perusahaan raksasa seperti The Legiond. Dan berbulan bulan kemudian, The Legiond berhasil masuk dalam kategori " Tiga perusahaan terbesar di Dunia" dan menduduki posisi kedua. Sedangkan sebelumnya hanya berada di sepuluh besar. Menjadikan Shanna sebagai eksekutif muda yang tidak di ragukan kinerja nya. "Seharusnya dengan kekayaan sebanyak ini, keluarga Legiond tidak perlu berebut. Mereka tidak akan jatuh miskin hanya karena anak mereka tidak memegang kendali perusahaan" gumam Shanna ♾♾♾ Shanna menutup berkas yang sudah di baca nya. Entah berkas yang ke berapa. Tapi Shanna rasa, berkas itu tidak pernah habis. "Nona, sudah jam istirahat." ujar Jiro Tanaka, asisten pribadi Shanna yang merangkap sebagai Sekretaris. Shanna tersenyum tipis dan mengangguk. "Paman mau ikut dengan ku? Aku akan pergi makan di luar." tawar Shanna Jiro tersenyum dan menggeleng. "Saya akan makan disini. Istri saya membuatkan makan siang." tolak Jiro Shanna mengangguk mengerti. Dia kembali memakai blazer yang tadi di lepasnya karena cuaca yang panas. "Aku pergi dulu, Paman." pamit Shanna dan langsung pergi keluar ruangan Shanna menekan tombol lift khusus CEO dan menunggu hingga pintu lift terbuka. Shanna langsung masuk dan kembali menekan tombol untuk ke lantai satu. Dia menunggu cukup lama karena memang ruangannya berada di lantai 27. Lantai teratas dari perusahaan The Legiond yang di khususkan untuknya. Shanna mengamati keadaan luar dari kaca lift. Dia menatap perusahaan besar yang berada tepat di sebrang jalan. Perusahaan besar yang sejajar dengan The Legiond. Entah siapa pemiliknya. Tapi Shanna tahu dia pasti orang yang hebat. Mengingat jika perusahaan yang ada di sebrang nya menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan terbesar di dunia. Satu tingkat diatas The Legiond. Entah apa yang akan terjadi jika kedua perusahaan itu bekerja sama. Shanna mengerjapkan matanya ketika mendengar suara dentingan dari lift. Menandakan jika Shanna sudah berada di lantai yang dituju nya. Shanna keluar dari lift, bersamaan dengan para karyawan yang sedang menikmati jam istirahat nya. "Selamat siang, Nona." Shanna menyahuti berbagai sapaan dari karyawan nya dengan seulas senyuman tipis. "Selamat siang, Nona Shanna." sapa seorang satpam sambil membukakan pinti untuk Shanna "Selamat siang." balas Shanna Shanna hendak berjalan menuju mobilnya ketika tidak sengaja melihat saudara nya, Annie memasuki perusahaan di sebrang jalan. Tapi Shanna tidak peduli. Urusan nya dengan Annie hanya sebatas pencurian uang perusahaan nya. Diluar itu, Shanna tidak ingin tahu dan tidak mau peduli. Dia kembali melangkah menuju mobil nya. "Nona, tadi saya melihat Nona Annie memasuki perusahaan tetangga." ujar supirnya ketika Shanna baru masuk ke dalam mobilnya "Aku tidak mau tahu urusannya. Jalankan ke restoran terdekat." sahut Shanna Supirnya mengangguk kecil dan tersenyum. Maklum dengan sikap sang Nona yang memang tidak akrab dengan Nona muda nya yang lain. Sementara Shanna menatap jalanan ibu kota yang ramai. Saat ini sedang jam makan siang, jadi sudah jelas jalanan akan sangat ramai. Walaupun jalanan ramai, tapi tidak ada kemacetan sama sekali. Udara ibu kota pun terasa sejuk dengan udara berawan. "Nona, ini restoran terdekat. Apa Nona akan makan siang disini?" tanya sang supir setelah lima belas menit berlalu sejak kepergian Shanna dari kantornya Shanna menoleh ke sisi kanan nya. Benar, ada restoran yang nyaman disana. Shanna mengangguk dan mengambil tas tangan nya. "Bapak sudah makan siang? Mau makan bersamaku? Aku yang bayar." tawar Shanna Sang supir tersenyum dan menggeleng. "Tidak perlu, Nona. Istri saya sudah memberi saya bekal makan siang" sahut supirnya Shanna mengerjapkan matanya berkali kali. "Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu" gumam Shanna Shanna turun dari mobilnya dan membiarkan pintu mobilnya tertutup otomatis. Dia berjalan memasuki restoran dengan langkah tegas. Sekali lihat, orang orang akan langsung tahu siapa Shanna. Mengingat wajah eksekutif muda itu sering terlihat di televisi dan berbagai surat kabar cetak atau media online. Shanna berjalan mencari spot yang sepi. Dia menemukan meja yang sepi dengan pemandangan yang menghadap langsung ke taman yang berada di luar restoran. Shanna mendudukkan dirinya disana dan membuka buku menu yang terdapat di meja. "Selamat datang, Nona Legiond. Saya akan menjadi pelayan pribadi anda di restoran ini" Shanna mengerutkan dahinya menatap seorang pelayan laki laki yang berdiri di samping nya. "Pelayan pribadi?" tanya Shanna seolah memastikan "Ya, Nona. Manager restoran ini yang memerintahkan ku untuk melayani anda. Anda adalah tamu kehormatan kami." jawab pelayan itu sambil tersenyum ramah "Tamu kehormatan?" gumam Shanna pelan Tapi setelahnya dia menghela nafasnya. "Aku akan memesan Launch Set untuk satu orang." ujar Shanna tanpa mengalihkan pandangannya dari buku menu "Apa aku bisa memesan sesuatu dan mengambilnya nanti?" tanya Shanna "Tentu, Nona" jawab pelayan itu "Kalau begitu aku akan memesan Dinner Set Family 20 paket dan tolong antarkan ke kediaman ku. Rumah ku, bukan ke Mansion Legiond." ujar Shanna Pelayan itu tercengang mendengar ucapan Shanna. 'Orang kaya memang beda..' batinnya "Tentu, Nona. Tunggu sebentar, biar saya serahkan semua pesanan Nona pada bagian dapur." sahutnya sambil mengulas senyuman lebar dan beranjak pergi dari sisi Shanna "Wow. Orang yang ramah" komentar Shanna sambil menatap kepergian pelayan tadi Shanna menatap Smartphone nya dan membuka beberapa portal berita. Dia menggulirkan layar smartphone nya, mencari berita yang menarik hingga menemukan wajah saudaranya terdapat dalam berita. Lagi, salah satu keluarga Legiond yang mendominasi Negeri. Begitu judul artikel nya. Shanna mendengus kecil. Saudara nya memang model papan atas. "Lalu kenapa juga dia terobsesi mengambil alih perusahaan jika karir nya gemilang seperti ini" gumam Shanna "Seorang model papan atas gaji nya tentu saja terbilang tinggi. Lalu kenapa dia mengambil ratusan juta dari perusahaan?" lanjut Shanna Dia menghela nafasnya dan menyandarkan tubuhnya ada bagian belakang kursi restoran. "Menggelikan" dengusnya pelan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD