Bab - 2

1454 Words
Mawar melajukan kendaraan roda duanya membelah jalanan, yang masih sepi dan belum dipadati oleh para pengendara lainnya. Selama menuju restoran, ia memikirkan kembali perkataan mamanya, yang selalu memintanya untuk cepat-cepat berumah tangga. Jujur saja, dalam hati kecilnya ia pun ingin membangun rumah tangga bersama laki-laki yang mencintai, menerima dirinya apa adanya, dan tentu saja yang setia. Tapi sayangnya saat ia mencoba ingin membuka hati, lagi-lagi ingatan tentang bagaimana ayahnya mengusir dirinya dari rumah, bagaimana tubuh mungilnya terguyur hujan hingga menggigil, bagaimana saat dirinya dan mamanya menahan lapar karena tak memiliki uang sepeser pun. Perih! Tentu saja, perih! Itulah yang membuat Mawar kembali mengurunkan niatnya untuk berumah tangga. Padahal, teman-temannya sudah pada menikah semua, dan semuanya hampir memiliki momongan. Mengingat umurnya yang sudah cukup untuk membina rumah tangga, dan juga desakan dari keluarga, tetangga yang membuatnya sedikit terbebani. Ya namanya juga di kampung, nikah muda dikira hamil duluan, telat nikah disangka perawan tua dan ga laku. Begitulah hukum masyarakat, paten! Tak terasa motor metik-nya sudah terparkir di restoran miliknya. Wanita cantik itu melangkahkan kakinya ke dalam, dan menyapa beberapa karyawan yang sudah tiba. "Selamat pagi, Teh Mawar," sapa para karyawan. "Iya, selamat pagi. Jangan lupa semangat untuk hari ini ya, dan juga semoga kalian selalu diberikan kebahagiaan oleh Tuhan." "Iya, terimakasih!" Begitulah Mawar, dia menjadi sosok atasan yang baik, dan ramah kepada para karyawannya. Sehingga membuat para karyawannya merasa senang dan betah bekerja dengan gadis cantik itu. Sedangkan di rumah, Mama Desri sedang menatap benda pipih yang sedari tadi ia genggam. Matanya sedang membaca membaca chat dari grup alumni SMA-nya. "Astaga, aku lupa! Nanti lusa kan ada acara reuni!" pekik wanita paruh baya itu. Dia langsung berjalan menuju kamarnya, dan membuka lemari. Mencari baju terbaiknya, yang akan ia kenakan untuk acara reuni nanti. Bagaimanapun juga, dia dan mantan suaminya itu berasal dari SMA yang sama. Dan, mau tak mau nanya mereka akan bertemu di sana. Pokonya, bagaimanapun juga dia harus terlihat sempurna! Agar mantan suaminya itu tidak akan mengolok-olok dirinya. Lalu Mama Desri mengambil ponsel yang ia simpan di saku celananya, dan mencari nama kontak putrinya, Mawar. Tut ... tut ... tut .... Tak perlu menunggu lama, panggilannya sudah diangkat oleh Mawar. "Halo, Ma?" sapa Mawar dari seberang sana. "Iya, halo, Nak. Kamu lagi sibuk?" tanya Mama Desri sambil tangannya sibuk menyibakkan baju yang tergantung di lemari. "Em, nggak, sih. Kenapa emangnya?" "Mama mau ke Cijoho, Nak. Mau nyari -" "Mau ngapain? Nyari ayah baru? Nggak usah jauh-jauh kali, Ma. Om Tio juga ada tuh!" potong Mawar. "Anak durhaka! Bukan! Mama mau nyari baju buat nanti acara reuni!" ungkap Mama Desri. Mawar terdiam, dia sedang mencerna ucapan mamanya. "Jangan ikut, Ma!" cegah Mawar dengan nada suara yang sedikit dingin. Mama Desri terdiam, dia tau kenapa putrinya tidak memberikan ijin untuk pergi ke acara reuni. "Mama nggak apa-apa, Nak." Mama Desri meyakinkan. "Tapi, Ma ... pasti ayah akan membawa wanita itu. Dan wanita ular itu pasti akan menjelek-jelekkan Mama!" "Hal itu nggak akan terjadi, Nak. Mama udah kuat kok, nggak selemah itu. Kamu, percaya sama mama, kan?" tanya Mama Desri, meyakinkan anaknya bahwa dirinya sudah tidak selemah dulu. Mawar menghela napas. "Ya udah, nanti Mawar pulang, kita ke Cijoho bareng, ya?" Mama Desri tersenyum penuh kemenangan. "Nggak usah, nanti Mama ke restoran aja naik angkot." Lalu sambungan telepon pun berakhir. Mawar menyandarkan punggungnya pada kursi yang sedang ia duduki. Dia, tak bisa menolak permintaan mamanya. Sejak kecil, dia sudah berjanji akan menuruti kemauan mamanya, dan tak pernah menolak. ********** Sepasang suami istri sedang duduk dengan manis, sambil menikmati segarnya udara Kuningan. Sang suami sibuk dengan kemudinya, sedangkan sang istri sibuk dengan benda pipih nya, yang sedari tadi ia arahkan pada arah jendela mobil. "Ya ampun, itu liat, Pa! Bagus banget pemandangannya! Udaranya juga seger banget!" Sang istri ribut sendiri. Sang suami hanya mengangguk, dan terus mengemudikan mobilnya. "Ya ampun, Pa! Itu kayak Rendra waktu kecil, Pa!" Mama Mirna menunjuk pemandangan ke luar jendela. Lalu Pak Herman pun melihat ke arah di mana istrinya menunjuk. Tapi sedetik kemudian mobil yang ia kemudikan berhenti tiba-tiba. "Astaga, Papa! Bahaya!" pekik Mama Mirna. "Ya ampun, Mama itu kenapa, sih? Masa iya monyet kayak gitu disamain sama Rendra, anak kita yang tampan, sih?" seru Pak Herman. "Ih, maksud mama, mirip Rendra waktu kecil kalo di gendong suka gitu, lho!" "Nggak! Rendra waktu kecil kalo di gendong nggak kayak gitu!" "Emang Papa tau? Emang Papa suka gendong Rendra? Hilih, kerjaannya juga cuma sama tumpukan dokumen, mana mungkin Papa tau?" cibir Mama Mirna. Pak Herman tak membalas ucapan istrinya, dia langsung melajukan mobilnya. Karena percuma, berdebat dengan istrinya hanya akan buang-buang waktu dan tenaga. Sedangkan istrinya malah sibuk memotret mon*yet yang ia lihat tadi, lalu mengirimkannya pada anak bujangnya, Rendra. Mama Mirna : "Ren, tadi di jalan mama liat ada yang mirip sama kamu waktu kecil, lho." Rendra yang saat itu sedang menikmati makan siangnya, harus terjeda karena chat yang dikirim oleh mamanya. Rendra : "Masa? Mirip banget sama waktu aku kecil, Ma?" Mama Mirna : "Mirip banget malah! Dulu, waktu kecil kamu kalo di gendong posenya sama kayak gitu. Mama jadi tiba-tiba inget sama kamu. Kangen gendong anak kecil. Jadi, kapan mau kasih mama cucu? Eh iya, calonnya juga belum ada ya, gimana mau produksi kalo gitu? " Rendra yang membaca pesan itu langsung menghela napas berat. Lagi-lagi dia disinggung soal cucu dan pasangan. Rendra tak membalas lagi chat mamanya, dia malah melihat status w******p teman-temannya. Mama Mirna mengerutkan keningnya, padahal chat yang ia kirim sudah dibaca, dan status anaknya pun sedang online. Tapi, kenapa anak bujangnya itu tak kunjung membalas chat nya? "Halo, Ren?" Mama Mirna langsung menelpon karena gemas sendiri. "Iya, kenapa, Ma?" sahut Rendra malas. "Kenapa chat mama nggak dibales lagi? Kamu selalu aja kayak gini, menghindar dari pembahasan pasangan dan cucu. Kapan kamu mau nikah dan kasih mama cucu? Teman-teman mama bahkan sudah memiliki cucu yang lucu-lucu, sedangkan mama? Mama nggak minta apa-apa kok, cuma minta kamu cepetan nikah dan kasih mama cucu!" keluh Mama Mirna, sampai-sampai membuat suaminya melihat ke arahnya, lalu geleng-geleng kepala. "Astaga, ayolah, Ma. Jangan bahas ini lagi. Rendra udah bosen dengernya." Rendra kesal, karena hampir setiap hari mamanya menyuruhnya untuk menikah dan memberikannya cucu yang lucu-lucu. "Mama juga bosen tau ngomongnya! Hampir tiap hari mama ngulang kalimat ini! Sampe-sampe mama hafal!" ketus Mama Mirna. "Tuh, kan bukan cuma Rendra aja yang bosen, tapi Mama juga. Makanya -" "Makanya, kamu buruan nyari pasangan terus cepatan bikin cucu!" potong Mama Mirna. Rendra mengacak-acak rambutnya. Kesal, emosi, ingin marah, dll. Nano-nano deh rasanya! "Ma, bikin anak nggak semudah itu, lho!" kata Rendra sambil memijit pelipisnya. Mama Mirna tersenyum. "Nggak, bikin anak gampang, kok Ren! Tinggal tiap malem aja w*****k! Nggak susah itu, enak malah! Iya nggak, Pa?" tanya Mama Mirna pada suaminya yang sedang fokus menyetir, dan dibalas anggukan oleh suaminya. "Ma, serius deh!" Rendra makin kesal. "Makanya, cepetan nikah, ya? Biar mama nggak ngomong kayak gini terus. Atau ... mau mama cariin calonnya?" tanya Mama Mirna sambil menatap pepohonan yang ia lewati. "Iya, iya, terserah Mama deh! Ya udah, aku tutup, ya? Waktu istirahat udah abis, nih." "Nah, anak baik! Ya udah, mama tutup ya. Muaacchhh!" Mama Mirna tersenyum dengan senang, akhirnya ... anak bujangnya tidak menolak tawaran yang diberikan. Sedangkan di sisi lain, Rendra menatap benda pipih yang sedari tadi ia genggam. Ia menatap foto wanita yang terlihat cantik, dengan rambut hitam bergelombang, kulit seputih s**u, giginya yang gingsul, dan tingginya hanya sekitar 155cm, sehingga membuatnya terlihat sangat cantik dan imut. Lalu tangannya bergerak, mencari nama kontak seseorang yang sangat spesial, dan menekan gambar telpon. "Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau -" Belum selesai operator wanita itu menyelesaikan ucapannya, Rendra langsung menekan tombol berwarna merah. "Michelle, kamu di mana? Apa kabar? Sehat, kan? Aku selalu di sini, di tempat yang sama, dan aku selalu siap untuk menjadi rumah tempat kamu kembali. Berteduh dari panasnya matahari, dan dinginnya hujan. Cepatlah pulang, aku rindu ...." Begitulah isi pesan yang Rendra kirim untuk Michelle, gadis cantik pemilik hatinya. Wanita yang menduduki posisi tertinggi di hatinya Rendra. Pria bujang itu bahkan melajang hingga enam tahun, hanya karena menunggu kepulangan Michelle, gadis yang selalu ia rindukan setiap hari, jam, menit, bahkan detik. *********** Mama Desri sudah tiba di restoran miliknya. Dia menyapa beberapa karyawannya, lalu masuk ke dalam ruang kerja anaknya, Mawar. Tok ... tok ... tok ... "Masuk!" ucap Mawar sambil terus menatap kertas, laporan penghasilan restoran miliknya. "Mama ganggu ya, Nak?" tanya Mama Desri saat melihat anaknya yang sibuk menatap kertas-kertas. "Eh, Mama? Udah nyampe?" Mawar bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekat ke arah mamanya. Mama Desri tersenyum, lalu dia menuntun mamanya untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya. "Kalo kamu lagi sibuk, mama bisa pergi sendiri, kok." Mawar menggeleng, dan tersenyum. "Nggak, Ma. Mawar nggak sibuk." "Serius?" Mama Desri meyakinkan. Mawar mengangguk, dan berkata, "Iya, Mawar nggak sibuk. Gimana, mau berangkat sekarang?" tanya Mawar pada mamanya. "Iya, sekarang aja, yuk?" Lalu ibu dan anak itu berjalan ke luar, menuju parkiran di mana motor Mawar disimpan di sana. "Aku titip restoran ya, Sel?" pinta Mawar pada karyawan kepercayaannya. "Iya, siap, Teh!" sahut Sella sambil tersenyum, dan memberikan hormat pada Mawar, seperti seorang siswa yang sedang upacara. Dan tingkah Sella membuat Mawar, Mama Desri dan para karyawan yang lain terkekeh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD