Bab 2: Pintu Rahasia

2027 Words
Sampai saat ini Alicia bersembunyi dengan sangat baik dari pengawasan para prajurit. Dia mengendap-endap dan menyembunyikan tubuh kurusnya sedapat mungkin ketika prajurit yang berjaga malam lewat. Cara itu dilakukan hingga dia hampir tiba di rumah yang sangat dirindukannya. Sedikit lagi setelah berhasil melewati gang sempit dan satu tikungan, dia sudah bisa berkumpul kembali dengan ibunya dan kedua adiknya. Saking semangatnya kewaspadaan Alicia menurun. Dia lupa kalau sekarang dia adalah pembunuh yang harus dipenjarakan. Siapa saja yang berhasil menemukannya akan diberi hadiah oleh kerajaan. Sudah pasti keberadaannya akan sangat menarik di mata orang-orang. "Wanita itu terlalu berani membunuh seorang putri. Dia dan keluarganya akan terkena hukuman mati setibanya di penjara kerajaan Orchid besok." Tepat di ujung gang beberapa orang prajurit lewat. Mereka menyadari keberadaan seseorang yang mana sendirian saja di sepanjang gang gelap. Hal itu mengundang mereka untuk datang menghampiri. Menanyakan ada kepentingan apa sehingga membuat seorang wanita keluar rumah lewat tengah malam, di mana waktu yang hampir mendekati subuh ini aktivitas penduduk seharusnya belum dimulai. Alicia yang tidak ingin identitasnya terbongkar merasa kalau pertemuannya dengan prajurit adalah sebuah ancaman. Langkahnya satu persatu dibawa mundur dan tubuhnya langsung dibalikkan. Dia berlari sekuat tenaga menjauhi para prajurit. Sikap yang seakan menyembunyikan sesuatu itu semakin membuat para prajurit curiga. Tanpa pikir panjang mereka segera mengejar. Melewati rumah demi rumah mengikuti jejak kaki wanita yang dikejar. Mereka tidak ingin mengambil risiko meloloskan wanita malam yang mana hanya akan merusak reputasi Distrik Syringa. Alicia tidak bisa mencari tempat persembunyian lantaran jarak mereka hanya terpaut beberapa meter saja. Dia harus menambah kecepatannya jika ingin mendapat kesempatan bersembunyi. Tetapi bagaimana untuk menambah kecepatan kalau sekarang saja tenaga untuk membawa kakinya melangkah sudah hampir terkuras sepenuhnya. Pandangan matanya juga mulai kabur karena terus memaksa diri untuk berlari. Tidak sanggup berlari lagi akhirnya dia merosot jatuh. Anehnya walau sudah kalah seperti itu tidak ada prajurit yang menangkapnya. Bagian belakangnya kosong dan gelap. Tidak ada lagi prajurit yang mengejar. Ke mana mereka semua? Apa Alicia terlalu cepat berlari hingga mereka tertinggal? Atau mereka kehilangan jejak? Tetapi jelas-jelas tadi mereka masih mengejar dan berteriak menyuruh Alicia untuk berhenti. Alicia sangat bingung dengan situasi aneh tersebut namun tidak mau berlama-lama karena dia harus segera pergi. Tidak ingin jika harus berlari dari kejaran prajurit lagi. Bisa-bisa dia ditangkap dan pelariannya dari penjara sia-sia. Setelah mendapatkan kekuatan kembali dia bangkit. Langkahnya ingin maju ke tujuan awal yaitu rumah. Namun, dia terpikirkan ucapan prajurit tadi yang mengatakan kalau dia besok akan dipindahkan ke penjara Kerajaan Orchid. Selain itu dia juga mendengar bahwa pembunuh dan keluarga pembunuh akan dihukum mati. Kehadirannya saja sudah mengundang daya tarik para prajurit untuk menangkap. Bagaimana nanti jika dia berkumpul dengan keluarganya? Kemungkinan besar keluarganya juga akan ikut terseret dalam kasus yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang? Kalau dia kembali mungkin saja prajurit tadi akan mengejarnya lagi. Kalau tidak kembali, ke mana dia akan pergi? Selama ini tujuan satu-satunya setelah pulang bekerja adalah kehangatan rumah dengan berkumpul bersama keluarga, tetapi sekarang tidak bisa lagi untuk mencapai kehangatan itu. Tubuhnya bergetar dan air mata yang menggenang jatuh perlahan membasahi pipi. Berat hati dia memutuskan untuk memundurkan langkah menjauhi tujuan awalnya. Pergi ke mana pun asalkan jauh dari keluarganya dan sampai tidak ada satu pun orang yang tahu di mana keberadaannya. *** "Bagaimana kau bisa keluar?" salah seorang prajurit menggenggam erat kerah pencuri yang kabur, "Cepat! Geledah dia!" perintahnya pada prajurit lain. Mereka menggeledah keseluruhannya, baik luar maupun dalam. Hingga sebuah kunci ditemukan baru mereka sadar bagaimana sang pencuri bisa kabur. Mereka membawanya kembali ke sel tahanan. Memenjarakan orang yang sama untuk yang ke sekian kalinya. Bukan di tempat yang kemarin, melainkan di sel lain. Sel paling ujung yang bertolak belakang letaknya dengan sel sebelumnya. Mereka tidak ingin ada upaya pelarian lagi jika sang pencuri dipenjarakan di tempat yang sama. "Hampir semua sel sudah kau coba. Kali ini kau tidak akan bisa lolos." Ucapan itu menjadi akhir pertemuan mereka di penjara. Kyne hanya dia menunggu sampai para prajurit benar-benar pergi. Lalu, beberapa menit kemudian pelariannya dimulai kembali. "Alicia membuatku harus turun tangan dan hampir mendekam di penjara jika mereka tidak membawaku ke sel ini." Dia ingat ketika tadi hampir saja Alicia tertangkap. Tentu saja dia tidak bisa membiarkan tontonan menariknya berakhir begitu cepat dengan cara yang biasa saja. Oleh sebab itu tindakan Alicia yang bodoh lebih memilih menemui keluarga dibandingkan langsung kabur mencari tempat aman harus dibersihkannya. Dia terpaksa memperlihatkan diri dan mengalihkan perhatian para prajurit. Kehadiran Kyne adalah pusat perhatian di Distrik Syringa. Dia sudah lumayan dikenal oleh penduduk karena gelar yang disandang. Seorang pencuri tanpa kenal lelah walau sudah dijebloskan ke penjara berulang kali. Selalu ada saja cara untuk lolos seperti yang sedang dilakukannya sekarang. "Ah," kepala digaruk sebentar, lalu kakinya dilangkahkan ke dekat tumpukan jerami, "Aku hampir melupakannya lagi," sebuah benda diambil dari bawah tumpukan jerami. Benda itu adalah pisau serbaguna yang selalu dibawanya ke mana pun dan kapan pun. Sayangnya kala itu keadaan membuatnya harus keluar penjara terburu-buru sehingga dia tidak sengaja meninggalkannya. Bukan hanya pisau saja, bilah lainnya seperti besi tipis bergigi tajam juga terdapat di lipatan benda tersebut. Jeruji besi digenggam erat menggunakan kedua tangan dan dengan mengeluarkan sedikit kekuatan, jeruji tersebut berhasil lepas sepenuhnya. Sangat hati-hati jeruji kemudian disandarkan ke dinding. Tidak membiarkan sedikit pun suara dentingan lepas yang mana hanya akan menarik perhatian prajurit yang berjaga. Kumpulan jerami di dalam pipa besi tersebut diperbaiki. Jerami itu sudah diikat menjadi suatu kesatuan yang kukuh, tetapi karena tarikannya tadi membuatnya harus memperbaiki ikatan jerami yang miring. Menggunakan pisau tipisnya jerami diangkat sebelum besi disejajarkan ke tempat semula. Pisau ditarik kembali agar jerami bisa mengambil peran sebagai penyangga yang akan membuat jeruji bisa berdiri tegak. Usai menyusun jeruji ke tempat semula, akhirnya dia bisa dengan santai mencium aroma kebebasan. Tentunya dia tidak begitu bodoh berlenggang begitu saja melewati pintu depan yang dijaga ketat. Dia sudah menyiapkan sebuah pintu rahasia yang akan selalu digunakannya untuk membantu pelarian berjalan mulus. Tidak ada yang tahu mengenai pintu rahasia itu, hanya Kyne seorang. *** Alicia sengaja memilih jalur hutan agar tidak ketahuan karena kalau melalui pintu gerbang Distrik Syringa, pasti ada prajurit yang berjaga di sana. Susah payah melarikan diri tidak mungkin masuk ke perangkap lagi. Dia harus menghindari titik-titik penjagaan yang selama ini diketahuinya. Hanya hutan yang tidak memiliki penjagaan karena juga jarang dilalui oleh orang-orang. Mungkin hanya beberapa penduduk yang mengambil hasil alam atau semacamnya untuk kemudian dibawa ke tempat dagang dan memperoleh biaya kebutuhan hidup. Kebanyakan dari mereka mencari madu di dalam hutan untuk dijual. Di sinilah Alicia berada sekarang. Di depan sebuah sungai yang membatasi dua distrik. Untuk sampai ke seberang dia harus melewati sungai yang jaraknya beberapa meter. Entah berapa kedalaman sungai itu tidak bisa diperkirakan. Sejauh mata memandang sungai itu tidak begitu jernih dan juga tidak begitu keruh. Arusnya tidak begitu kencang dan juga tidak begitu lambat. Tidak berniat mundur lagi, dia langsung menghamburkan diri masuk ke dalam sungai. Sedikit demi sedikit air menenggelamkannya keseluruhan. Biar tetap mengapung dan mencapai seberang dia menggerakkan kedua kaki dan tangan. Susah payah dia berenang mencapai tanah hingga perlahan tubuhnya muncul kembali ke permukaan. Dia memeras bagian-bagian pakaian yang bisa dikuras airnya, lalu melanjutkan pelarian. Fajar sudah mulai terbit dan dia harus sampai ke pusat kota secepatnya. Dia memang sudah lepas dari kejaran prajurit Syringa, tetapi kesulitannya tidak cukup sampai di situ. Hidupnya harus diperjuangkan kembali. Apalagi sekarang dimulai dari nol. Tanpa keluarganya dan hanya seorang diri. Setelah ini yang harus dilakukannya adalah mencari uang. Menyambung hidup dengan mengisi perut kosong dan mencari tempat untuk berteduh sementara waktu. Mungkin dia akan melamar pekerjaan terlebih dahulu di suatu tempat. Sampai nanti ketika sudah memiliki persiapan dia akan melanjutkan pelarian. Dia tidak bisa berdiam diri saja di satu tempat karena berita hilangnya seorang pembunuh pasti akan tersebar ke seluruh distrik dan para prajurit akan berupaya menangkapnya. Tertatih-tatih dia berjalan lurus hingga sampai di pusat kota. Distrik Edelweiss sungguh berbeda dari Distrik Syringa. Wilayah itu sarat akan kedamaian. Lingkungannya sedap dipandang mata. Terlebih keceriaan seakan ditebarkan dari atas langit ke semua penduduk. Tempat itu bagaikan surga duniawi yang tidak pernah dirasakan oleh Alicia. Sayangnya keceriaan para penduduk luntur saat Alicia mendatangi tempat itu. Distrik Edelweiss seakan layu oleh hama yang mengganggu. Penduduk setempat memandangi Alicia dengan tatapan aneh seperti tidak pernah melihat orang dengan pakaian yang kumal. Alicia sangat lelah dan lapar. Kemarin pagi sebelum ditangkap adalah terakhir kali perutnya bersemangat. Pelarian telah membuatnya kehilangan banyak energi. Jika saja jarak pusat kota dengan sungai tadi tidak jauh, mungkin dia akan menghirup seluruh isi sungai saat ini juga. Sekarang jangankan mencapai sungai kembali, untuk berdiri saja dia sudah tidak sanggup. Hanya suara minta tolong yang terdengar lemah bisa dilakukannya. Itu pun harus menguras energi yang sudah di ujung tanduk. Dia akhirnya tumbang di tengah teriknya pagi. Penduduk langsung bersorak saat yang menjadi pusat perhatian tergolek di jalan. Mereka bingung harus berbuat apa. Tidak tahu apakah orang yang pingsan tersebut baik atau jahat. Mereka takut salah mengambil tindakan yang akan berisiko membahayakan penghuni distrik nantinya. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya seorang wanita sambil menahan sang anak agar tidak jauh darinya. Pertanyaan itu adalah apa yang ada di benak semua penduduk sepertinya. Mereka saling melempar pandangan sambil memasang tampang cemas. Sebagian dari mereka menggeleng tidak tahu dan sebagian lagi menanyakan hal yang sama pada orang yang ada di dekat mereka. "Kita harus memberitahukan ini pada duke," sahut seorang pemuda di antara kerumunan, "Biar aku yang pergi ke Morning Glory," usulnya lagi. Segera setelah mendapatkan persetujuan penduduk, pemuda itu bergegas pergi. Morning Glory adalah tempat tinggal yang mereka namakan untuk seorang duke di Distrik Edelweiss. Rasa terima kasih pada duke yang membuat tanah tempat tinggal mereka yang berantakan berubah menjadi maju telah memicu gagasan nama itu. Pagi adalah awal dari kehidupan setelah kematian. Awal yang menggembirakan untuk memulai segala aktivitas. Kesempatan untuk memulai ulang kehidupan dengan memperbarui kehidupan kemarin menjadi lebih baik. Semua itu adalah harapan yang mereka gantungkan pada pemimpin distrik tersebut. "Tuan Flint!" teriaknya kepada seorang kesatria yang berjaga di depan Morning Glory. Pemuda itu terus berlari sampai berada di depan kesatria tersebut, "Saya datang untuk memberitahukan hal penting." *** Mereka hanya menepikan wanita asing itu ke tempat yang lebih baik. Flint juga tidak tahu harus mengambil tindakan apa dalam persoalan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Di samping itu dia bukan pemimpin distrik. Jika membuat keputusan sendiri akan menjadi kesalahan fatal untuk hidupnya yang mana hanya seorang kesatria. Flint tidak bisa ikut campur lebih jauh sebelum ada keputusan dari pemimpin distrik itu sendiri. "Tuan akan datang lusa dan sampai saat itu tiba, tolong jaga jarak dari wanita itu agar distrik tetap aman terkendali. Kita tidak tahu wabah apa yang dibawanya dari luar." Semua penduduk menganggukkan kepala menerima keputusan yang terdengar bijak untuk mengatasi keresahan mereka. Memang hanya itu yang bisa dilakukan agar distrik yang selama ini tenteram tidak diusik oleh pihak lain. Biasanya setiap pengunjung yang memasuki wilayah akan diperiksa terlebih dahulu. Flint berpikir tidak mungkin gelandangan diloloskan masuk begitu saja. Lebih tidak mungkin lagi jika wanita berpakaian kumal adalah salah satu penduduk Distrik Edelweiss. Duke Edelweiss akan murka jika mengetahui ada gelandangan di dalam distrik kekuasaannya. Hal itu akan merusak reputasinya sebagai pemimpin distrik. Keberadaan gelandangan mencerminkan bahwa cara pimpinnya cacat. Bagaimana suatu distrik bisa sejahtera jika penduduknya saja menderita? Flint singgah ke sebuah gudang khusus. Di sana tersimpan semua berkas-berkas mengenai Distrik Edelweiss. Ada ribuan berkas bahkan lebih jumlahnya. Gudang itu sudah beroperasi sejak Distrik Edelweiss ada. Para pendahulu telah menciptakan gedung yang mana sudah beberapa kali mengalami perubahan setiap periodenya untuk sekadar mengukuhkan gedung tersebut. Flint berhenti di sudut paling ujung, tempat di mana diletakkan berkas mengenai Distrik Edelweiss pada masa pemerintahan duke yang sekarang. Berkas daftar penduduk diambil dan diperiksa. Jika diingat lagi bagaimana rupa gelandangan itu, perawakannya masih muda sepertinya. Mungkin umurnya lebih kurang sekitar belasan tahun. Flint menebak-nebak kelahiran berapa dan memeriksa foto yang ada di daftar penduduk. Mungkin dia bisa menemukan identitas gelandangan tadi. Lama waktu berlalu tidak ada jawaban dari rasa ingin tahunya. Sekali lagi Flint menebak kemungkinan yang lain. Mungkin saja gelandangan itu berasal dari luar distrik. Tetapi bagaimana caranya lolos dari penjagaan yang begitu ketat? Gelandangan tadi jelas tidak memiliki keahlian apa-apa sampai harus pingsan di tengah jalan. Mustahil bisa melewati para prajurit terlatih tanpa kemampuan bertarung yang hebat. Di samping itu tidak ada kabar kerusuhan yang diterimanya mengenai penjagaan di pintu gerbang. "Apa mungkin melewati sungai?" gumamnya langsung bergidik memeluk tubuhnya sendiri. Tidak bisa membayangkan bagaimana buasnya buaya yang ada di sungai itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD