Bab 1

1561 Words
Herley Savidson keluaran terbaru, malam itu dikeluarkannya dari kandang. Melaju dengan kecepatan tinggi, keliling pinggiran kota tanpa pengawalan, mecahkan keheningan malam itu. Namun tak membuat rasa sepi dalam benaknya terusir akhirnya dia kembali pulang. Masuk ke kamar duduk di meja kerja pribadi yang bersebelahan dengan tempat tidur yang hanya bersekat hiasan Rottan berlukiskan daun Semanggi. Di kamar Mat Sokran cukup luas, ada ruang santai pribadi terdapat sofa panjang dan meja kaca berkaki kayu antik berukir. Tempat tidur berukuran double bed dengan dinding kaca yang langsung terhubung dengan taman dan kolam ikan dan air terjun buatan, diapit dengan bonsai taman setinggi satu meter. Sedangkan dinding yang menempel dengan tempat tidur, terdapat lukisan empat kuda tiga dimensi. Sehingga ketika masuk dari pintu kamar terkesan seakan kuda meloncat keatas ranjang tepat dimana si Sokran sedang rehat. Sedangkan di dinding belakang meja kerja terdapat foto dirinya dengan si Surti Istrinya sedang bermain air dipantai berukuran cukup besar. Dalam kekecewaannya. Mat Koplar selalu menulis dalam buku hariannya. Seandainya dulu aku merajut hidup ini dgn emas berlian, mungkin aku tak sekecewa ini. Seperti bayang yang mengikuti kemanapun aku melangkah demikian rasa dan sakit yang ada Cintaku terdampar di alam yang tak nyata. Hari-hari yang kulalui itu fatamorgana. Merajut kasih dalam mengisi hari demi hari hanyalah sebuah cerita tanpa rasa. Jika seandainya pun nyata, itu hanya bias kemunafikan yang ada. Aku cinta dan mencintai Aku mengasihi dengan cara yang aku bisa. Aku punya ketulusan walau tak sempurna. Aku berada disisimu itu fakta. Aku memiliki dirimu itu nyata. namun aku baru tau bila aku tak pernah memiliki hatimu dan itu fakta yang membuatku terluka. Kebodohan, melenakanku dalam kemunafikanmu. Tulis dalam buku harian Mat Koplar. Tak tau persis kapan dia tulis, karena dalam buku hariannya gak pernah dicantumkan tanggal dan tahun, serta hari. Hanya dia dan buku hariannya yang tau persis. Bahkan mungkin seandainya ada setan yang mengintip pun bakal lupa kalau ditanya kapan tulisan itu digoreskan. Mat Koplar bukan saja seorang Owner, sukses dalam mengembangkan usahanya. Postur tubuh yang ideal, di atas tinggi badan rata-rata, orang Indonesia pada umumnya. Hidung mancung kulit putih. Senyumnya menawan. Penampilan seringkali sederhana, namun tetap berkesan penuh wibawa. Suaranya sedikit ngebas, kalem, lembut. Namun setiap kata yang terucap sangat mantab dan disegani. Tapi dibalik semua itu Mat Koplar yang sering dipanggil dengan nama Mat Sokran sosok yang rapuh. Mat Koplar bukanlah tipe orang yang tidak setia, namun bukan berarti tak mampu mendua. Didepan wanita dia sosok yang Lembut, romantis, manja, setia, namun dalam waktu yang hampir bersamaan dia tergolong humoris, dan supel. Pola pikir dan menyikapi seorang wanita, menyebabkan lawan jenisnya salah mengartikannya. Kelemahan yang paling dominan, adalah ketika sang istri sibuk dengan dunianya sendiri. Dan itu dianggapnya "sang istri mulai mendua.” Setidaknya itu yang ada dalam angannya dan itu yang dia sadari tentang dirinya Siang itu seperti biasa, di depan meja di ruang santai, yang terdapat dalam ruang pribadinya. Diteguknya kopi buatan istri tercinta. Beberapa batang rokok tinggal puntungnya, berserakan dibawah meja, walau ada asbak di depan hidungnya. Kemudian menuju sofa, berbaring hingga terlelap, entah berapa lama dia menghabiskan malam. Pagi itu : "Pa... pindah di kamar sana.” "hmmm." Karena gak ada tanda-tanda pengen pindah, Surti sang istri menyelimutinya. Tampaknya kegelisahan Mat Koplar terbawa mimpi, hingga membuatnya tak bisa nyenyak dalam tidurnya. Sebentar-sebentar bangun, meneguk kopi lalu kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. ____ Mentari menembus tajam lewat jendela, namun tak mengusik tidur Mat Koplar. Si surti sudah selesai menyiapkan sarapan pagi dan secangkir kopi ukuran jumbo. Ditulisnya pesan di selembar kertas untuk suaminya. Perlahan mengambil kunci mobil lalu berangkat. Nampaknya mimpi itu berlanjut, hingga akhirnya dia meloncat kaget dan terbangun. Didapatinya sang istri sudah gak ada di rumah. Diteguknya kopi hangat buatan Surti istrinya, Duduk dan mengambil pena... Mimpi itu berulang, namun saat Mat Kopkar membuka mata, dia tak mampu tuk mengingat. apalagi mengartikan mimpi itu. Jenuh ini hinggap seolah tanpa berujung. Jenuh yang kemarin belum beranjak, kini datang yang sama, bahkan lebih dari hari sebelumnya. lintasan sebentuk lara terumbar menari dan bermanja. Membisingkan angan dan sulit tuk diabaikan. Tinggal menghitung jam, seakan ilmu pasti. Begitulah masalah yang tlah tergambar menanti. Di Setiap penghujung hari, minggu, bulan, bahkan tahun, dan hingga kini masih belum terpecahkan. Langkah apa yang dapat membebaskan jeratan dalam mengisi diselah hari?!! Haruskah hanya menunggu sang empunya hidup memanggil kembali ke pangkuan-Nya?!! Diam tanpa bertindak, bukanlah solusi yang tepat!!! Bersikeras melangkah. Berjuang dengan sebentuk harapan, beriramakan keraguan akhirnya menjadi keputusan. MENGALIR dengan sendirinya. walau ku tau itu. Bukan jalan yang terbaik. "Tuhan,.....Mampukanku meniti hari. agar walau terseok, namun aku mampu tuk bertahan. hingga Engkau Memanggilku ke pangkuan-Mu. "Kau kira cintaku hanya sebesar daun kumis kucing?! Kau kira kasihku sebatas nafas yang keluar lalu kuhirup lagi?! kau kira sayangku padamu hanya selebar saputangan bekas kau pakai mengusap ingus?! Sehingga dengan mudah kau tukar rasa percayaku dgn sebungkus nasi Jinggo. apa mungkin mimpi yang kurajut seharga segelas jamu gendong yang dijual mak Erot. aku merindukan dirimu, saat ku berusaha membencimu. Bila kau tak suka lagi padaku, maka berdoalah kepada Tuhan, agar hari ini Dia memanggilku. karena cintaku padamu hanya hanya sebatas nafas yang berpihak kepadamu, setelah aku mati gak bakalan bisa mencintaimu." Mat Koplar/Mat Sokran dan istri memang sudah berumah tangga yang kini menginjak tahun ke 10. Namun hingga kini belum mendapatkan kepercayaan untuk menimang anak. Namun nampaknya bukan itu yang membuatnya resah. Diteguknya kopi. lagi. lagi dan lagi hingga Tak terasa secangkir lurik jumbo tinggal ampasnya. Dilihatnya jam di dinding, sudah menunjukkan jam 12. Mat Sokran bergegas ke Kamar mandi. Setelah membaca pesan yang terselip di atas meja makan, Mat Kopplar/Mat Sokran menghubungi Istrinya : "Ma.. Jangan berangkat nyari barang dulu... banyak dagangan yang harus diisi dan kebetulan ada orderan topi cukup banyak, ada beberapa desain baru dengan brand kita, harus secepatnya kita produksi, sebelum model ini ramai di pasaran dan papa kemarin malam lupa kasih tau Mama.” Toko Mattia Grosir n retail milik mereka memang terkesan sederhana, namun barang barang yang mereka jual, kualitas internasional, bahkan beberapa cabang sudah melayani export dengan brand mereka yang sudah dikenal di beberapa negara, termasuk topi-topi yang lagi ngetrend dipakai artis-artis korea, Thailand, vietnam, sebagian china, Hongkong. Jadi wajar jika sang Istri sibuk menangani bisnisnya walaupun telah memiliki orang kepercayaan. Usai sarapan dia langsung meluncur. Beruntung gak lupa mampir ke pom bensin, karena pas didepan antrian mobilnya mati kehabisan bensin, sehingga walau hanya beberapa meter saja ia harus mendorongnya. Sesampainya di toko, ia berkata kepada sang istri : "Ma. tolong kasih tau anak buahmu, kalau habis bawa mobil, jangan lupa cek . mobilnya,” "Lho papa kan juga boss mereka semua, tegur saja langsung, biar semua lebih hati-hati.. memangnya kenapa?'. "Itu papa liat waktunya ganti oli sudah kelewat berapa ratus kilometer?, Caba bilang sama yang biasa bawa mobil suruh cek semua. Semenjak pak Tarman resign kok mobilnya gak terawat. Ini baru yang saya bawa saja sudah gak beres, belum yang lain?!". Katanya kalem getarnya sangat kentara kewibawaannya. Mat Koplar sebenarnya tipe orang yang pendiam, gak banyak omong, gak banyak ngatur. Semua yang berkaitan dengan pekerjaan diserahkan sama Surti sang Istri. Baru kali ini dia menyinggung masalah yang ada hubungannya dengan kesembronoan karyawan. Hal itu dikarenakan mobil yang dia kendarai, bukan saja terlambat ganti oli, melainkan samsatnya pun sampai terlambat. Lebih parah lagi hampir saja Mat Koplar mogok di tengah jalan akibat kehabisan bahan bakar. "Ya coba nanti tak kumpulkan semua karyawan kita." Jawab Surti istrinya. "Cari rumah makan yang santai, ajak makan yang enak, baru Mama briefing mereka." Selesai berbincang dengan sang suami. "An,.. tempatmu rame banget gak?!. Kalau enggak cepetan ke toko ibu. Jagain disini.. GPL." Kata Surti dalam telepon, lalu menghubungi yang lain. "John cepet meluncur ke toko ibu, sama Anti. Ibu mau cari barang sama bapak, cepet gak pake lama." Mendengar bahwa menyebut sama bapak. Hati si John berdebar kencang. Masalahnya dia satu-satunya karyawan yang sudah delapan tahun mengabdi sekaligus karyawan yang paling sembrono dalam bekerja. Entah kenapa Surti dan suaminya masih mempertahankannya. Pak Tarman adalah orang tua Jhon, yang mengabdikan diri sejak usaha dipegang oleh orang tua Mat Sokran, walau sempempat hampir gulung tikar sampai gak mampu membayar gaji karyawan. Pak Tarman masih bertahan mengabdi dengan tanpa gaji. Melihat kelakuan anaknya bukan saja curang, tapi kerja sembrono, seenaknya sendiri, selalu mencari muka di depan majikannya. Pak Tarmanlah yang merekomendasikan anak semata wayangnya kepada keluarga Mat Sokran, adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Walau keluarga ini tidak memecatnya atas perilaku curang yang dilakukan berkali-kali yang pada akhirnya pak Tarman mengundurkan diri, karena malu atas tindakan anaknya. Suatu ketika si John ketahuan menggadaikan mobil operasional toko. Hal itu diketahui pak Tarman ketika dept kolektor dari sebuah finance menagih ke toko, dan saat itu Mat Sokran dan si Surti serta pak Tarman dan dua karyawan yang lain ada di sana. Muka pak Tarman terasa tercabik-cabik mendengar kejadian itu. Tapi lagi lagi saat itu alasan si John untuk menolong keluarga si Gendut. Setelah si Surti mendapat informasi, bahwa saat itu si Gendut memang diberi sejumlah uang, akhirnya Mat Sokran melunasi sejumlah pinjaman beserta bunga. Diam-diam pak Tarman mencari tau berapa nominal yang diberikan kepada si Gendut dan berapa pinjaman yang di dapat dengan memakai jaminan mobil operasional, dan sesuai dengan prediksinya bahwa si Gendut hanya dipakai untuk menutupi kebusukan anaknya dan hal itu bukan kali pertama anaknya melakukan kecurangan seperti ini. Konflik batin seperti ini, yang membuat kian hari semakin membuat pak Tarman menjadi merasa tidak tenang dalam hidupnya. ……….Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD