Stultus

Sosok pria gagah nan tampan dengan aura intimidasinya tengah berjalan menghampiri seorang gadis. Semua tatapan yang mengarah padanya begitu tak percaya. Senyum segaris dengan lambaian hangat hanya untuk sosok gadis lusuh dihadapannya. Dia memeluknya dengan erat. “Lona, sekarang kau bebas nak. tidak ada nenek lagi disini. Apa kau ingin kembali pada saudaramu dan ibumu? Aku dengar mereka ada di Spanyol untuk mengembangkan bisnis dan memantau ax." Gadis yang menatap pria tampan yang duduk disebelahnya dan mengelusnya dengan lembut. wajahnya yang cantik meneduhkan namun sayang, nampak kusut dan tidak terawat. "Aku ingin menemani papa." Ujarnya membuat pria tersebut tersenyum. Ia melihat nampak perbedaan yang sangat mencolok. Ia yang berpakain mahal dan bermerk sedangkan putrinya yang nampak memakai gaun dari gorden. "Papa melihatmu seperti ini seakan ingin marah pada nenekmu. Apakah ini definisi didikan yang benar?" "Aku nyaman menjalaninya papa. aku baik selama ini." Axeliona Thalia adalah gadis cantik dan cerdas. IQ yang bisa dikatakan sempurna, namun tidak ada yang mengetahuinya secerdik neneknya dalam menyembunyikannya dari dunia. Hingga penampilannya saja yang begitu miris. "Apa kau tidak merindukan kakakmu? dan mamamu?" "Pesan mama padaku adalah menuruti nenek dan selalu bersama papa." "Tapi bila kau ada disisiku dengan seperti ini aku juga sedih Lona. sebaiknya kau kembali bersama kakak dan mamamu. kau memang mendapat pendidikan yang baik selama ini meski homescholling. kau bahkan sudah menjadi sarjana muda di usia 14 tahun. Tapi aku ragu, apakah kau bisa bersosialisasi ? Kau selama ini seakan dikurung." "Aku sama sekali merasa tidak keberatan."Senyumnya dengan lesung pipi yang dalam. "Tidak. mulai besok kau akan ke Spanyol. Aku sudah bilang pada mamamu dan semua orang senang mendengarnya. Kau akan dapat kasih sayang dari keluargamu lagi. Kau juga akan bersosialisasi dan menjadi gadis yang cantik seperti mamamu." Gadis itu hanya diam dan menatap bangunan luas tepatnya rumah yang selama ini ia tinggali 12 tahun. Bangunan kuno abad pertengahan milik neneknya. Ia tidak pernah diijinkan keluar bangunan terebut. Hingga membuat papanya ingin mengembalikan jati dirinya. Spanyol, "Aku mengembalikan permatamu kembali. Bahagialah Lisa bersamanya, jadikan dia Lisa 2. Ia senang sekali dengan musik dan aku membawa jauh-jauh piano klasik, gitar, dan biola kesayangannya." "Terimakasih Alle, selama ini kau merawatnya. Ax sangat semang mendengarnya. Aku sudah mendaftarkan Lona di sekolah Ax. " "Dia sedikit tidak nyaman dengan keramaian. dan kau tahu ia sudah dapatkan sarjana matematika murni." Wanita cantik yang ada dihadapannya hanya bisa terkejut mendengar penuturan Allegra. Ia melirik kearah gadis yang nampak diam menatap dan menilai Mansion ibunya. seperti gadis desa yang sangat sederhana. Semuanya nampak kusut tanpa tahu dia adalah putri dari orang yang sangat terkenal. Ibunya adalah keturunan mafia besar dan menikah dengan dokter ternama. Ayahnya kandung adalah ketua klan mafia paling disegani di seluruh Eropa. "Aku akan kembali. Ku harap dia bisa membiasakan diri disini." "Kau tenang saja, kami selalu ada. kakaknya akan menjaga Lona. Adrian juga akan menyayangi Lona seperti anaknya sendiri." "Terimakasih Lisa. " "Ya. " Selepas Allegra keluar, nampak suara sepatu dan bola yang memantul. aroma maskulin yang langung menusuk indera penciuman Lona. Gadis itu melihat pintu utama. Nampak remaja yang berwajah sama dengannya yang tampan dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Tatto mawar hitam yang ada di tulang selangkanya menambah kesan sempurna saat kaos Olahraganya terlepas.Tatto mawar hitam yang menjadi identitas keturunan mafia yang paling terkenal dan disegani selama ini. "Lo-na." Kejutnya melihat adik yang sangat ia sayangi selama ini datang berkunjung. "Kak Axel. "Tangisnya dipelukan pria tersebut. "Mulai hari ini dia kembali, Lisa 2." Ucap mama Ax membuatnya tersenyum bahagia. "Setelah aku lihat dan perhatikan, kenapa kau jadi seperti ini Lona? Apa papa tidak membelikanmu pakaian mahal dan indah?" Ucap Ax tidak terima melihat penampilan adiknya yang memprihatinkan. "Papa pernah membelikannya, tapi nenek bilang untuk memakai pakaian hasil jahitanku sendiri." Polos Lona membuat kakaknya menahan geram. "Apa lagi?" "Tapi, aku menikmatinya kakak. Aku baik."Ucap Lona meyakinkan kakaknya. "Sudahlah Ax, adikmu sudah sangat tersiksa. Aku sudah tidak tega lagi, sekarang yang terpenting mengembalikan Lona kita." Ucap Lisa menengahi putranya. "Lona harus kembali pada jati dirinya. Lona yang ceria, yang cerdas, dan lincah." "Pelan-pelan saja. Jaga Lona dari jauh saat kau di Sekolah, ia masih tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Sedangkan kau adalah sorotan utama." "Iya mama. Aku tidak akan membiarkan dia sampai terluka seujung kuku saja." "Lona, apakah tattomu masih ada?" Tanya was-was Lisa pada putrinya. "Masih, namun sedikit memudar karena nenek selalu mengolesiku minyak. Dan nenek juga menambah tatto di lengan kiri atas." "Oh ya? " Lona hanya mengangguk dan memperlihatkan Tatto ukiran daun ganja. Lambang keluarga Allegra yang artinya ganja adalah candu, pemikat, dan pembunuh dalam ketenangan. Sedangkan mawar hitam adalah Tatto temurun dari nenek Lona dan Ax yang memikat dengan keindahan. Namun mampu melukai tanpa pandang siapa saja. "Jaga identitas kalian. Kalian itu istimewa, dan cukup sudah kau menjadi gadis desa Lona. Mulai sekarang, kembalilah menjadi Lona kami. Apa kau sanggup?" "Demi tanggung jawab ini. Aku siap." Ucap Lona membuat ibu dan kakaknya tersenyum bahagia. "Kehidupanmu akan berubah mulai besok. Persiapkan dirimu."