Adik Ipar

1074 Words
Rose tengah menyiapkan makan malam untuk suaminya. Rasanya dia masih belum percaya bahwa pernikahan ini hanya karena nafsu semata oleh Jason. Rasa sakit hatinya diperlakukan baik tapi ketika di kamar saja. Di luar dia dianggap seperti sampah oleh suaminya sendiri. kadang dia harus membawa barang-barangnya sendiri ketika mereka menuju apartemen. Lebih parahnya lagi ketika mereka sedang keluar atau ada acara penting. Jason tidak pernah mengajaknya, justru mengajak wanita lain yang menjadi teman kencannya. Banyak yang mengatakan jika itu adalah pernikahan tanpa ada rasa cinta. Yang nyatanya itu memang benar kenyataan seperti itu. Berada di rumah ibu mertuanya juga terasa seperti neraka bagi Rose. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan sebagai menantu. Melainkan sebagai pembantu yang terus melakukan pekerjaan rumah. Belum apa-apa dia malah sudah merasakan penderitaan itu. Ini rasanya sangat sakit sekali. Begitu banyak sekali derita yang dirasakan oleh Rose selama bersama dengan Jason. “Apa kamu sedang bercanda?” tanya Ibu mertuanya waktu Rose sedang membersihkan meja ruang tamu. “Harusnya Jason tidak menikah denganmu jika aku tahu dia akan menikahi seorang pembantu sepertimu,” ketus ibu mertuanya yang sedikit melukai hati Rose dengan ucapan itu. Sangat terdengar tidak baik. apalagi bagi Rose itu adalah sebuah penghinaan karena sudah mengatakan dia sebagai pembantu yang bisanya hanya melakukan pekerjaan rumah seperti ini. Tapi bagaimanapun juga dia di sini adalah seorang istri dari Jason yang harusnya bisa bersabar menghadapi situasi seperti sekarang ini. Ia menghela napas panjang lalu mengambil penyemprotan dan juga lap yang digunakan untuk membersihkan meja yang katanya masih kotor itu. “Mana yang kotor, Ibu? Biar aku yang membersihkannya,” Ibu mertuanya menaikkan sebelah kakinya, dengan ekspresi yang penuh kebencian itu dia sudah tahu bahwa ini bukan ibu mertua yang baik. ‘Hanya satu tahun Rose. Tinggal hitungan bulan kamu akan pergi dari sini’ kata Rose menyemangati dirinya di dalam hati. Sikap Jason yang buruk tidak jauh dari ibunya. Pria itu juga memperlakukan dia sangat buruk di rumah. Hanya ramah ketika urusan ranjang yang begitu panas. Dengan mencoba menyabarkan dirinya membersihkan meja yang dimaksud oleh ibu mertuanya, Rose sendiri sudah biasa mendengar hinaan-hinaan yang dilontarkan oleh ibu mertuanya karena dulu sebelum ibu mertuanya ada ibu tirinya yang sudah sangat kurang ajar melakukan hal itu untuknya. “Setelah bersih-bersih masak untuk makan siang kami!” Luna—selaku ibunya Jason memang tidak bisa meragukan lagi kepandaian menantunya dalam hal memasak ini. Masakan Rose memang tidak akan pernah mereka cela ketika sudah dihidangkan apa pun itu. Begitu pula dengan Jason yang sangat suka dengan masakan Rose yang terasa sangat lezat itu. “Daniel sebentar lagi akan pulang, kamu akan bertemu dengannya,” kata Luna yang berdiri lalu pergi dari sana. Ya sedikit tentang Daniel, dia mendengar bahwa suaminya memiliki seorang adik laki-laki yang berbeda dengan Jason. Itu yang dia dengar dari mulut Jason sendiri bahwa lelaki itu sangat baik. Rose akan menghidangkan makan siang yang menggugah selera. Katanya hari ini Jason akan pulang lebih awal. Jadi makan siang mereka itu pasti akan sangat ramai ditambah lagi dengan kehadiran Daniel yang akan tetap berada di rumah ini nanti. Ada steak ayam, tumis ayam dan tahu. Serta ada udang tempura. Itu adalah makanan kesukaan dari Jason semua. Maka dia akan menghidangkan makanan itu untuk suami dan juga ibu mertua. Ketika dia sedang memasak, ibu mertuanya datang dan menghampiri dia yang sedang menggoreng udang. “Apa kamu yang memasak ini semua?” “Iya Ibu,” jawabnya sambil terus fokus pada masakannya. Luna terkagum dan mencicipi masakan itu sangatlah lezat. Yang paling dia sukai ini adalah tumis ayam dan tahu yang dibuat oleh Rose. Dengan bumbu pedas dan juga dia menyukai capcai yang sering dibuat oleh menantunya. Ketika dia sedang mencicipi. Namun tercium bau gosong yang membuatnya menoleh. “Rose, apa yang kamu lakukan!” teriaknya ketika melihat teflonnya mengeluarkan asap. “Kamu buta hah? Itu Teflon kesayanganku,” teriaknya dan memarahi Rose yang sedang masak itu. Rose sendiri fokus dengan udang yang dia goreng tanpa melihat ke arah kanan yang memanggang daging ayam untuk steak yang kesekian. Rasa bersalahnya itu membuat dia meminta maaf kepada ibu mertuanya. “Maafkan aku Ibu, aku tidak sengaja,” “Dalam hal apa pun kamu tidak pernah becus,” kata Luna, “Kamu hanya beban di sini. Kamu tidak bisa melakukan pekerjaan itu dengan mudah. Bukannya kamu juga menikah atas dasar uang anakku,” “Ibu, sudahlah! Kenapa Ibu menjadi sangat kasar seperti itu,” seorang pria yang merasa ibunya sudah sangat keterlaluan. Dari tadi dia sudah mendengar pembicaraan itu. “Itu lagi pula hanyalah sebuah teflon. Aku belikan untuk Ibu yang baru, kasihan kakak ipar kalau Ibu berlaku seperti ini,” Rose menoleh ke arah pria yang dengan tinggi hampir lebih tinggi daripada Jason. Namun pembawaan pria ini sangatlah santai. Apalagi mendengar kabar bahwa Daniel sangatlah sopan dibandingkan dengan Jason. Pria itu langsung mendekat. “Maafkan sikap Ibu yang tadi kak. Aku tidak ingin kakak kenapa-kenapa,” pria itu dengan gagah mengatakan permintaan maaf tersebut. Berbeda sekali dengan Jason yang akan jauh lebih cuek. Luna sudah bisa membaca situasi seperti sekarang ini bisa terjadi pada anak bontotnya. Walaupun rasa kesal itu masih ada di dalam hatinya. Namun ucapan Daniel barusan sudah cukup membuatnya merasa lebih baik. anak itu memang jauh lebih baik dibandingkan dengan Jason yang hanya mengecewakan dirinya. Bukannya Luna membandingkan, tapi memang itu kenyataannya bahwa sikap Daniel yang jauh lebih menghormati dia. Ketika Jason menikah pun tidak ada yang tahu tentang siapa calon yang akan dinikahi. Tapi tiba-tiba saja pria itu datang membawa calon istrinya dan mengatakan bahwa pernikahan akan dilakukan esok harinya sampai Luna kaget mendengar pernyataan dari anaknya sendiri. Luna pergi dari dapur lalu memilih ke ruang tengah. “Kamu baik-baik saja kak?” tanya Daniel dengan sopan. “Ohya, perkenalkan aku Daniel. Aku sudah mendengar banyak cerita dari Ibu tentangmu. Ibu bilang kamu sangat pandai memasak, apa itu alasannya kamu memasak hari ini untukku?” pria ini jauh lebih ramah. Dia mengulurkan tangannya kemudian bersalaman memperkenalkan diri dengan Rose. Daniel menghampiri Ibunya ke ruang tengah setelah selesai berkenalan dengan Rose. Dia memang hafal dengan sikap Ibunya yang terkadang terdengar sangat keterlaluan itu. Tapi bagaimanapun juga dia menghargai sikap tegas tadi. Namun jangan sampai berkata kasar pada Rose. “Ibu, kamu marah dengan ucapanku barusan?” Mata wanita itu menoleh ke arah anaknya. “Tidak, Ibu hanya tidak mengerti kenapa sikapmu sangat berbeda dari kakakmu? Kamu tahu? Ibu hanya benci menantu yang bukan dari golongan kita,” jawab Luna dengan tegas pada anak keduanya ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD