BAB 3 Drama Di Hari Minggu

1027 Words
"Bangun, Ge!" "Ish ngantuk, Mas," Gea merengek kesal saat Nata terus berusaha membangunkannya. Menggoyang-goyangkan tubuhnya berkali-kali. Hell! Ini hari minggu, masa dimana orang sibuk seperti dirinya akan menghabiskan minggu pagi dengan mengarungi pulau kapuk. Nata memutar bola matanya jengah, "Ge, kalau kamu gak bangun juga, Mas jamin besok kamu gak bisa jalan," ancamnya yang berhasil membuat Gea melotot ngeri dari balik selimut yang membungkus seluruh tubuh. "Fine! Aku bangun!" dengan kesal Gea membuka selimut dengan menyentaknya hingga terjatuh ke lantai. Dia melompat dari atas ranjang dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Satu hal yang membuat Gea tidak bisa berkutik adalah pria itu yang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Nata bukanlah tipikal orang yang suka dibantah, jika dia mengatakan A maka harus A, tidak boleh B apalagi C. Bisa dibabat habis kalau berani melawan. Pernah satu kali dia membantah saat awal-awal pernikahan. Waktu itu Gea ngotot ingin pergi ke Mall sendiri tanpa di dampingi Nata, alhasil begitu pulang dari sana dirinya mendadak diabaikan bahkan selama seminggu penuh pria itu tidak pulang ke rumah dan memilih tidur di kantor. Ketika dia berusaha membujuk suaminya. Dengan santai Nata menjawab, "Bukannya kamu gak butuh Mas, ngapain cari-cari. Kan bagus kalau Mas enggak ada di rumah, kamu bisa pergi sesuka hati kamu tanpa ada yang larang." Sontak Gea menangis kejar dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sejak saat itu, Gea sebisa mungkin tidak membangkang apalagi membantah pada setiap ucapan Nata. "Ayo!" Gea menurut saja ketika tangannya ditarik oleh Nata. Rencananya pagi ini mereka akan melakukan jogging mengelilingi komplek. Ralat hanya Nata yang jogging, sementara dirinya hanya korban pemaksaan sang suami. "Mas!! Kok ditinggal sih, katanya jogging bareng!" Gea memekik kesal melihat Nata yang terus berlari menjauh. Karena malas berlari, Gea memutuskan jalan santai saja. Toh yang penting dia gerak, iya kan? Setelah berjalan sekitar 300 meter, matanya berbinar terang begitu melihat Abang tukang bubur ayam. Tanpa pikir panjang, dia segera membelokan arahnya ke tempat tersebut yang tidak terlalu ramai. Baru dua suap bubur itu masuk ke perutnya, tiba-tiba Nata datang dengan wajah datar. "Mas kira kamu ilang, gak taunya malah nyangkut di sini," Gea menyengir lebar. Diulurkannya mangkok yang masih penuh tersebut ke arah Nata, "Mas mau?" Meski sempat mendengus, namun dia tak menolak pemberian sang istri, "Olahraga itu bakar kalori bukannya nambahin," omelnya setelah menelan satu sendok penuh bubur ayam. "Laper Mas belum sarapan," elak Gea yang tak digubris oleh pria itu. "Lagi?" tawarnya. Nata menggeleng, karena dia memang tidak terlalu suka makanan bertekstur lembek. Ketika Gea tengah menikmati sarapan paginya, sayup-sayup telinganya mendengar bisikan. Begitu kepalanya menoleh ke arah kanan, dia mendapati 3 wanita muda seumuran dengannya sedang bergosip satu sama lain sambil sesekali tersenyum. Persis seperti orang gila. Sontak Gea mengerucutkan bibir saat menyadari bahwa mata ketiga wanita tersebut melirik Nata penuh minat. Mendadak selera makannya hilang entah kemana. Dengan kesal, dia menaruh mangkok yang sedang digenggamnya ke atas meja cukup keras, hingga menimbulkan reaksi bingung dari orang-orang di sekitar termasuk Nata. "Kamu kenapa?" tanya Nata. "Pulang! Mas yang bayarin!" ketus Gea seraya melipat kedua tangannya di depan. Nata menghela napas, melihat isi mangkok yang tinggal setengah, "Habisin dulu," "Udah gak napsu," ucap Gea masih dengan nada ketus. Dia kemudian bengkit berdiri lalu berjalan meninggalkan Nata yang sedang mengurus pembayaran. Gea membanting tubuhnya di atas sofa. Meski sudah sampai di rumah, namun rasa kesalnya tak kunjung mereda, "Ish, nyebelin. Dasar cewek ganjen! Gak bisa liat cowok bening dikit!" Saking kesalnya Gea sampai memukul-mukul bantal sofa dan menjadikannya samsak pelampiasan. "Ini muka kenapa asem banget hem?" tanya Nata seraya menjepit kedua pipi sang istri. "Gak usah pegang-pegang!" Sebelah alis Nata sontak terangkat, "Sok jual mahal," cibirnya yang semakin membuat muka Gea terkekuk masam. "Daripada marah-marah gak jelas, mending buatin Mas jus. Haus abis lari," "Aku baru duduk loh," rengek Gea dengan tampang memelas. Namun tidak digubris oleh pria itu. "Mau ngebantah suami?" tanya Nata yang berhasil membuat Gea diam tak berkutik. Masih dengan perasaan dongkol, Gea memasuki dapur lalu melakukan perintah sang suami. Ketika dia sedang memotong buah apel menjadi beberapa bagian, tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang. Perlahan Nata meletakan dagunya di atas bahu Gea, lalu berkata. "Secantik apapun perempuan diluar sana, mereka gak akan mampu menggantikan posisi kamu di hidup Mas." Seketika bulu kuduk Gea meremang tanpa dapat dicegah. Pipinya bersemu dibarengi senyum yang mengembang. Jika terus diperlakukan seperti ini, bagaimana rasa kesalnya akan bertahan lama. s****n memang!! *** Menghabiskan waktu di hari minggu hanya dengan mengurung diri di dalam rumah tanpa melakukan kegiatan yang menyenangkan, tentunya akan berakhir membosankan. Duduk seharian di sofa lalu menonton layar televisi tanpa henti juga bukan cara efektif untuk mengusir rasa suntuk yang mulai mengambil alih mood. Melempar remot TV ke sembarang arah, Gea kemudian beranjak berdiri lalu berjalan menuju ruang kerja dimana suaminya tengah bersemedi. Dengan sedikit membanting pintu, Gea berjalan masuk tanpa mempedulikan tatapan mata Nata yang mengikutinya. Berdiri di antara rak-rak buku yang berjejer rapi, Gea mengambil asal salah satunya untuk dia baca dan berharap metode itu berhasil mengusir segala kebosanan yang datang menghampiri. Duduk di salah satu sudut sofa, Gea mulai mencoba menyelami setiap kata yang tertulis rapi di kertas putih tersebut. Namun, karena itu merupakan sebuah buku tentang dunia bisnis jadilah Gea semakin bertambah bosan. Menyerah. Dia memutuskan untuk menghampiri sang suami yang masih anteng duduk di tempatnya. Perlahan, Gea menarik kecil lengan baju Nata membuat pria itu menoleh, "Kenapa?" Ucapnya bertanya. Sambil menengadahkan tangan, Gea berkata, "Pinjem hp. Mau main game," Tanpa protes, Nata segera memberikan apa yang istrinya minta. Sehingga wanita itu tersenyum senang lalu berlari kembali ke tempatnya semula. Sekitar 10 menit berlalu, Nata akhirnya menutup buku yang sedang dia baca karena fokusnya mulai pecah akibat sang istri yang terus berteriak kesal gara-gara game yang sedang dimainkannya. Kata-kata 'you has been slained' selalu terdengar seiring game berlangsung membuat Nata jadi gemas sendiri. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menghampiri sang istri lalu mengambil alih ponsel tersebut dari tangannya. "Mas, aku belum selesai main," Gea mulai merengek tak terima. Namun hanya sebentar, karena selanjutnya Nata menyuruh sang istri duduk di hadapannya kemudian mengajarinya bermain game online yang benar. Alhasil hari minggu itu mereka habiskan dengan mempelajari permainan game online bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD