#3

841 Words
*Autor POV Hari ini Adisty lebih gugup dari saat pertamanya bekerja. Dia tidak tahu harus memakai apa. Apakah pimpinannya punya kriteria khusus pada pakaian sekretarisnya atau tidak. Semalaman ia sudah membaca banyak sekali artikel tentang Kenzie Afta Bharata, CEO yang juga anak tunggal pemilik Bharata Group. Sedikit banyak ia memahami sifat pimpinannya itu, tapi tetap saja ia gugup.  Sebuah kemeja biru tua bermotif bunga - bunga berwarna putih mencuri perhatian Adisty. Juga rok lipat berwarna putih tulang seperti warna bunga di kemejanya. Adisty memutuskan untuk memakai itu sebagai outfitnya hari ini. Dia menoleh ke arah rak, terlihat sepatu ankle strap berwarna biru tua dengan aksen gold di pinggirnya.  Hampir satu jam Adisty mematut dirinya di cermin. Make up natural, lipstik berwarna nude terasa cukup untuk penampilannya hari ini. Sekali lagi ia memastikan penampilannya di cermin, sempurna. Adisty cukup percaya diri untuk berangkat ke kantor.  "Selamat pagi bu." sapa Adisty pada Bu Suci yang sudah menunggu di ruangannya.  "Pagi." jawab Bu Suci singkat. Ia segera menuntun Adisty ke lift khusus yang mengantarkan mereka ke ruangan sang CEO. Adisty sangat gugup. Ia beberapa kali menelan ludahnya sembari melihat pantulan dirinya di cermin.  Ruangan itu begitu besar, dengan warna dominan abu - abu dan biru tua. Adisty mengikuti Bu Suci berjalan ke sebuah ruangan. "Ini ruangan kamu. Disana adalah kamar mandi, kamu bisa menggunakannya." kata Bu Suci menunjukkan ruangan besar di samping ruangan CEO yang bahkan ukurannya lebih besar dari kamar Adisty. "Dan disamping adalah ruangan Pak Kenzie. Dan jangan masuk jika dia tidak memanggilmu." kata Bu Suci memperingatkan. Adisty mengangguk patuh.  /// *Adisty POV Bu Suci menunjukkan ruang kerjaku, itu bahkan lebih besar dari kamarku. Sebuah sofa berwarna biru tua terlihat begitu mewah bertengger disana. Ada kamar mandi pribadi juga, ini benar - benar luar biasa. Bu Suci juga memperingatkanku agar tidak masuk ke ruangan Pak Kenzie jika ia tidak memintanya, membuatku bergidik ngeri. Sejenak aku lupa siapa yang kuhadapi. Setelah selesai menunjukkan ruangan, Bu Suci menunjukkan tugas - tugasku. Aku cukup memahami tentang tugas yang akan aku kerjakan. Bu Suci merasa cukup untuk melepasku, ia pun meninggalkanku sendirian. Sendirian. Aku benar - benar sendirian. Di ruangan sebesar ini. Tiba - tiba saja bulu kudukku meremang. Entah kenapa merasa sendiri membuatku takut.  Tidak lama Pak Ken datang, aku menyapanya dengan membungkukkan kepalaku. Dia melihatku sebentar lalu melaju ke ruangannya. Aku kembali duduk di tempatku, mengerjakan tugas - tugas baru yang menungguku. Tak berapa lama Pak Ken meneleponku dan memintaku ke ruangannya. "Apa jadwal saya hari ini?" tanyanya dingin. "Ada meeting dengan Guno Group mengenai pembangunan hotel di Bali pukul 10.00. Selebihnya tidak ada pak." jawabku gugip. "Kamu siapkan proposalnya." kata Pak Ken tanpa memandangku.  "Baik pak, saya permisi." pamitku. "Tunggu. Nama kamu siapa?" tanya Pak Ken padaku. Aku mengernyit, bukannya data diriku sudah ada di atas mejanya. "Adisty pak." jawabku kemudian berpamitan. Aku segera kembali ke ruanganku, mencari proposal yang akan digunakan untuk rapat nanti. Juga mengkopi file power point ke dua flashdisk yang berbeda. Persiapan jikalau ada salah satu yang tidak beres. Aku selalu melakukannya karena dulu pernah mengalami kejadian kehilangan file di flashdisk, dan mulai saat itu aku selalu menyimpan dataku di dua tempat berbeda, atau jika riskan, aku menyimpannya di cloud. /// *Kenzie POV Jadi benar dia pegawai baru HRD. Ingatanku memang cukup bagus, meskipun aku memiliki banyak karyawan, setidaknya aku mengingat wajah mereka. Untung saja alasanku kemarin benar. Suci adalah teman baikku, tapi dia tidak akan membiarkanku melakukan hal yang tidak profesional. Dan menempatkan gadis itu disini adalah alasan yang cukup baik. "Tolong ke ruangan saya sekarang." perintahku yang disambut dengan ketukan pintu. "Apa jadwal saya hari ini?" tanyaku pada gadis itu, yang kutahu bernama Adisty.  "Ada meeting dengan Guno Group mengenai pembangunan hotel di Bali pukul 10.00, selebihnya tidak ada pak." jawabnya gugup. Membuatku ingin tertawa. "Kamu siapkan proposalnya." balasku lagi. "Baik pak, saya permisi." jawabnya hendak meninggalkanku. Entah kenapa aku ingin dia disini lebih lama. "Tunggu." entah untuk apa aku menghentikannya. "Nama kamu siapa?" dan pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulutku. "Adisty pak." jawabnya sedikit bingung. Dasar aku bodoh sekali. Adisty meninggalkan ruanganku setelah berpamitan. Aku bisa melihatnya dari ekor mataku. Dia memang pandai memadu padankan bajunya. Entah mengapa aku menyukai outfitnya hari ini. Pukul 09.00 aku beranjak dari kursiku. Entah kenapa sejak tadi aku malah asik memperhatikan Adisty daripada pekerjaanku yang menumpuk.  "Ayo berangkat." ajakku pada Adisty yang terlihat bingung. "Saya ikut pak?" tanyanya polos. "Yaiyalah." jawabku ketus. Ia terlihat kebingungan mengambil tas dan membawa berkas - berkas yang telah disiapkannya.  Aku tersenyum melihatnya gugup, entah kenapa sikapnya terlihat lucu. Adisty sudah siap hanya dalam beberapa menit, aku segera mengubah ekspresiku seperti semula. Dia memencetkan tombol lift untukku dan mempersilahkan aku masuk. Dengan kikuk dia berdiri di belakangku. "Kamu lulusan apa?" tanyaku padanya. "Ilmu Hukum pak." jawabnya gugup. "Nanti kalau mereka mencoba mempermainkan hukum, tunjukkan kemampuanmu ya." kataku serius. "Baik pak." balasnya singkat. Kulihat pantulan dirinya di dinding lift, membuat pikiranku membayangkan kami melakukan sesuatu di dalam sini. Aku menggeleng - gelengkan kepalaku, kenapa bisa pikiran kotor itu mampir di saat yang tidak tepat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD