2. Gaun Pesta

1122 Words
Hari ini adalah hari kelulusan bagi lulusan ratusan mahasiswa dan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Denmark—University of Copenhagen—termasuk dua gadis kembar itu yang tidak lain adalah Alena dan Aileen. Saat ini mereka sedang sibuk mengurus gaun dan juga keperluan lainnya untuk pesta perpisahan nanti malam. Di salah satu pusat perbelanjaan tepat berada di jalan Kalvebod Brygge. Aileen menatap kakaknya yang sedang memilih gaun, matanya berbinar melihat gaun yang sedang dipegang Alena. "Kakak, aku mau gaun yang kamu pegang," ucapnya manja seperti biasa. "Kamu mau ini? Ambil lah, aku akan mencari yang lain Aileen," ucap Alena menyerahkan gaun itu pada Aileen tanpa merasa marah. Pemilik manik mata setenang sunset di langit sore itu tersenyum. Alena kembali melangkahkan kakinya mencari gaun yang akan membuatnya tampak cantik pada malam perpisahan di kampusnya. "Thank you so much, Sista." Aileen sangat bahagia. Begitulah Aileen, dia selalu menginginkan apa yang Alena inginkan. Gadis itu seakan sudah terbiasa meminta apapun yang dia inginkan dari kembarannya tanpa merasa sungkan sama sekali. "Yeah Aileen, you are welcome," jawab Alena tersenyum tulus. Alena kembali mencari gaun yang menurutnya cocok untuk dia gunakan nanti malam. Dia dan Aileen tumbuh menjadi gadis yang sangat manis. Siapapun yang melihat mereka pasti akan langsung jatuh cinta. Alena menjelma menjadi princess masa kini, dia sangat lembut dan penyayang. Berbeda dengan Aileen dia sangat manja dan juga ambisius, apa yang di inginkan harus dia dapatkan. "Honey?" ucap seseorang di belakangnya membuat Alena menoleh. Secercah senyumnya merekah saat lelaki itu memeluk pinggangnya. "Marcuss Sean, ke mana saja dirimu selama ini?" tanya Alena menahan kesal. Pasalnya kekasihnya satu semester ini sudah dua minggu menghilang bak ditelan bumi. Alena juga sangat bingung ke mana lelaki itu pergi tanpa pamit dengan dirinya. Marcuss terkekeh seraya mengacak rambut Alena penuh cinta. Tatapan matanya tidak bisa lepas dari keindahan Tuhan yang tercipta pada diri Alena. Gadis cantik, lembut, penyayang, dan memiliki rasa sosial yang tinggi. Alena paket lengkap yang rasanya ingin sekali Marcuss persunting sebelum ada lelaki lain merenggut Alena dari sisinya. "Merindukanku Honey?" tanya Marcuss mengedipkan matanya nakal. Alena mendengus, dia melanjutkan mencari gaun daripada mendengarkan ocehan kekasihnya itu. Marcuss mencebikkan bibirnya, seharusnya dia kan disayang-sayang oleh Alena, kenapa malah dia diacuhkan seperti ini. "Marcuss, kaukah itu?" ucap Aileen membuat Marcuss menghentikan langkahnya sekilas. Wanita manja ini lagi! "Oh, hai Aileen," ucap Marcuss dengan malas. Aileen mendekat ke arahnya dan mengelus bahu kekar Marcuss Sean, mencoba menggoda huh! Marcuss memang seorang mahasiswa di jurusan Managemen dan Bisnis, dan dia merupakan anak dari investor yang selalu memberikan bantuan bagi mahasiswa-mahasiswi tempat mereka kuliah. Marcuss sedikit menjauh, dia tau Aileen memang menaruh hati padanya. Bukankah ini kesempatan besar untuk misinya? Baginya Alena bagaikan malaikat, dia tidak akan melukai sedikitpun malaikatnya. Pertemuan Marcuss dan Alena berawal dari ketika Marcuss sedang berkelahi dengan pengemudi karena mabuk dia mengendarai mobilnya ugal-ugalan hingga menabrak mobil di depannya. Saat itu Alena berteriak untuk berhenti memukuli Marcuss, Alena membayar kerugian pengemudi itu dan meminta maaf. Alena juga yang membawanya ke rumah sakit agar mendapat pertolongan. "Hai kau melamun?" tanya Aileen melambaikan tangannya di depan Marcuss. Marcuss tergagap, dia menggelengkan kepalanya. "Bagaimana gaun pilihanku, Marcuss, Ail?" tanya Alena menunjukkan gaun pilihannya. Marcuss tersenyum. "Gaun itu cantik, kau pasti akan terlihat cantik memakai gaun itu. Karena pada dasarnya kau memang cantik," ucapnya. Aileen mengangguk dengan malas, kenapa semuanya harus memuji Alena. Bukankah dia juga semenarik Alena, lihat saja Alena dia bahkan tidak bisa berdandan. "Baiklah, ayo aku antarkan kalian pulang usai membayar belanjaan kalian," ajak Marcuss diangguki Alena dan Aileen. Mereka bertiga menuju kasir, dengan gentleman Marcuss membayar kedua gaun milik Alena dan Aileen. Usai itu, keluar dari pusat perbelanjaan menuju parkiran mobilm Marcuss membukakan pintu untuk Alena tapi Aileen menahannya hingga membuat kedua pasang mata menoleh menatapnya penuh tanda tanya. "Kakak, aku mabuk jika di belakang. Bolehkah aku duduk di depan saja?" tanya Aileen merajuk. Alena mengangguk, Marcuss menutup pintu depan dan memilih membukakan pintu untuk Alena di belakang. Aileen menggeram, tapi dia buru buru menetralkan emosinya. . Aileen di dalam kamarnya mondar mandi sedari tadi. Dia bingung bagaimana caranya agar Alena tidak datang ke acara itu dan menjadi saingannya nanti, dia tidak mau kalah saing dengan Alena kali ini. Sebuah ide akhirnya dia dapatkan, dengan buru buru dia menyobek daerah resleting gaun itu hingga sobek, dia tersenyum setan. "Huwaaa Kakak!" teriaknya memenuhi seantero Apartemen mewahnya. Alena yang sedang memakai body lotion langsung berlari menemui Aileen di kamarnya. "Kenapa Ail?" tanya Alena khawatir. "Lihat gaunku sobek," ucap Ail terisak sedih. Alena menatap gaun itu, gaun yang tadinya indah kini sobek terbelah di beberapa sudut. "Kenapa bisa seperti ini Aileen?" tanya Alena mengecek gaun itu, lalu menatap adiknya. "Tadi tidak muat, dan aku memaksanya. Bagaimana ini, aku tidak mungkin tidak datang ke acara malam ini," ucap Aileen bernada sedih. Alena menghela napasnya, kenapa Aileen bisa seceroboh ini. "Kau punya gaun lain kan, pakai saja yang lain, Aileen," ucap Alena menenangkan Aileen. "Tidak Kakak, semua gaunku pernah kupakai, dan aku anti memakainya lagi," kata Aileen dengan nada tinggi. Alena menggaruk tengkuknya, dia sangat hafal dengan sifat buruk Aileen. "Bagaimana jika gaun Kakak aku yang pakai?" pinta Aileen pada kakaknya. Ale sedikit tersentak. "Aku tidak memiliki gaun pesta lainnya, lalu aku pakai apa Ail?" Alena terlihat lesu, ini memang salahnya karena enggan membeli gaun-gaun pesta selama berada di Denmark. Gadis itu memang sangat jarang mengikuti acara pesta malam. Hanya beberapa kali menghadiri makan malam secara formal. Aileen menangis semakin terisak dan itu membuat Alena tidak tega. Adiknya lebih sensitif daripada dirinya. "Baiklah kau akan memakai gaunku, sebentar aku ambilkan," ucap Alena meninggalkan Aileen untuk mengambil gaunnya. Aileen tersenyum puas, niatnya menjauhkan Alena dari Marcuss kini akhirnya terwujud sudah. "Ail ini gaunku," ucap Alena menyerahkan gaunnya pada Ail. Aileen menerima gaun itu dengan sedikit memekik kegirangan, dia lalu mengeluarkan gaunnya untuk dia tunjukkan pada Alena. "Kakak pilih saja gaunku, mungkin ada yang Kakak suka. Aku hanya menggunakannya sekali," ucap Aileen. Padahal Aileen tahu, Alena bukan tipe orang yang suka memakai barang milik orang lain. Jika dia tidak punya, maka Alena lebih memilih untuk menahan dirinya atau membeli lagi suatu hari nanti. Alena menatap ngeri gaun-gaun kekurangan bahan itu. "Tidak usah Ail, aku tidak datang ke pesta itu. Dan tolong katakan pada Marcuss, aku tidak bisa menghubunginya. Ponselku terjatuh di kamar mandi," cengir Alena. "Kakak selalu saja ceroboh!" cibir Aileen pada Alena. "Kakak sana keluar, aku akan bersiap-siap," usir Aileen mendorong pelan Alena keluar kamar. Sekeluarnya Alena dari kamar, Aileen langsung memakai gaun itu dan memoles wajahnya. Rambutnya dia beri hair spray warna berwarna hitam lwgam seperti rambut Alena, tak lupa dia memakai softlens berwarna coklat mata Alena. "Aku akan mengambil yang seharusnya menjadi milikku!" ucap Aileen menatap tajam kaca itu seakan-akan ingin memecahkannya lewat tatapan matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD