Part 1 : Awal Bodoh

958 Words
Siang ini, sepulang sekolah, Mulan membuat cup cakes dengan hiasan dan rasa menggoda. Dalam hatinya berdoa semoga cara ini berhasil! Setelah selesai, Mulan kembali merapihkan dirinya, dan berdandan soft ala dirinya, dibalut dress lengan pendek bermotif bunga dan rambut panjang bergelombang yang ia biarkan terurai. Sangat sempurna! “Mbak titip toko ya, malem ini saya pulang ke apartemen kok.” Pamit Mulan pada salah seorang pegawainya yang memang bertugas mengunci toko. “Iya mbak, hati-hati.” Mulan menaki taksi online yang sudah ia oesan sejak tadi menuju kantor Damian. Tak butuh waktu lama karena jalanan belum terlal macet, kini Mulan sudah sampai di depan kantor Damian, dimana lelaki  itu menjabat sebagai seorang CEO. Dengan perasaan deg-degan, Mulan melangkahkan kakinya ke dalam gendung hexagon sepuluh lantai itu, ia disambut oleh dua orang security. “Selamat pagi Mbak Mulan.” Sapa dua orang security itu dengan ramah, eksistensi Mulan dikantor Damian memang sudah tak diragukan lagi. “Pagi Pak Mugi, Pak Jo.” Ujar Mulan tak kalah ramah. Sepanjang kakinya melangkah, Mulan menyapa ramah semua pegawai kantor disana yang tak asing lagi dengan dirinya. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari Mulan datang kesana, hanya untuk menemui pujaanya. Damian. "Permisi Kak Siska. Kak Damian ada?" tanya Mulan pada Siska, sekertaris Damian. Kini gadis itu sudah berada di lantai teratas kantor Damian, dan hanya ada satu ruangan disini yaitu ruangan Damian. Siska mengangguk tersenyum "Masuk aja, tadi Arinda juga habis dari sini. Damian juga lagi kosong." jawab Siska, selain sekertaris, Siska adalah sepupu Damian dan Arinda. Mulan tersenyum mengangguk. "Semangat ya!" kekeh Siska, yang tau betapa gadis belia itu begitu memuja seorang Damian dengan segala kekurangan dan kelebihannya, kadang Siska sendiri bertanya-tanya, bagaimana bisa Mulan memiliki mental dan nyali yang sebesar itu. Berkali-kali Damian menolak  bahkan mengusirnya, namun semangat gadis itu tak pernah surut, seolah penolakan Damian bukanlah hal yang berarti untuk dirinya. Jika Mulan sering pulang dalam keadaan sedih bahkan mata berkaca-kaca maka esok harii Mulan akan datang kembali dengan senyum dan wajah cerianya. "Thanks Kak!" jawab Mulan semangat. "Assalamu'alaikum! Kak Damian!" Heboh Mulan memasuki ruangan Damian, tanpa pernah mengetuk. "Waalaikumsalam." jawab Damian datar, ia masih sibuk dengan ponselnya, mengetikan setiap huruf di keypadnya untuk dikirim pada kekasihnya, Aisyah. Mulan membuka paper bag yang ditentengnya "Liat deh Kak, Mulan bawa cup cakes keju kesukaan kakak."  Ujar Mulan heboh berusaha menarik perhatian Damian. BERHASIL! Damian langsung menoleh, menatap lapar cup cakes itu. Sedingin dan sedatar apapun Damian pada Mulan, namun tetap. Ia tidak bisa menolak setiap masakan Mulan yang sangat memanjakan seriap mili lidah dan mulut serta perutnya. “Ini” Mulan menyodorkan empat cup cakes itu di depan Damian. Dengan rakus Damian memakan  cup cakes itu cepat,  bak orang kelaparan "Enak." puji Damian datar, namun tulus. Ia tidak bisa berbohong untuk yang satu ini, ia memang tidak menyukai Mulan, namun ia menyukai bahkan jatuh cinta pada setiap makanan apalagi cup cakes buatan Mulan. Mulan tersenyum kecil, "Kalo kita udah nikah nanti, setiap hari Mulan bakalan masak enak terus buat Kakak." Goda Mulan menaik-turunkan alisnya namun tak ditanggapi Damian. Damian mendengus, "Berhentilah berpikiran yang tidak-tidak." Mulan terkekeh, "Daripada yang tidak-tidak mending yang iya-iya." Damian menatap datar gadis di depannya, Cantik memang, sangat Cantik. Bahkan kalau boleh jujur lebih cantik dari Aisyah. Baik, pintar, sukses. Sebenarnya Mulan adalah gadis yang sempurna. Namun sayang hati seorang Damian telah terkunci pada sosok Aisyah. "Pulang sana." Usir Damian membuat Mulan cemberut. "Masa baru dateng disuruh pulang. Tega!" ucap Mulan mendramatisir dengan bibir cemberut. "Trus kamu mau ngapain lagi disini? Cup cakes nya udah abis juga." Ujar Damian gemas. "Duduk." jawab Mulan singkat, gadis itu memainkan ponselnya seolah tak acuh pada Damian. Mulan mencoba nampak tenang, saat Damian mulai gusar. Berulang kali Damian menyeka keringatnya dan juga menurunkan suhu AC diruangannya. "Kenapa Kak?" Tanya Mulan hati-hati, Damian menggeleng. "Mulan ambilin minum dingin ya?" Damian hanya mengangguk saja, pikirannya sudah melayang pada hal yang tidak-tidak. Bayangan erotis tubuh Mulan mulai memenuhi kepalanya hanya dengan melihat Mulan tenga berjalan ke arahnya membawa segelas air dingin, yang Mulan ambil di dispenser di dekat pintu ruangannya. Damian menggeleng, dengan nafas tersenggal. Ia bukan orang bodoh yang tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Ia tau Mulan membubuhkan sesuatu di dalam cup cakesnya. "Ini kak minumnya." ucap Mulan lembut, dengan kasar Damian menyampar gelas di tangan Mulan. "Aku tau ini semua ulah mu!" Bentak Damian tepat di depan wajah Mulan. Mulan diam, "b******k!" maki Damian kasar, ia menghempaskan tubuh Mulan ke sofa dengan kasar. Lelaki yang tertutup kabut gairah itu membuka ikat pinggangnya dan menurunkan celananya, hingga terpampanglah miliknya yang tegang dengan balutan boxer hitam. Sejurus kemudian ia membuka simpul dasinya, Mulan mundur. Ia takut! Mulan berubah pikiran!!! Namun sayang, saat Mulan melompat dari sofa, dengan cepat Damian menangkapnya dan mengikat kedua tangannya di atas kepala. Mulan benar-benar ketakutan, bukan ini yang ia mau! Bukan seperti ini pula yang diceritakan temannya. “Itu laki pasti langsung sujud-sujud di kaki lo minta ‘itu’ ke elo!” Perkataan Ashilla kembali melintasi kepalanya, kala gadis itu memberikan bubuk perangsang itu pada Mulan. Namun kenapa kini Damian nampak begitu mengerikan, lelaki itu terlihat seperti monster yang siap memakan Mulan hidup-hidup. "Kak tolong! Aku salah! Aku minta maaf! lepaskan aku!! Tolong.. Aku bersumpah akan berhenti mengejar Kakak!!" tangis Mulan pecah, namun sayang Damian tak menghiraukan nya. "Menjeritlah! percuma Tak akan ada yang mendengarmu!" Tanpa aba-aba Damian menyingkap dress yang Mulan kenakan, dan merobek kain segitiga yang melindungi inti tubuh Mulan. Mulan tak kehabisan akal, gadis itu menendang junior Mulan dan segera meraih gagang pintu ketika Damian terjungkal, namun sayang gerakannya kalah cepat oleh Damian yang langsung menggeret lengan Mulan hingga membuat pelipis gadis itu terbentur sudut rak buku kayu disamping pintu. “Jangan pikir kamu bisa lolos begitu saja! Rasakan ini!” Ujar Damian dengan seringainya. "Aaaaaaaa!!!!!!" Mulan menjerit kencang dan penuh penekakan saat Damian melesakan juniornya masuk tanpa aba-aba, bahkan milik Mulan masih sangat kering. Dengan brutal Damian mengoyak setiap isi inti tubuh Mulan, Dan tanpa ampu menggigit kencang setiap centi tubuh Mulan. "Rasakan ini jalang!!" tubuh Damian menegang, lalu menyemburkan cairan hangatnya di rahim Mulan yang terkuali lemas tak sadarkan diri, karena kesakitan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD