PART 1 AWAL

1094 Words
Hari ini tampak langit yang berwarna biru terang disertai awan-awan putih yang membentang luas, ini menandakan bahwa langit tampak cerah dan hujan tidak akan turun. Kecerahan cuaca hari ini tidak membuat hati dan wajah siswa siswi menjadi cerah, sebab mereka sedang melakukan upacara bendera yang tentunya akan banyak sekali suara-suara mengeluh dari sana. Upacara kali ini berjalan lama ditambah lagi langit cerah dan terik matahari yang menghantam mereka. Keluhan-keluhan mulai terdengar di sepanjang upacara berlangsung. Tidak sedikit dari mereka yang jatuh pingsan dan ada juga yang pura-pura pingsan. Kenakalan kecil yang sering kali dilakukan murid Indonesia. “HUFTT.” Gadis bernama Cia menghembuskan nafasnya dengan berat.  “Sudah panas, lama, keringetan, bau, semua saja deh timpahin ke gue,” gerutu gadis itu yang mendapat tatapan aneh dari beberapa teman kelasnya. “Apalagi sebentar lagi pelajaran fisika. Aduh, malas banget gue ketemu Pak Kumis,” lanjutnya lagi yang terus saja mengeluhkan tentang hari ini. “Ya ampun Ci, kenapa lo bicara sendiri? Masih waras, kan?” tanya Ovi yang merupakan sahabat dari gadis bernama Cia. Kebetulan dia berdiri di samping gadis itu dan sejak tadi dia memperhatikan sahabatnya yang terus menggerutu dari awal upacara dimulai. “Yeee si Opi mah. Waras gue mah waras,” balas Cia sengit. Sedikit informasi, Cia memanggil Ovi dengan Opi, katanya biar imut gitu kalau dipanggil. Tentu saja Ovi pun tidak protes, karena protes pun tidak akan merubah pendirian gadis bernama Cia itu. Cia. 15 tahun. Gadis ceria, baik, murah senyum, dan pantang menyerah ini masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Anak yatim piatu dan hanya tinggal berdua dengan kakaknya yang bernama Reon. Selalu terlihat bahagia, namun menyimpan banyak luka di dalam hidupnya. Dan semua kisahnya terangkum dalam cerita ini. Ovi. Sahabat dan teman sekelas gadis bernama Cia. Memiliki sifat yang hampir sama menjadikan mereka bersahabat lama. Persahabatan mereka di mulai sejak duduk di sekolah menengah pertama. Tidak ada orang yang mengenal lebih baik Cia dari pada gadis ini. Tentunya tidak ada yang mengenal Ovi dari pada Cia juga. Mereka berdua memang ditakdirkan untuk bersama. Meskipun terkadang Cia nampak mengesalkan atau sebaliknya, namun kedua gadis ini saling menyayangi satu sama lain. Upacara berlangsung selama satu jam lamanya. Biasanya hal ini terjadi ketika mereka mendapat pembina guru yang taat dengan peraturan. Makin mengesalkannya lagi jika guru itu membahas semua peraturan yang ada di sekolah. Pasti akan sangatlah lama. Setelah upacara selesai, semua murid berhambur ke kantin, ke kelas dan ada juga yang masih tetap di lapangan. Cia dan Ovi memilih untuk ke kantin. Cia berjalan dengan sangat lamban dan terlihat sekali kalau dia sangat kelelahan. Ovi menjadi tidak tega melihat sahabatnya itu. “Ci, lo nggak apa-apa, kan? Mau gue antar ke UKS?” tawar Ovi yang nampak khawatir melihat keadaan sang sahabat. Cia pun tersenyum. “Enggak usah, Pi, gue cuma dehidrasi doang. Yang gue butuhin sekarang itu air,” jawabnya. Mereka akhirnya sampai di kantin dan seperti yang kalian ketahui bagaimana ramainya kantin di saat jam-jam seperti ini. Penuh dan sesak tentu saja menjadi hal lumrah ketika upacara telah usai. Kedua gadis itu menunduk lesu. “Yahhh rame banget Ci. Bagaimana dong? Lo mau antre?” tanya Ovi. Cia pun memandang sahabatnya lesu. “Gue haus banget Pi, kalau suruh antre, gue enggak akan kuat kayaknya,” ucap Cia dengan suara lemah. Ovi yang mendengar jawaban dari temannya pun nampak bingung. “Yahhh, gimana dong?” Sepertinya mereka tidak memiliki pilihan lain. Cia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Dia mencari seseorang yang sekiranya bisa membantu dia dalam hal ini. Setidaknya, meminta bantuan bukan hal buruk. Cia menemukan orang yang dia cari. Dia buru-buru menghampiri orang itu yang tengah duduk mengobrol dengan teman-temannya. Sret Glek Glek Glek Kejadiannya begitu cepat, sampai Ovi pun tidak menyadari jika sahabatnya sudah tidak berada di sampingnya. Tanpa permisi, Cia langsung meminum tandas botol aqua yang berada di salah satu gerombolan murid yang sedang menikmati sarapan mereka. Tindakan ini mampu membuat orang tersebut dan teman-temannya terkejut. “ELO?” Terlihat orang itu kaget sekaligus kesal dengan gadis yang berani menggangu paginya ini. “Sorry Ze, gue tadi haus banget soalnya waktu upacara itu cuacanya panas. Terus, kan, gue ke kantin tuh mau beli minuman eh malah rame dan kalau gue antre nanti keburu pingsan. Ya sudah gue cari bala bantuan dan gue malah kelihatan lo duduk di sini sambil pegang ini botol dan tanpa pikir panjang gue langsung samperin lo dan gue minum deh minuman lo. Sorry, ya,” cerocos Cia tanpa jeda kepada Zeus yang terlihat tidak bersahabat. “Nih minuman lo gue balikin.” Dan tanpa rasa bersalah sedikit pun, gadis itu malah mengembalikan botol air yang isinya saja sudah dia habiskan tadi. Zeus pun itu berdiri dari tempat duduknya dan beranjak untuk pergi dari sana tanpa merespon sama sekali perkataan gadis itu yang mengucapkan kata maaf. “Ze? Ze, kok pergi, sih? Gue kan sudah minta maaf. Yaudah deh gue ganti nih minuman lo tapi jangan marah kayak gini,” kata Cia. “Enggak perlu,” balas Zeus singkat dan dia segera pergi dari sana meninggalkan Cia dalam keadaan cengo. “Awas hayo raja singa marah tuh. Hati-hati aja lo nanti ketemu dia bakal dia makan hidup-hidup hahaha,” tawa Doni yang merupakan salah satu teman dari pemuda itu bermaksud menakuti gadis ini. Zeus, pemuda yang setingkat dengan Cia. Terkenal dingin, cuek, dan bermulut pedas di sekolah mereka. Pendiam namun berprestasi adalah predikatnya. Tampan? Tentu saja. “Huh, apa apaan sih si Zeus itu. Gitu aja marah, kayak cewek tahu gak. Dikit-dikit marah dikit-dikit marah. Lagi PMS kali dia.” Cia mengeluh. “Elo sih Ci tadi main minum aja. Lo tahu sendiri gimana sifatnya si Zeus. Dia itu dingin dan cuek terus kalau ada yang cari gara-gara sama dia, dia pasti marah,” balas Ovi. “Ya tapi kan gue tadi haus banget Pi. Lo tahu sendiri gimana gue kalau sudah kepepet. Si dianya aja tuh yang sensian. Muka datar banget kayak tripleks. Kebanyakan makan micin kali dia di rumahnya,” cerocos gadis bernama Cia ini yang kesal dengan sikap yang ditunjukkan oleh pemuda itu. “Hmmm terserah lo deh. Btw, itu tadi lo minum di botol yang sama dengan Zeus, so itu berarti secara gak langsung kalian berdua C I U M A N,” ujar Ovi sambil menekan kata terakhir yang telah ia ucapkan. “APA??” Cia melotot dan terkejut dengan opini Ovi. Pasalnya selama ini dia tidak pernah ciuman.  Sialan first kiss gue, umpat batin gadis itu. “Gue harus minta pertanggungjawaban sama dia. Awas aja dia kalau gak mau tanggung jawab," tekad Cia menggebu-gebu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD