Bab. 35

2091 Words
     "Ibu hari ini aku akan pulang lebih sore, karena hari ini di sekolah ku ada acara perayaan ulang tahun sekolah," ucap ku memberitahu ibu agar ibu tidak khawatir jika aku pulang terlambat nanti sore.       "Baiklah, jangan terlalu capek di sana ya ... Nanti takut nya kau akan drop," ucap ibu berpesan kepada ku. Aku pun mengangguk sambil menunjukkan kedua jari jempol ku ke hadapan ibu. Setelah aku menyelesaikan ikatan tali sepatu ku, aku langsung saja berangkat ke sekolah, tentunya tidak lupa aku bersalaman terlebih dahulu kepada ibu. Aku juga ingin berpamitan dengan ayah, tapi entah ayah daritadi tidak terlihat. Mungkin ia masih tertidur nyenyak di kamar. Ketika aku sedang berjalan menuju gang untuk menunggu bus, tiba-tiba ponsel ku yang ku taruh di saku almamater sekolah ku pun berdering. Aku pun langsung mengeluarkan ponsel ku tersebut dan melihat siapa yang menelpon ku di pagi hari seperti ini. Ternyata Duma. Ada apa dia menelpon ku? Padahal nanti juga di sekolah dia akan bertemu dengan ku. Aku pun langsung saja menggeser tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan dari nya.       "Halo Duma? Ada apa kau menelpon ku?" tanya ku sambil menempelkan ponsel ku ke telinga ku yang sebelah kanan.        "Kau ini lama sekali mengangkat nya, cepat lah ke depan gang rumah kau. Aku dan ayahku menjemput kau sekarang," protes Duma. Aku terkejut mendengar nya.       "Apa? Kau sekarang menjemput ku? Sekarang kau di depan?" tanya ku beruntun. Terdengar suara helaan napas di seberang sana.        "Iya! Cepatlah nanti kita akan telat," ucap Duma dan langsung mematikan sambungan telepon nya. Pun aku langsung berlari ke depan gang untuk menghampiri Duma dan ayah nya tersebut. Ketika aku sudah berada di depan gang rumah ku. Aku menolehkan kepala ku ke arah kanan. Dan benar saja, di sana sudah ada mobil Avanza berwarna hitam yang sudah terparkir. Aku pun menghampiri mobil tersebut. Lalu, mengetuk-ngetuk kaca mobil itu. Kemudian, Duma langsung menurunkan kaca mobil nya dan langsung menyuruh ku masuk ke dalam mobil. Aku pun langsung menarik handle pintu mobil bagian belakang.       "Pagi om!" sapa ku kepada ayah Duma yang sudah berpakaian rapih dengan kemeja yang licin berwarna hitam. Ayah Duma pun tersenyum membalas sapaan dari ku. Aku pun beralih ke Duma yang sedang memainkan ponsel nya.        "Duma, kok tidak bilang dulu sama aku kalau mau jemput?" tanya ku. Duma pun menaruh ponsel nya di atas kedua paha nya itu, lalu menengok ke belakang menghadap ku.         "Tadi itu sekalian lewat gang rumah kau, jadi aku berpikir untuk menjemput kau agar kita berangkat bersama saja," jawab Duma sambil tersenyum santai.         "Lain kali kabarin aku terlebih dahulu Duma, untung saja aku belum berangkat sekolah," ucap ku memperingati.        "Berarti nasib baik hari ini memihak ku, sudahlah tidak usah mempermasalahkan ini," ucao Duma yang kembali memutar badan nya ke arah depan.         "Aruna sudah sarapan? Kalau belum kita beli sarapan dulu. Kan kalian nanti akan melakukan kegiatan yang pastinya membuat tubuh kalian akan letih," tanya ayah Duma. Aku yang sedang memainkan ponsel ku pun mendongak menatap ayah Duma.         "Udah kok om," jawab ku.        "Oh yaudah, kirain belum," ucap ayah Duma sambil menekan pedal gas nya untuk berjalan kembali ketika lampu lalu lintas sudah berubah berwarna hijau. Tidak lama mobil ayah Duma pun sampai di sekolahan.        "Terimakasih om," ucap ku ketika mobil sudah berhenti di halaman sekolah. Aku pun langsung membuka pintu mobil dan keluar dari mobil ayah Aruna. Ketika Duma sudah turun dari mobil, kemudian ayah Duma pun langsung tancap gas meninggalkan sekolah ku. Lalu, aku dan Duma pun segera melangkah menuju kelas. ---         Ketika aku dan Duma berjalan untuk menuju ke kelas, suasana di lapangan sudah sangat ramai sekali. Banyak sekali orang-orang yang mondar-mandir, baik itu siswa ataupun para pekerja untuk memeriksa kesiapan acara perayaan ulang tahun sekolahan ini.          "Bintang tamu nya siapa ya kira-kira?" tanya Duma yang berjalan di samping ku. Iya, setiap tahun jika merayakan ulang taun sekolah, tentunya panitia OSIS pastinya akan mengundang salah satu artis tanah air untuk ikut meramaikan perayaan sekolahan ini. Tidak hanya ketika perayaan ulang tahun saja, tapi jika sekolahan ini mengadakan event-event tertentu pasti akan ada bintang tamu salah satu artis tanah air. Mau itu band atau penyanyi solo.         "Aku pun tidak tau, memang setiap tahun itu panitia-panitia pelaksana itu akan merahasiakan nya dari semua siswa-siswi sekolahan ini. Jadi, seperti semacam kejutan untuk kita gitu," ucap ku memberitahu Duma.          "Yahhhh! Tidak asyik ah, harusnya di beritahu dong," ucap Duma dengan wajah nya yang cemberut.          "Lah, aku malahan setuju tau, jadi kan setiap tahun ada yang memberikan kejutan untuk kita, maklum kan jomblo. Jadi, tak ada yang memberi kejutan hihihi," ucap ku terkikik geli.         "Ish! Keliatan banget sih mba nya itu jomblo ngenes," ucap Duma.          "Hey! Enak aja, aku bukan jomblo ngenes ya," ucap ku membantah ucapan Duma yang mengatai diri ku. Duma pun hanya tertawa saja. Karena, kelas ku berada di lantai 2. Jadi, aku dan Duma pun segera menaiki tangga untuk menuju ke kelas. Sesampainya kami di depan kelas, tentunya sudah ramai sekali anak-anak kelas yang sudah berdatangan. Aku melihat Tiwi bersama teman-teman nya itu sedang menghias wajah nya dengan make-up yang tentunya merk make-up itu pun berkelas. Maklum saja mereka itu kan orang berduit, jadi mudah saja mereka memiliki barang-barang yang mahal. Dan ya aku juga melihat Bagas dan teman-teman band nya itu pun sedang berlatih. Aku dan Duma pun langsung saja masuk ke dalam kelas dan segera membantu anak-anak kelas yang sedang mempersiapkan untuk bazar nanti.          "Teman-teman! Tolong di bantu ya untuk memindahkan semua menu-menu yang akan di jual di bazar kita sekarang," ucap Deni sedikit keras karena suasana di kelas saat ini sangat ramai sekali.        "Aruna dan Duma," panggil Deni. Aku yang sedang membantu untuk memeriksa persediaan menu-menu yang akan di jualkan ketika bazar nanti pun menoleh ketika nama ku di sebut oleh Deni.         "Ya Deni?" saut ku.        "Kalian berdua langsung ke bawah aja. Nanti barang-barang nya biar di bawa sama anak-anak laki ke tenda," ucap Deni.         "Oh oke. Ayo Duma kita langsung ke bawah," ajak ku kepada Duma. Duma pun langsung menghentikan kegiatan nya dan mengikuti ku berjalan menuju ke lapangan.           Ketika aku dan Duma sudah sampai di lapangan. Aku dan Duma pun langsung segera menuju ke tenda bazar kami. Cantik. Dekorasi yang kami kerjakan kemarin pada tenda bazar ini aku sangat menyukai hasil nya. Tidak lama, semua menu-menu yang akan di jual di bazar kelas ku pun datang. Lantas, kami segera membereskan semuanya. ---        "Selamat pagi kepada hadirin semua yang berbahagi. Terimakasih kami ucapkan kepada hadirin semua telah meluangkan waktu nya untuk bisa hadir di acara perayaan ulang tahun SMA PELITA yang ke empat puluh satu tahun. Kita semua tentunya berharap semoga SMA PELITA NUSA bisa terus maju, bisa terus menorehkan banyak prestasi-prestasi lagi," ucap pak kepala sekolah yang berdiri di atas panggung.         "Dipersilahkan untuk pak Adam selaku pemilik SMA PELITA NUSA agar bisa naik ke atas panggung," ucap pak Batara. Pak Adam pun langsung berdiri dan berjalan untuk naik ke atas panggung. Tiba-tiba saja Duma pun menyenggol bahu ku pelan. Aku menoleh ke arah nya.        "Ada apa?" ucap ku pelan.         "Itu pemilik sekolahan ini?" tanya Duma sambil menunjuk ke arah pak Adam yang sudah berdiri di atas panggung.         "Iya, sebenarnya dia adalah cucu dari pemilik sekolahan ini. Hanya saja katanya sih sekolahan ini sudah dialihkan semuanya ke tangan pak Adam," ucap ku menjelaskan kepada Duma. Maklum saja Duma kan masih anak baru di sekolahan ini. Duma pun hanya ber-oh ria saja. Tak lama, ketua OSIS pun datang dengan membawa kue ulang tahun yang ukurannya cukup besar. Kemudian, ketua OSIS pun langsung menghidupkan lilin yang berbentuk angka empat puluh satu tersebut.         "Baiklah, hadirin semua mari kita hitung mundur untuk meniup lilin ini. Tiga ... Dua ... Satu!!!" ucap pak Batara semangat. Kami semua yang berada di lapangan pun turut menghitung bersama-sama tadi. Setelah itu, pak Adam pun meniup pelan api yang menyala dari lilin tersebut. Kemudian, kami semua yang berada di lapangan yang menyaksikan acara tiup lilin itu pun bertepuk tangan dengan meriah.         "Arunaaa! Kenapa aku salah fokus terus ya liat nya," ucap Duma yang memegang erat lengan ku sampai aku pun merasakan sedikit sakit akibat pegangan dari Duma. Aku pun bingung maksud dari ucapan nya itu apa.        "Maksud kau salah fokus gimana?" tanya ku. Duma menoleh ke arah ku.        "Itu .... Pak Adam kok bisa seganteng itu ya?" ucap Duma. Astaga! Aku pikir salah fokus kenapa, taunya salah fokus dengan pak Adam. Memang sih, pak Adam ini wajah nya ganteng sekali, banyak juga siswi-siswi sekolah yang menyukai pak Adam. Tapi, sayangnya pak Adam sudah memiliki istri dan anak yang masih kecil sekitar umur 3 sampai 4 tahun mungkin.        "Husst! Duma, pak Adam itu udah punya istri tau! Bahkan dia sudah memiliki anak satu," ucap ku.         "Hah? Yang benar? Yahhhh! Aku pikir dia masih single,"         "Heh! Memang nya kalau pak Adam masih single, kau mau apa?" tanya ku.        "Ya aku mau mencalonkan diri aku lah, siapatau kan jodoh," ucapnya dengan santai. Aku pun menarik pelan rambutnya yang ia ikat itu.         "Aruna! Duma," aku dan Duma pun langsung menoleh ke belakang ketika ada yang memanggil kami. Ternyata itu Deni yang memanggil aku dan Duma sambil berlari kecil ke arah kami.       "Ayo, kalian jaga di tenda sekarang. Itu orang-orang dari luar sudah banyak yang berkunjung ke sekolah kita,"       "Oh oke kalau gitu. Yang lain juga banyak yang di sana kan?"       "Iya," aku pun langsung menarik tangan Duma pergi ke tenda bazar kelas ku. Sesampainya aku dan Duma di tenda bazar kelas, benar saja di sana sudah ramai sekali pengunjung-pengunjung dari luar yang datang. Aku dan Duma pun segera membantu beberapa anak-anak kelas yang berjaga di bazar tersebut.         "Iya kak? Mau pesan apa?" tanya ku kepada tiga orang gadis sambil memberikan menu-menu yang tertulis di sebuah kertas yang sudah di laminating.         "Mau pesan cheese burger nya tiga minum nya ice cappucino dengan topping bubble nya tiga ya," ucap salah satu gadis tersebut sambil mengembalikan kembali daftar menu nya kepada ku.        "Oke, sebentar ya kak," ucap ku. Lalu aku pun berbalik menyampaikan pesanan dari tiga gadis tadi ke Duma yang menjadi bagian menyiapkan makanan nya. ---        Aku yang lelah pun beristirahat sebentar. Duduk di sebuah kursi untuk mengistirahatkan kaki ku yang sudah sangat pegal. Untung saja pelanggan-pelanggan di bazar kelas ku saat ini sudah tidak ramai lagi, sehingga aku bisa mengistirahatkan tubuh ku sebentar. Tidak lama, Duma pun ikut menyusul duduk di kursi sebelah ku.        "Arunaaaaa! Lelah," ucap nya sambil menyenderkan kepala nya ke bahu ku. Iya, benar. Gimana tidak lelah, yang sedari tadi sibuk melayani para pembeli hanya aku dan Duma saja. Memang anak-anak kelas tadi sempat membantu, tapi itu hanya sebentar. Setelah itu, mereka pergi mendekati panggung untuk melihat para siswa-siswi yang tampil di panggung. Padahal, jika dilihat dari tenda bazar juga kelihatan. Tiba-tiba ketika aku dan Duma yang sedang duduk santai. Datanglah segerombolan cowok-cowok berjumlah 6 orang yang asalnya bukan dari sekolah ku itu menghampiri aku dan Duma.        "Maaf? Mau tanya bazar yang ini orang nya kemana ya?" tanya salah satu pria dengan kemeja berwarna hitam yang lengan nya di gulung sampai sikut. Aku dan Duma pun langsung duduk dengan tegak.        "Eh? Maaf? Mau pesan ya? Silakan kak ... Sebentar ya saya ambilkan daftar menu nya," ucap ku yang kemudian langsung berdiri dan masuk ke dalam tenda untuk mengambil sebuah daftar menu. Kemudian, tanpa ku sadari Duma juga ikut berjalan masuk mengikuti ku dari belakang.        "Ini kak!" ucap ku sambil menyodorkan daftar menu nya. Aku pun menyadari kalau 4 cowok lainnya itu pun berbisik-bisik. Entah berbicara apa, yang jelas mata mereka melirik-lirik diri ku.        "Kak! Udah punya pacar belum?" tanya salah satu cowok tersebut tiba-tiba. Aku menoleh ke arah nya. Aku pun tak menjawab pertanyaan dari nya itu.        "Yaahhh tidak dijawab, yang sabar ya," ucap salah satu teman cowok itu sambil menepuk pelan bahu cowok yang bertanya kepada ku tadi. Aku sangat risih sekali dengan mereka. Tapi, untungnya Duma sudah menyelesaikan dengan cepat pesanan-pesanan mereka itu. Sehingga, aku pun langsung memberikannya kepada mereka dan langsung menerima uang yang di sodorkan oleh salah satu cowok tersebut. Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan tenda kelas ku.        "Apa sih cowok-cowok tadi itu. Risih deh aku dengar nya Aruna," ucap Duma kesal.         "Aku juga risih dengan mereka. Sudahlah biarkan. Ini semua nya sudah habis?" tanya ku kepada Duma.         "Iya, sudah habis ludes," ucap Duma.        "Syukurlah, yaudah ayo kita ke depan sana yuk, kita liat penampilan dari bintang tamu yang di undang dari sekolah kita," ucap ku. Duma pun mengangguk. Lalu, aku dan Duma pun keluar dari tenda dan berjalan ke depan, namun aku dan Duma mengambil posisi yang masih dekat dengan tenda bazar kelas ku. Kami pun menonton penampilan-penampilan yang di tampilkan di atas panggung tersebut. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD