Bab. 34

1843 Words
     Hari ini, di lapangan sekolah banyak sekali kegiatan yang dilakukan. Masing-masing ada yang masih mendirikan tenda untuk kegiatan bazar yang akan dilaksanakan besok, juga ada yang sedang berlatih mengasah bakatnya agar lebih baik lagi ketika tampil esok nanti, seperti ada yang menyanyi, dance, menari adat dan masih banyak lainnya. Saat ini aku bersama Duma masih terus saja mendekor tenda bazar agar semakin terlihat cantik dan menarik perhatian para pengunjung nanti.        "Aruna! Tolong ambilkan pita itu dong, mau aku pasang disini," ucap Duma meminta tolong kepada ku yang sedang menghias meja yang akan digunakan untuk menaruh menu-menu makanan nanti. Aku pun menoleh ke arah nya. Lalu, aku langsung berdiri dan beranjak untuk segera mengambil tali pita yang berada di dalam kardus. Kemudian, aku pun segera memberikan nya kembali kepada Duma.       "Ini," ucap ku sambil menyodorkan tali pita itu ke arah Duma. Duma pun lantas segera mengambil tali pita itu dari tangan ku.       "Terimakasih sayang," ucap Duma dengan suara yang dibuat sok imut. Aku pun bergidik mendengar suara nya. Lalu, aku langsung kembali ke pekerjaan ku yang sempat tertunda.        "Guys! Gimana? Apa ada yang kesulitan mendekornya? Atau semuanya udah ada yang beres?" Tanya Deni yang muncul dari arah belakang tenda dengan tangan nya yang memegang dua lembar kertas. Entah kertas apa itu.        "Belum Den, masih ada beberapa lagi yang harus didekor dengan rapih," jawab ku. Deni hanya mengangguk saja mendengar jawaban ku.        "Guys! Sekarang udah pukul dua belas lewat, saatnya makan siang. Sekarang kalian tinggalkan dulu perkejaan kalian, kita makan siang sekarang," ucap Deni memerintah. Aku pun langsung berdiri, dan langsung meletakkan sebuah gunting yang sedang ku gunakan di atas meja. Kemudian, Duma menghampiri diri ku.        "Den!" panggil Bagas dengan kemeja nya yang sudah dilepaskan meninggalkan kaos oblong berwarna hitam nya saja yang melekat di tubuh nya.       "Mau sholat dulu nih sebentar," ucap Bagas meminta ijin untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim. Deni yang paham bahwa agama Bagas yaitu Islam yang mewajibkan untuk melaksanakan kewajiban shalat nya itu pun langsung mengijinkan nya.       "Oke! Kami disini akan menunggu kalian menyelesaikan shalat nya, nanti kita akan makan bersama," ucap Deni. Lalu, Bagas dan yang lainnya pun segera pergi ke masjid yang ada di sekolah ini.        "Sementara kita menunggu Bagas dan lainnya selesai shalat, kita mending siapin makanan nya aja ya biar nanti mereka datang langsung makan gitu," ucap Deni. Aku pun langsung berinisiatif untuk mengambil plastik-plastik yang berisikan nasi kotak. Sementara itu, Duma juga langsung menarik kardus Aqua botol untuk minumannya.        "Deni, ini kita makan di sini atau di kelas?" tanya ku. Karena, mengingat cuaca sekarang yang sedikit agak panas.         "Di kelas memang nya dibuka pintu nya?" tanya Deni kepada kami semua.        "Mending di kantin aja deh, daripada di kelas ribet, nanti minta kunci pintu nya lagi sama satpam," saut Maxi dari belakang.        "Iya betul kata Maxi, mending di kantin aja yok," saut yang lainnya juga.        "Oke, yaudah yang laki-laki tolong dibawa semua nya ke kantin ya," perintah Deni.        "Aruna, nanti kita ke toilet dulu ya, aku mau pipis. Daritadi aku nahan-nahan soalnya," ucap Duma yang merangkul sebelah tangan ku. Aku hanya mengangguk. Lalu, anak-anak kelas dan aku pun langsung pergi meninggalkan tenda bazar yang masih belum selesai di dekor menuju kantin. Ketika di lorong, aku dan Duma pun berpisah dengan anak-anak kelas. Aku dan Duma mengambil arah kiri menuju kamar mandi, sedangkan anak-anak kelas mengambil arah kanan menuju kantin.         "Huh! Capek banget deh aku Aruna," ucap Duma yang menyenderkan kepala nya ke lengan kanan ku. Aku pun menyetujui ucapan Duma. Ya! Sangat melelahkan sekali rasanya. Ketika sampai di toilet, Duma langsung berlari kecil membuka salah satu bilik kamar mandi. Aku pun berjalan ke arah cermin yang terpasang di tembok. Memutar keran air dan aku langsung membasahi kedua telapak tangan ku di bawah air keran yang mengalir itu. Setelah itu, aku tak lupa untuk mencuci wajah ku agar terlihat lebih segar. Tidak lama, Duma pun membuka pintu kamar mandi nya dan langsung berjalan ke arah ku yang sedang berdiri di hadapan cermin.         "Besok pasti akan sangat ramai sekali ya," ucap Duma sambil membenarkan letak ikatan rambut nya. Kemudian, Duma pun membasuh wajah nya seperti yang aku lakukan tadi.         "Tentu saja, setiap tahun pasti akan sangat ramai sekali. Bukan hanya perayaan ulang tahun aja sih, tapi ketika ada event-event dan itu terbuka untuk umum pasti sangat ramai sekali," saut ku merespon ucapan Duma.        "Wah! Seru dong! Dulu ya, di sekolah ku tidak ada tuh acara-acara seperti ini," ucap Duma antusias.        "Yasudah, ayo kita ke kantin. Nanti takutnya mereka menunggu kita lagi," ucap ku langsung beranjak dari depan cermin. Kemudian, Duma pun langsung mengikuti ku dari belakang. ---         Sesampainya aku dan Duma di kantin. Benar saja, semua anak-anak kelas sudah pada kumpul di sana. Meja-meja kantin pun sudah di jadikan satu dibentuk memanjang. Makanan dan minuman pun sudah di bagikan, namun belum ada satupun anak-anak kelas yang sudah menyentuh makanan nya itu. Aku dan Duma pun langsung berjalan cepat ke arah meja yang sudah di duduki oleh anak-anak kelas itu. Aku melihat tersisa 2 kursi yang kosong. Aku yakin, pasti itu tempat untuk ku dan Duma.          "Nah ini dia, kemana aja sih kalian? Kami semua udah lapar tau," ucap salah satu murid perempuan yang wajah nya sudah sangat kesal melihat kearah ku dan Duma. Terutama ke arah ku, murid perempuan itu melihat ku dengan tatapan nya yang sinis. Duma tiba-tiba saja menarik tangan ku untuk segera duduk di sebelah nya.         "Maaf teman-teman," ucap ku kepada mereka.          "Oke teman-teman, jadi udah lengkap semua. Sekarang, ayo makan," ucap Deni langsung mencoba mengalihkan perhatian anak-anak kelas yang ingin menyudutkan ku. Kemudian, mereka pun langsung mengikuti perintah Deni untuk segera makan. Aku dan Duma pun mengikuti perintah Deni juga. Membuka tutup kotak nasi tersebut dan langsung menyantap nya. ---         "Arghh! Sakit sekali kepala ku," ucap Abraham yang bangun dari tempat tidur nya. Abraham yang bingung tiba-tiba ia berada di kamar ny pun mengernyit heran. Seingatnya ia semalam ada di salah satu diskotik yang memang diskotik itu hanya cocok di kalangan bawah. Dan tentu saja, karena Abraham juga sudah memenangkan permainan judi nya itu, sehingga Abraham juga mendapatkan uang yang lumayan dari kemenangan nya tersebut. Itulah sebabnya, Abraham tidak pulang semalam dan baru kembali pulang ke rumah tadi pagi sekitar jam delapan lebih. Akibat Abraham meminum alkohol terlalu banyak, dan sekarang itu membuat kepala Abraham sangat sakit. Abraham pun memijat pelan kening nya itu agar bisa mengurangi sedikit rasa sakit kepala nya itu. Namun, tiba-tiba pintu kamar pun terbuka dan menampilkan Emma dengan baju kaos dan celana training panjang nya. Emma hanya melirik sebentar ke Abraham yang sedang duduk di atas kasur itu. Lalu, Emma berjalan ke arah lemari nya dan mengambil sesuatu. Setelah itu, Emma kembali keluar dari kamar nya. Emma tak memperdulikan Abraham yang sedari tadi menatap nya. Ketika Emma sudah berada di ambang pintu, Abraham pun memanggil Emma.         "Hey! Emma!" panggil Abraham dengan suara nya yang serak. Abraham pun batuk sebentar. Emma hanya menoleh dengan waajh nya yang memasang ekspresi datar.          "Bisa kau ambilkan obat sakit kepala dan jika di di dapur ada makanan, tolong kau bawakan juga ya. Saya mau minum obat, sakit kepala saya," ucap Abraham dengan mata nya yang sayu menatap Emma. Emma pun tanpa menjawab apa-apa, ia langsung keluar dari kamar nya menuju ke dapur untuk mengambil kebutuhan dari suami nya itu.         "Punya suami bisanya nyusahin aja," gerutu Emma sambil mengambil nasi di dalam rice cooker nya itu. Ketika Emma telah mengambil semua kebutuhan yang disebutkan oleh Abraham tadi, Emma pun langsung mengantarkan nya kepada Abraham yang sudah menunggu nya di dalam kamar.          "Ini!" ucap Emma sambil menyodorkan nampan yang ia bawa ke hadapan Abraham yang sedang memainkan ponsel nya dia tas kasur. Abraham pun langsung mendongak ketika di hadapan nya sudah ada nampan yang disodorkan oleh Emma. Setelah Emma menaruh nampan yang di pegang nya di atas kasur tepat di hadapan Abraham yang sedang terduduk dengan menekukkan kedua kaki nya, Emma langsung bergegas kembali melangkah keluar dari kamar nya itu. ---         "Teman-teman! Kegiatan dekor tenda untuk bazar yang diadakan besok telah selesai. Saya sebagai ketua kelas di kelas sebelas IPA satu mengucapkan terimakasih banyak kepada kalian semua yang sudah membantu saya dalam menyiapkan acara perayaan ulang tahun sekolahan kita," ucap Deni dengan suara nya yang tegas dan lantang.          "Iya Den, terimakasih kembali juga buat kau yang sudah bersedia mengkoordinir dalam mendekor tenda bazar ini," ucap Bagas. Deni pun mengangguk.          "Baiklah, karena hari juga sudah sore. Kita akhiri kegiatan mendekor tenda bazar kita hari ini. Semoga besok banyak yang berminat ataupun tertarik untuk mengunjungi bazar kita besok ya. Semoga semua menu yang kita jual besok itu akan habis ludes pokoknya. Karena, rencananya nanti uang dari bazar masing-masing kelas akan di sumbangkan ke salah satu panti asuhan," ucap Deni. "Oke, sekarang kalian boleh pulang. Dan ingat ya, besok harus datang lebih awal, jangan sampai ada yang telat. Terkhusus yang akan tampil besok dan juga yang menjaga tenda bazar. Pokonya semua anak kelas sebelas IPA satu besok harus datang lebih awal," lanjut Deni mengingatkan kepada kami semua.           "Siap pak ketua!" ucap kami semua dengan kompak. Lalu, kami semua pun berdiri dan langsung membentuk sebuah lingkaran kecil dan sebelah tangan kami semua pun di satukan, lalu kami semua pun berteriak, "SEBELAS IPA SATU! SUKSES! SUKSES! SUKSES!!!!" teriak kami semua dengan lantang sampai-sampai beberapa orang yang masih sibuk menyiapkan tenda pun menengok ke arah kami. Setelah itu, kami pun langsung bubar dan pulang ke rumah masing-masing.          "Aruna, udah sore nih. Kita pulang bareng aja yuk," ajak Duma sambil menggandeng sebelah tangan ku. Heran sekali dengan dia ini, sepertinya sangat suka sekali berjalan bersebelahan dengan ku sambil menggandeng sebelah tangan ku.          "Kau di jemput?" tanya ku kepada nya. Duma pun mengangguk seperti biasa.          "Tentu saja aku dijemput,"           "Sama ayah?" tanya ku lagi. Duma pun melepaskan gandengan tangan nya dari tangan ku. Lalu, ia menatap ku jengah.          "Aruna, kalau aku ada pacar juga pasti nya dijemput sama pacar. Kan aku jomblo, aku tidak punya gebetan juga. Ya jelas sekarang yang jadi pacar aku sementara itu ayah," ucap Duma. Aku yang mendengar nya pun tertawa kecil.           "Iya iya maaf ya, kirain kau udah punya pacar," ucap ku sengaja menggoda nya. Duma hanya melengos saja.          "Ayo cepat, ayah udah ada di depan menunggu kita," ucap Duma yang sudah berjalan duluan meninggalkan aku di belakang nya. Aku pun berlari mengejar Duma untuk menyamakan langkah ku dengan nya. Kami pun sampai di dekat mobil ayah Duma yang sudah terparkir di depan gerbang sekolah. kami pun segera masuk ke dalam mobil.          "Ayah, antarkan Aruna terlebih dahulu ya," ucap Duma sambil memasang seat belt nya.          "Siap tuan putri ayah," jawab ayah Duma sambil memeragakan gaya hormat dengan tangan nya. Kemudian, Ayah Duma pun melirik ke arah ku lewat kaca depan. Aku tersenyum ke arah nya.         "Maaf ya om ngerepotin," ucap ku tak enak. Ayah Duma pun hanya tersenyum saja.         "Tidak apa-apa, om tidak merasa direpotkan oleh Aruna kok," ucap ayah Duma sambil menekan pedal gas nya agar mobil ini pun berjalan.         "Besok ulang tahun sekolahan ku ayah," ucap Duma memberitahu kepada ayah nya. Aku hanya mendengarkan pembicaraan mereka saja tanpa berniat untuk ikut campur dalam percakapan mereka. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD