Bab. 25

1698 Words
     Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku langsung membereskan semua peralatan sekolah ku dan ku masukkan ke dalam tas sekolah ku. Hari ini setelah pulang sekolah aku akan mengerjakan tugas kelompok. Jadi, hari ini aku akan pulang terlambat. Aku pun mengirimkan sebuah pesan terlebih dahulu kepada ibu, agar ibu tak merasa khawatir.      "Ibu hari ini aku akan pulang lebih sore, hari ini aku akan mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman ku di sekolah," aku pun mengklik tombol kirim. Beruntung nya aku juga sekelompok dengan Duma. Jadi, aku tak akan merasa di asingkan dengan teman-teman lainnya.      "Duma, ayo!" ucap ku kepada Duma. Duma yang masih memasukkan buku-buku di atas meja nya ke dalam tas pun menoleh ke arah ku.      "Iya sebentar lagi, tunggu aku," ucap nya. Aku hanya menghela napas. Sungguh, anak ini jika melakukan apapun itu sangat lama sekali. Heran sekali aku dengan nya.       "Udah, yuk," ucap nya. Aku pun langsung berdiri dari tempat duduk ku dan kami berjalan keluar kelas menuju kantin. Iya, kami akan kerja kelompok di kantin. ---       Aku dan Duma pun berjalan ke arah pojok kantin. Karena, mereka semua sudah kumpul di sana dengan laptop dan makanan-makanan yang telah mereka pesan di atas meja tersebut.       "Hai!" sapa Duma kepada mereka. Mereka pun menoleh. Tersenyum ke arah Duma. Hanya kepada Duma. Tidak ke arah ku. Bahkan, untuk melihat aku saja pun mereka enggan. Aku hanya bisa tersenyum tipis saja menanggapi nya.        "Duma Duma! Sini duduk," Duma pun menoleh ke arah ku.       "Ayo Aruna, kita duduk," karena, kursi di meja itu hanya tersisa satu saja. Jadi, aku mengalah kursi itu untuk Duma saja. Aku mengambil kursi di meja seberang dan ku angkat kursi tersebut ke samping Duma duduk.        "Kau mau makan atau minum Aruna?" tanya Duma ketika aku sudah duduk di samping kursi nya.        "Air putih aja Duma yang dingin ya 1," ucap ku. Duma pun mengangguk. Lalu, ia berjalan untuk membeli makanan miliki nya dan pesanan minuman ku. Karena, teman-teman yang lain asik dengan handphone nya masing-masing, aku berinisiatif untuk membuka pembicaraan lebih awal. Sebenarnya sangat canggung sekali dengan aku yang duduk bergabung bersama mereka.      "Baiklah, kita mau mulai darimana dulu?" tanya ku kepada mereka. Mereka tak langsung merespon pertanyaan dari ku. Bahkan salah satu dari mereka ada yang menguap mulut nya. Mengantuk mungkin.       "Kau yang kerjakan sajalah, kau yang paham kan? Kami semua tak ada yang paham," ucap salah satu perempuan yang satu kelompok dengan ku. Vera. Aku menoleh ke arahnya.      "Lebih baik, kita kerjakan bersama-sama saja, biar lebih cepat yakan?" ucap ku yang sangat tidak menyetujui ucapan Vera.       "Lagian, mau dikerjakan bersama-sama gimana? Kan kami semua juga tak paham apa tugas nya. Sudahlah biar cepat kau saja kerjakan tugas nya sekarang. Hari sudah sore. Kami semua juga punya kerjaan lain selain ngurusin tugas sekolah ini," ucap Vera lagi. Aku bingung dengan mereka. Apa merak tak kasihan melihat orang tua nya bekerja sangat keras hanya untuk menyekolahkan anak-anaknya ini agar menjadi pintar, agar menjadi orang sukses kelak nanti. Mereka diberikan banyak fasilitas ole orang tua mereka, tapi kenapa mereka tak memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh orang tua mereka itu dengan baik. Jelas saja, mereka tak memahami tugas apa yang diberikan. Mereka tidak memerhatikan guru di kelas ketika guru sedang memberikan penjelasan materi. Mereka hanya berselfie-selfie, bermain game online, dan lainnya. Lalu, dengan tiba-tiba Dinda teman ku yang lain menggeserkan laptop nya ke hadapan ku.      "Cepat kerjakan, aku tak punya banyak waktu sekarang," ucap nya dengan suara nya yang datar sambil bermain handphone nya kembali. Aku pun hanya menghela napas. Akhirnya, aku pun dengan segera mengerjakan tugas kerja kelompok ini, yang sebenarnya bukan tugas kelompok. Karena, menurut ku tugas kelompok adalah tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok itu, bukan seperti ini yang hanya dikerjakan oleh diri ku. Sendirian. Tanpa ada yang membantu. Aku pun dengan segera mengetik di laptop yang telah di pinjamkan oleh Dinda tadi.      "Loh kok, hanya Aruna yang mengerjakan, kalian tak ikut membantu nya?" ucap Duma yang tiba-tiba sudah berada di samping ku duduk di kursi nya dengan semangkuk bakso yang masih panas berada di hadapan nya. Tak lupa ia, memberikan sebotol air mineral dingin untuk ku.      "Uang nya nanti akan ku ganti, terima kasih," ucap ku sambil membuka tutup botol nya yang masih tersegel. Duma pun hanya mengangguk. Lalu, ia bertanya kembali karena tak ada yang menjawab pertanyaan nya tadi.      "Hei, kenapa tak kalian bantu Aruna? Kasihan dia nya loh kalau tidak di bantu, dan jua nanti akan lebih lama selesai nya jika hanya Aruna yang mengerjakan," ucap Duma.       "Ck! Sudahlah Duma kau makan saja bakso kau itu, nanti yang ada dingin. Lagian, Aruna sendiri kok yang mau mengerjakan sendiri. Tadi, aku dan Dinda sudah memaksa untuk mengerjakan bareng-bareng saja, tapi dia langsung menolak. Dia ingin mengerjakan nya sendiri. Jadi, yaudah Dinda menggeser laptop nya ke dia," ucap Vera sambil bermain handphone nya. Aku yang mendengar ucapan Vera yang seperti itu pun langsung menatap ke arah nya. Sadar Vera di tatapi oleh ku. Ia langsung menaikkan sebelah alis nya dan bertanya, "Apa? Benarkan kau berkata seperti itu," aku yang ingin membantah ucapan nya tersebut, langsung tidak jadi. Karena, Vera yang langsung memelototi ku. Aku pun kembali mengatupkan mulut ku lagi. Duma yang sedang mengaduk-aduk kuah bakso nya itu pun langsung melihat ke arah ku.       "Apa iya Aruna, kau tadi mengucapkan seperti itu?" tanya Duma. Aku pun langsung mengangguk membenarkan. Kemudian, aku melanjutkan kembali mengerjakan tugas kelompok ini agar aku bisa segera pulang.      "Yaudah, kalau ada yang susah bilang aku ya," aku hanya berdehem kecil. ---      "Ini tugas nya sudah selesai, makalah dan ppt nya sudah jadi. Dinda, nanti tolong kau kirimkan file nya ke aku, Duma, dan Vera ya, agar Duma dan Vera juga bisa membaca materi nya untuk persiapan presentasi di kelas nanti," ucap ku. Dinda hanya mengangguk. Lalu, Dinda dan Vera langsung siap-siap untuk segera pulang.       "Duma, kita pulang dulu ya," pamit Vera kepada Duma. Tidak kepada ku.       "Oh iya iya, hati-hati di jalan ya," ucap Duma tersenyum sambil melambaikan tangan nya kepada mereka.       "Aku ingin pulang sekarang, kau sudah di jemput oleh ayah kau?" tanya ku sambil berdiri. Duma pun ikut berdiri. Lalu, kami berjalan menuju ke gerbang depan sekolah.       "Bentar, aku cek hp dulu,"       "Oh udah nih, ayah ku sudah menunggu di depan, kau pulang sama siapa?" tanya nya.      "Seperti biasa, aku pulang naik angkutan umum atau naik ojek," jawab ku dengan santai. Tiba-tiba Duma menjentikkan jari nya di hadapan ku sampai aku terkejut.      "Bagaimana, kau pulang bersama ku saja?" usul nya. Aku yang mendengar nya pun langsung menolak nya.      "Tak usah, aku akan naik angkutan umum saja,"       "Ih bareng sama aku aja loh, ini udah sore. Lihatlah langit juga sudah mendung, pertanda hujan akan turun," ucap Duma yang masih memaksa ku untuk ikut pulang bersama dengan nya. Aku pun baru sadar ternyata aku dan Duma sudah berada di area halaman sekolah. Aku langsung menatap ke langit. Benar sekali, hujan pasti akan turun jika aku tidak cepat-cepat sampai rumah.       "Yakan? Yuk bareng sama aku aja, sekalian aku mau tau rumah kau dimana,"      "Baiklah," ucap ku akhirnya. Aku dan Duma pun berjalan ke arah mobil yang sudah terparkir di parkiran. Lalu, Duma mengetuk-ngetuk kaca mobil nya dan pria paruh baya yang berada di dalam mobil itu pun menurunkan kaca mobilnya. Tebakan ku, pasti itu ayah Duma.        "Ayah!" sapa Duma sambil tersenyum manis.        "Hai sayang!" sapa ayah Duma kembali. Ayah Duma belum menyadari kalau ada aku di sebelah Duma. Karena, posisiku tepat sekali di samping pintu mobil, jadi ayah Duma tak melihat ku. "Ayo masuk nak, kita pulang sekarang," ujar nya.        "Ehm... Ayah, boleh tidak ayah antar teman ku pulang juga," ucap Duma meminta izin.       "Oh? Kau membawa teman? Mana Duma?" Dengan tiba-tiba Duma langsung menarik tangan ku untuk berdiri lebih dekat dengan nya. Aku yang terkejut langsung meruba ekspresi wajah ku seperti biasa kembali. Lalu, tersenyum kepada ayah Duma.        "Halo om," sapa ku dengan sopan. Ayah Duma pun tersenyum. Lalu berkata, "oh ini teman yang kau ceritakan itu ya Duma? Siapa namanya? Ayah lupa," ucap ayah Duma. Duma pun berdecak pelan.       "Aruna ayah!" jawab Duma.       "Oh iya Aruna, maaf maaf ayah lupa. Hai Aruna, kenalkan saya ayah Duma. Jogi Maruli," ucap Duma sambil mengulurkan sebelah tangan nya ke hadapan ku. Dan dengan segera aku pun menjabat tangan ayah Duma.       "Saya Aruna, om. Teman sebangku nya Duma,"       "Oh iya iya, Duma sudah banyak cerita tentang kau, ayo ayo masuk ke dalam, akan om antar pulang ya," ucap nya. Aku pun langsung mengangguk.       "Ayo Aruna! Masuk ke dalam," ucap Duma. Aku mengangguk dan membuka pintu belakang mobil dan aku langsung duduk di sana, sedangkan Duma duduk di depan, di samping ayah nya yang menyetir. Kami pun pergi meninggalkan sekolah. ---       "Udah om di sini aja," ucap ku kepada ayah Duma untuk memberhentikan mobil nya di depan gang rumah ku.        "Loh disini? Rumah kau nya mana Aruna?" tanya nya kepada ku. Aku pun langsung menunjuk ke arah bagian dala gang rumah ku.       "Itu masuk ke dalam om, mobil tidka bisa masuk. Motor aja sedikit susah untuk masuk," jawab ku. Ayah Duma pun melihat ke arah dalam gang rumah ku.      "Oh gitu, tak apa nih om antara sampai sini aja?" tanya nya. Aku pun mengangguk. Lalu, membuka pintu mobil untuk keluar dari dalam.       "Terima kasih ya om, Duma udah mau mengantar aku pulang," ucap ku sambil tersenyum dan sedikit menunduk.      "Iya Aruna, sama-sama," ucap Duma.      "Kapan-kapan ayo main ke rumah ya Aruna, ibu Duma mau kenalan sama Aruna loh," ucap ayah Duma. Aku pun mengangguk dengan pasti.      "Iya om, nanti kapan-kapan aku main ke rumah," ucap ku dengan mengacungkan kedua jari jempol ku.      "Yaudah, om dan Duma pulang dulu ya," pamit nya kepada ku.       "Iya om, hati-hati ya om, Duma," ucap ku sambil melambaikan tangan ku kepada mereka. Mobil Duma pun pergi dari hadapan ku. Tak lupa, ayah Duma menekan bunyi klakson kepada ku. Aku pun berbalik, berjalan masuk ke dalam gang rumah ku. Baik sekali, Duma dan ayah nya mau mengantar ku pulang ke rumah. Tak akan pernah aku lupakan kebaikan yang telah mereka berikan kepada ku. Tiba-tiba saja terdengar bunyi guntur yang sangat keras. Aku pun merasakan gerimis turun. Dan lama-lama hujan pun langsung turun dengan sangat deras. Aku langsung berlari menuju ke rumah ku, yang sudah tidak terlalu jauh. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD