Bab. 30

1865 Words
     "Waduh bos, tumben telat datang nya," ucap salah satu bapak-bapak berperut buncit yang duduk di sebuah kursi di depan warung sambil meminum kopi hitam dan memakan gorengan yang masih terlihat panas, karena asap dari gorengan itu pun masih mengepul. Abraham baru saja datang dan sedang memakirkan motor yang ia bawa dari rumah. Kemudian, Abraham pun turun dari motor nya tersebut, dan langsung segera berjalan untuk bergabung bersama bapak-bapak yang lainnya.       "Sehat bos?" sapa bapak-bapak yang lainnya. Abraham pun hanya tersenyum dan menepuk pelan bahu bapak-bapak tersebut.       "Jadi, bagaimana? Kapan nih kita mulai nya?" tanya Abraham yang sudah duduk di salah satu kursi yang telah di sediakan sambil mengambil sebatang rokok yang berada di atas meja tersebut. Lalu, Abraham pun menghidupkan pemantik rokok tersebut dan membakar sedikit ujung rokok nya.       "Waduh bos! Buru-buru sekali, tunggu lah sebentar masih ada yang belum datang ini," ucap Doni, salah satu bapak-bapak yang berkumpul bersama Abraham itu.        "Loh memang ada yang ingin bergabung lagi? Siapa?" tanya Abraham sambil menghisap rokok nya yang berada di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah nya tersebut.        "Tunggu saja bos, sebentar lagi juga akan datang. Dia sedang di jalan sepertinya," Abraham pun hanya mengangguk mendengar informasi dari salah satu teman nya tersebut. Sambil menunggu Abraham pun mengambil satu gorengan dari piring yang tersedia di atas meja. ---       "Mana mana, cepatlah kemarikan sini semua uang nya hahahahahahah," ucap Abraham sambil tertawa puas melihat kemenangan nya. Yah! Malam ini adalah malam yang paling sangat istimewa buat Abraham. Kali ini, Abraham berhasil memenangkan permainan judi yang ia mainkan. Perkiraan nya sangat tepat sekali, kalau malam ini ia pasti akan menang bermain judi. Dan malam ini ia mendapatkan uang sebanyak satu juta rupiah. Iya, malam ini adalah malam pertama kali Abraham bisa memenangkan judi dengan uang yang mencapai satu juta. Sebelumnya, Abraham hanya memenangkan judi dengan uang yang masih tergolong ratusan. Tentu saja, hati Abraham saat ini sangat senang sekali.        "Nah ini! Uangnya satu juta rupiah," ucap seseorang yang menjadi lawan main Abraham bermain judi. Abraham pun dengan wajah nya yang terlihat berbinar-binar, langsung mengambil uang yang telah di sodorkan oleh lawan mainnya itu. Kemudian, Abraham tak lupa untuk menghitung nya kembali uang tersebut.        "Nah sip, pas uang nya tidak kurang, lain kali main lagi kita ya," ucap Abraham dengan senyuman yang masih tercetak jelas di wajah nya itu.        "Ya baiklah ... Sudah saya ingin pulang dulu, lain kali nanti akan saya kabari lagi jika ingin bermain kembali," ucap lawan main Abraham.       "Kok cepat-cepat sekali pulang nya, sini dulu lah. Saya mau traktir bapak-bapak yang ada di sini," ucap Abraham dengan wajah sombong nya.        "Whooooooaaaa," sorak ramai bapak-bapak yang berada di warung tersebut. Senang karena akan mendapatkan traktiran dari Abraham.       "Lain kali saja, saya pulang dulu ya," Abraham pun hanya menganggukkan kepala nya, membalas ucapan dari lawan main nya tersebut.       "Bos! Jadi boleh pesen apa aja nih?" tanya salah satu bapak-bapak yang berada di warung tersebut. Abraham pun menoleh dan langsung mengeluarkan uang 2 lembar seratusan, dan Abraham menaruh nya di atas meja.        "Itu! Silakan kalian pesen apa aja. Duit nya sudah saya taruh di atas meja. Saya mau pulang dulu," ucap Abraham bersiap-siap sambil mengambil topi yang ia letakkan di atas meja dan langsung ia pakaikan topi tersebut di kepala nya.        "Loh mau balik sekarang kau Abraham?" Abraham hanya mengangguk dan memakai sandal nya yang ia lepas tadi. Lalu, ia pun berdiri dari kursi yang ia duduki sedari tadi.         "Sudah ya, nanti kabar-kabar lagi saja kalau ada ingin bermain lagi,"         "Siapp!" ucap bapak-bapak lainnya dengan semangat. Abraham pun berjalan ke parkiran motor untuk mengambil motor nya tersebut. Lalu, Abraham menghidupkan mesin motor nya tersebut dan berjalan meninggalkan warung tersebut. --- Aruna        "Haus sekali," ucap ku sambil mengusap leher tenggorokan ku pelan. Aku mengambil gelas yang berada di meja kecil samping kasur ku, ternyata aku lupa belum mengisi gelas tersebut dengan air putih. Aku pun dengan terpaksa bangun dari tempat tidur ku, lalu berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamar ku itu. Lampu sudah di matikan semua oleh ibu, kecuali lampu halaman depan. Aku melihat di jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Aku pun melanjutkan langkah ku untuk menuju ke dapur. Tak lupa, aku menghidupkan terlebih dahulu lampu yang berada di dapur. Lalu, aku berjalan ke arah samping kulkas, untuk segera mengisi gelas ku yang kosong dengan air putih dari dispenser. Setelah gelas ku terisi dengan air putih. Aku pun berjalan kembali untuk pergi meninggalkan dapur. Tapi, ketika aku ingin menekan saklar lampu untuk mematikan lampu yang ada di dapur, terdengar seperti suara pintu yang di dorong oleh seseorang. Dan aku pun melihat bayangan orang yang berjalan. Sampai ketika orang tersebut menampakkan diri nya. Ternyata itu ayah. Ayah yang sadar jika ada seseorang di dapur, lantas menolehkan kepala nya ke arah ku. Lalu, ia hanya menatap ku tanpa berniat untuk bertanya kepada ku sedang apa aku di dapur. Ayah pun melanjutkan langkah nya menuju kamar nya dan ibu. Aku menatap punggung ayah sampai menghilang masuk ke dalam kamar nya. Aku hanya mengendikkan bahu ku, lalu aku pun menekan saklar lampu untuk mematikan lampu di dapur. Kemudian, aku pun kembali melangkah menuju ke kamar ku. ---         Pagi ini aku kembali masuk sekolah. Setelah aku memakai seragam ku, aku pun melihat jadwal mata pelajaran hari ini. Lalu, aku pun memasukkan buku-buku yang tertera di jadwal mata pelajaran ke dalam tas sekolah ku. Setelah membereskan jadwal mata pelajaran hari ini. Aku pun melangkah ke depan cermin. Aku menyisir rambut ku, lalu ku ikat rambut ku dengan ikat rambut agar terlihat semakin rapih. Tak lupa aku pun memakai bedak bayi ke wajah ku agar terlihat lebih fresh. Setelah semuanya selesai, aku pun melangkah mengambil tas ku dan ku taruh di bahu ku. Setelah itu aku berjalan keluar dari kamar ku dan pergi melangkah ke dapur untuk segera memakan sarapan ku yang sudah di siapkan oleh ibu.         "Pagi ibu," sapa ku dengan tersenyum lebar. Lalu, aku pun menarik salah satu kursi di meja makan tersebut.         "Hai! Sudah siap sekolah lagi hari ini Aruna?" tanya ibu kepada ku yang tangan nya masih sibuk membuatkan s**u untuk ku dan kopi hitam panas untuk ayah.       "Iya Bu, kalau aku tidak masuk sekolah lagi, nanti pasti aku akan ketinggalan pelajaran," jawab ku sambil menyiapkan sesendok nasi goreng dengan telur mata sapi yang berada di atas nasi goreng ku.       "Kan ada Duma teman kau itu, tanyakan saja kepada nya," ucap ibu sambil berjalan ke arah ku dengan tangan nya yang memegang segelas s**u untuk ku. Lalu, ia menaruh nya di dekat piring ku.       "Ibu tau? Dia itu anak baru di kelas ku," ucap ku memberi tahu ibu tentang Duma.        "Oh ya? Kirain ibu dia temen lama kau di kelas kau Aruna," aku hanya menggeleng. Lalu, setelah ibu menaruh secangkir kopi hitam untuk ayah di atas meja. Ibu pun menarik kursi yang ada di hadapan ku, lalu ibu pun menduduki kursi tersebut.        "Ibu hari ini kerja?" tanya ku.        "Iya, kemarin kan ibu sudah ambil libur," jawab ibu sambil meminum teh hangat nya. Tak lama kemudian, ayah pun datang dengan kaos oblong dan celana training nya, tak lupa dengan rambut nya yang masih basah itu. Lalu, ayah menarik kursi dan duduk di sana. Suasana di meja makan pun kembali hening. Karena, aku pun sudah menyelesaikan sarapan ku. Aku pun bangun dari tempat duduk ku. Lalu, aku berjalan menuju wastafel untuk menaruh piring dan gelas bekas ku tadi. Setelah aku mencuci tangan, aku berjalan ke arah ibu dan ayah untuk berpamitan.        "Ibu, ayah, aku berangkat sekolah sekarang ya," ucap ku sambil mengambil tangan ibu untuk ku cium punggung tangan. Berpamitan.        "Sekarang? Yaudah hati-hati di jalan ya nak," ucap ibu. Aku pun mengangguk. Lalu, aku berjalan ke arah ayah untuk bersaliman juga.         "Ayah, aku berangkat sekolah," pamit ku.        "Ya," balas ayah dengan singkat. Aku pun berjalan ke depan untuk mengambil sepatu ku yang ada di rak dekat pintu depan. Aku pun memakainya. Setelah aku mengikat tali sepatu ku dengan kencang, aku pun berjalan pergi ke depan gang untuk menunggu bus sekolah yang biasa lewat di depan halte depan. ---         Setelah Emma menyelesaikan sarapan nya. Emma dengan segera langsung menyuci piring-piring kotor yang ada di wastafel. Di lain sisi, Abraham masih menyantap sarapan nya. Setelah Abraham menyelesaikan sarapan nya. Ia pun berjalan mendekati Emma yang berada di wastafel. Sambil menaruh piring bekas ia gunakan di wastafel, tangan Abraham merogoh kantong celana training nya tersebut dan mengeluarkan uang seratusan sebanyak 3 lembar. Dan ia taruh di samping Emma menyuci piring. Emma yang baru menyadari bahwa suaminya tersebut menaruh uang di samping nya, langsung menoleh ke arah suaminya dan menatap suami nya dengan tatapan yang bingung.         "Itu uang apa?" tanya Emma langsung.          "Terserah uang apa aja. Itu saya kasih buat kau," ucap Abraham sambil berjalan kembali menuju kursi yang ia gunakan ketika sarapan tadi. Dan Abraham pun menyeruput kopi yang telah di siapkan oleh Emma tadi.         "Yang jelas dulu, ini uang apa? Kau dapat darimana uang sebanyak ini?" tanya Emma dengan tangan nya yang basah memegang uang pemberian dari suaminya itu.         "Sudah saya katakan, terserah mau kau gunakan buat apa uang itu. Yang jelas itu uang saya kasih buat kau. Kapan lagi kan saya kasih kau uang? Suami kau ini baru saja dapat rezeki," ucap Abraham.          "Ini uang hasil dari kau bermain judi?" tanya Emma langsung. Jelas lah, memang suaminya itu mau dapat uang dari mana jika tidak bermain judi.          "Kau ini! sudah lah, terima saja uang dari saya itu. Jangan banyak tanya. Kau ini jika saya tak kasih uang, kau ribut. Terus giliran saya kasih kau uang, kau juga ribut. Mau nya apa kau itu hah?!" ucap Abraham yang sudah kesal sama istri nya itu. Emma berjalan melangkah ke arah suami nya yang masih duduk di meja makan itu.         "Jika kau ingin memberikan saya uang, berikan uang dari hasil yang jelas, bukan dari hasil kau bermain judi," ucap Emma sambil menaruh kembali uang yang berada di tangan nya ke atas meja makan.         "Kau ini tidak bersyukur! Masih banyak orang yang perlu uang. Sekarang kau ada uang malah di buang-buang seperti ini, pantas saja hidup keluarga ini susah terus. Itu karena kau tidak pernah bersyukur!" ucap Abraham sambil menunjuk-nunjuk Emma yang berada di hadapan nya itu.         "Kau! Bukan saya penyebab hidup keluarga ini susah! Kau yang tidak pernah beribadah kepada Tuhan, kau yang selalu melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama! Itu semua karena kau! Itu semua kau penyebab dari keadaan keluarga ini yang susah terus!" ucap Emma yang tidak terima oleh ucapan Abraham yang menyalahkan diri nya sebagai penyebab keadaan keluarga nya yang susah.         "Kalau kau tidak ingin menerima uang ini, tidak apa-apa. Saya tidak rugi, malah saya senang, berarti uang saya tidak berkurang," ucap Abraham.         "Itu! Silakan ambil kembali uang kau itu, saya tidak sudi menerima uang dari hasil kau bermain judi ini," ucap Emma yang membalikkan tubuh nya dan melangkah kembali menuju wastafel untuk melanjutkan kegiatan nya yang sedang menyuci piring. Abraham pun dengan segera mengambil uang nya kembali yang tergeletak di atas meja makan tersebut.         "Terserah! Kau itu memang istri yang tidak pernah bersyukur!" ucap Abraham sambil melangkah pergi meninggalkan Emma yang sedang menyuci piring di dapur. Pun Emma hanya menghembuskan napas nya dengan kasar. Sudah sangat lelah sekali menghadapi sikap suami nya yang tidak pernah berubah itu. []   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD