Bab. 44

1151 Words
      "Aruna ibu berangkat kerja dulu ya," pamit ibu kepada ku. Aku pun mengangguk. Hari ini sekolah di liburkan, karena katanya ada pengawas yang ingin berkunjung ke sekolah. Karena hari ini adalah hari libur ku, jadi hari ini aku akan mengerjakan bersih-bersih rumah, menyuci baju dan pekerjaan rumah lainnya agar ketika ibu pulang nanti, ibu tidak akan kecapean. Dan tadi juga ibu bilang akan pulang sedikit lebih sore. Jadi, nanti sore aku akan memasak untuk menyiapkan makan malam. ---       "Terimakasih ya bang," ucap Emma sambil memberikan uang dua puluh ribuan kepada abang-abang ojek yang mengantar nya ke cafe tempat ia bekerja. Kemudian, Emma pun langsung melangkah masuk ke dalam cafe.       "Hai kak Ina," sapa Emma kepada teman satu kerjaan nya itu. Ina yang sedang menyapu pun tersenyum.        "Iya Emma, baru datang ya? Berangkat sama siapa?" tanya Ina basa-basi.       "Biasa sama abang-abang ojek lah kak," ucap Emma.       "Kirain di antar sama suami tercinta," ucap Ina sambil terkekeh kecil. Emma pun hanya menggelengkan kepala ku saja. Tidak menanggapi lagi. Andaikan suami Emma seperti suami orang-orang yang perhatian dengan istri nya. Tapi, sayangnya suami Emma tidak seperti itu. Emma melanjutkan kembali langkah nya pergi ke ruangan paling pojok tempat loker-loker untuk menaruh barang-barang yang dibawa oleh para pekerja di cafe ini.         "Emma, nanti kau langsung buka toko nya ya," ucap seseorang pegawai cafe tersebut yang sempat melewati ruangan loker. Emma yang sedang menaruh tas nya ke dalam loker itu pun menoleh ke arah pintu.         "Oh semuanya udah selesai di rapihkan?" tanya Emma.        "Iya, sudah. Nanti kau langsung buka cafe nya aja,"         "Oke," ucap Emma sambil menutup pintu loker nya dan mengunci nya. Emma pun berjalan keluar ruangan. Dan segera bergegas untuk membuka cafe tersebut. Emma berjalan ke arah pintu cafe dan memutar papan yang di tempel di pintu cafe menjadi open. Lalu, Emma membuka pintu cafe tersebut. Jam masih menunjukkan pukul sepuluh lebih tiga puluh menit. Emma pun lantas langsung saja pergi ke dapur. Ketika Emma ingin berjalan menuju dapur yang berada di belakang. Emma berpapasan dengan mba Winda, salah satu pekerja di cafe di bagian kasir.         "Emma," panggil mba Winda. Emma pun menoleh ke belakang.        "Iya mba, ada apa?" tanya Emma.        "Ini, kau tolong gantikan saya di kasir sebentar dong, saya mau ke toilet dulu, ada panggilan alam nih hehehe," ucap mba Winda sambil menunjukkan cengirannya.        "Oh yaudah mba,"        "Terimakasih adik tersayang mba muachhhh," ucap mba Winda sambil melemparkan sebuah ciuman nya ke Emma. Emma hanya terkekeh melihat kelakuan mba Winda yang sudah ia anggap menjadi kakak nya itu. Lantas, Emma pun berjalan kembali menuju meja kasir. ---        Lamtiar turun dari taxi yang ia pesan di online tadi. Sesudah Lamtiar memberikan uang bayaran nya kepada supir tadi tersebut. Lamtiar, langsung saja pergi berjalan menuju pintu cafe yang ia datangi itu. Kemudian, Lamtiar berjalan menuju meja di bagian pojok dekat jendela. Tak lama seorang pelayan pun mendekati meja Lamtiar.         "Selamat pagi menjelang siang kakak, ada yang bisa di bantu?" tanya seorang pelayan laki-laki tersebut. Lamtiar yang sedang mengecek ponsel nya pun menoleh ke arah pelayan laki-laki yang sedang berdiri di dekat nya itu. Kemudian, Lamtiar menaruh ponsel yang ia pegang itu di atas meja nya.         "Sebentar ya saya cek daftar menu nya dulu," ucap Lamtiar sambil mengambil sebuah kertas yang sudah di laminating dengan tulisan daftar menu.         "Ehm, saya mau pesan mie gomak goreng nya satu ya .... Sama minum nya jus strawberry aja satu," ucap Lamtiar kepada si pelayan tersebut. Sementara itu, pelayan tersebut mencatat semua pesanan yang telah di sebutkan oleh Lamtiar tadi.         "Baiklah ... Saya ulangi ya ... Mie gomak goreng satu dan jus strawberry nya satu, benar begitu?" tanya pelayan tersebut memastikan.          "Iya, benar," jawab Lamtiar.         "Oke, tunggu sebentar ya," ucap pelayan tersebut sambil mengundurkan diri dari hadapan Lamtiar. --- Aruna         "Aruna! Kau ada uang lima puluh ribu tidak?" tanya ayah kepada ku yang sedang mengerjakan tugas di meja ruang tv. Aku yang sedang mencatat materi pun langsung mendongakkan kepala ku, menatap ayah yang sedang berdiri dengan menggunakan jaket kulit nya berwarna hitam.          "Ada tidak? Kok malah menatapi saya terus," ucap ayah sambil menodongkan telapak tangan nya ke hadapan ku.         "Buat apa ayah?" tanya ku.         "Udah tak usah banyak tanya, kau ada uang nya tidak?" tanya ayah tak sabaran.         "Aku hanya ada uang dua puluh ribu saja ayah," ucap ku berbohong.         "Beneran?" tanya nya tak percaya kepada ku. Aku pun langsung mengangguk membenarkan.         "Yaudah sini, untuk ayah saja. Ayah ada perlu di luar," ucap nya.         "Memang uang ayah kemana?" tanya ku sambil memberikan uang dua puluh ribuan yang aku ambil dari kotak pensil ku. Kemudian, ayah langsung saja mengambil uang tersebut dari tangan ku.         "Banyak tanya, udah diem aja!" cetus ayah. Lalu, ayah langsung pergi dari hadapan ku. Tak lama terdengar suara mesin motor yang berbunyi. Pasti itu motor ayah. Aku pun menghela napas ku dan kembali melanjutkan kegiatan ku mengerjakan tugas sekolah. ---          "Halo? Ibu ada di mana?" tanya Duma di telpon.           "Ibu ada di cafe nak, sini susul ibu, nanti ibu kirim alamat nya," jawab Lamtiar sambil meminum jus strawberry nya itu.          "Oh yaudah, kirain aku ibu kemana gitu ... Yaudah, aku tutup ya," ucap Duma di seberang sana.          "Kau jadi nyusul tidak?" tanya Lamtiar.          "Tidak Bu, aku lagi mau nonton drama Korea aja," jawab Duma.           "Yaudah, ibu juga bentar lagi pulang,"          "He'em, yaudah hati-hati ya Bu, pulang nya pesan taxi lagi aja," ucap Duma.          "Iya, yaudah ya, ini ibu mau pulang. Mau ke kasir dulu," ucap Lamtiar.          "Iyaaa," kemudian, Duma pun memutuskan sambungan telepon nya. Lamtiar memasukkan ponsel nya ke dalam tas yang ia jinjing itu. Lalu, Lamtiar membayar makanan dan minuman yang telah ia pesan tadi. Lamtiar berjalan menuju meja kasir.          "Mba, mau bayar pesanan yang di meja nomor sebelas," ucap Lamtiar. Pegawai yang bertugas menjaga kasir tersebut langsung saja bangun dari posisi nya yang sedang berjongkok, karena sedang membenarkan sesuatu di bawah sana.          "Iya ... Sebentar ya saya cek dulu," ucap pegawai kasir tersebut. Lamtiar, menatap wajah pegawai kasir tersebut dengan sangat teliti. Lamtiar merasa tidak asing dengan wajah pegawai kasir tersebut.          "Tadi memesan mie gomak goreng satu dan jus strawberry nya satu, lalu tadi ada tambahan kentang goreng nya satu ya mba... Jadi, semua total nya delapan puluh lima ribu tujuh ratus lima puluh rupiah," ucap pegawai kasir terserah sambil mendongakkan kepala nya untuk menatap pelanggan nya tersebut. Karena, pelanggan itu belum menunjukkan respon nya. Maka, pegawai kasir tersebut memanggil nya kembali.          "Mba?" panggil seorang pegawai kasir tersebut. Lamtiar pun kemudian langsung mengedipkan kedua mata nya itu.          "Tadi berapa?" tanya Lamtiar lagi.          "Delapan puluh lima ribu tujuh ratus lima puluh rupiah, " jawab pegawai kasir tersebut. Namun, ketika Lamtiar ingin memberikan uang nya kepada pegawai kasir itu. Tiba-tiba saja pegawai kasir tersebut ada yang memanggil.          "Emma, maaf ya ngerepotin. Udah sini biar saya aja yang ngurus. Terimakasih loh Emma udah mau gantiin mba," ucap mba Winda.          "Emma?" ucap Lamtiar memanggil nama pegawai kasir tersebut. Emma yang merasa terpanggil pun kembali menoleh ke arah Lamtiar. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD