Bab. 58

1890 Words
 Aruna       Aku membuka pintu rumah ku. Seperti biasa sepi yang menemani ku di rumah. Aku menutup pintu rumah dan mengunci nya kembali. Setelah aku melepas sepatu sekolah ku, aku berjalan menuju kamar ku dan ku taruh rapot sekolah ku di atas meja belajar. Aku melucuti semua pakaian seragam ku dan aku mengganti nya dengan pakaian rumahan ku. Aku berjalan ke atas kasur dan duduk di sana. Bingung. Aku bingung ingin melakukan apa saat ini. Dan aku pun memikirkan bagaimana aku bisa menghabiskan waktu ku dengan baik, dengan bermanfaat ketika liburan sekolah ini. Liburan semester ini ternyata selama 2 minggu, kemudian nanti ketika masuk sekolah aku sudah menjadi murid kelas dua belas. Dan selama 2 minggu itu pula aku harus bisa memanfaatkan waktu ku dengan baik. Aku berpikir untuk bisa mendapatkan suatu pekerjaan untuk mengisi kekosongan liburan sekolah ku ini. Ya, benar. Aku harus mengisi liburan sekolah ku ini dengan bekerja, mencari uang untuk biaya masuk kuliah ku. Tapi, aku bingung. Pekerjaan apa yang bisa menerima diri ku ini untuk bekerja hanya 2 minggu lamanya. Aku berpikir keras. Aku mengingat-ingat apakah aku memiliki seseorang kenalan yang bisa memberikan aku sebuah pekerjaan. Cukup lama aku berpikir, dan ya, aku punya seorang kenalan yang mungkin dia bisa memberikan aku sebuah pekerjaan untuk mengisi liburan ku selama 2 minggu ini. Baiklah, nanti aku akan menelpon nya.        Aku melirik ke arah jam dinding. Sekarang baru pukul dua siang. Dan tanda-tanda ayah akan pulang untuk makan siang pun tidak ada. Mengingat aku tadi melihat sosok yang mirip seperti ayah tadi di jalan, aku sangat menunggu kehadiran ayah. Aku ingin menanyakan soal itu. Masa iya yang di kejar-kejar oleh banyak orang tadi itu ayah? Dan kalau iya itu benar ayah, kenapa? Masa iya dia mencuri, sehingga dia di kejar-kejar oleh banyak orang. Ah sudahlah! Aku tidak ingin membuat banyak spekulasi yang itu juga belum tentu benar. Lebih baik aku tidur siang saja, mengistirahatkan tubuh ku terlebih dahulu. ---       "Hey! Abraham ayo cepetan! Sudah, lemparkan saja tas itu, nanti kita ketangkep sama mereka. Cepat!!!!" ucap salah satu pria kepada Abraham yang sedang berlari sambil memeluk tas yang berwarna cream, tentunya itu adalah tas yang pemiliknya seorang wanita. Kemudian, Abraham pun langsung saja mengikuti perintah dari teman nya itu. Abraham melempar tas tersebut ke belakang nya, ke arah orang-orang yang saat ini sedang mengejar nya. Kebetulan, sekali dua orang pengendara motor menghampiri Abraham dengan temannya itu. Kemudian, tanpa pikir panjang Abraham beserta temannya itu langsung saja menaiki kedua motor tadi yang menghampiri mereka.        "Woyy!! Jangan kaburrr!!!" teriak salah satu orang yang mengejar Abraham dari belakang. Abraham menoleh ke belakang, menatap mereka seperti menantang mereka.        "Gila!! Baru kali ini saya melakukan pekerjaan seperti tadi," ucap Abraham sambil ngos-ngosan karena habis berlari kencang tadi.       "Hahhaahahhaa..... Gimana seru tidak Abraham?" tanya seorang teman Abraham tadi yang ikut berlari dengan Abraham. Abraham dengan cepat mengangguk.       "Nanti, kita langsung bagi hasil," ucap nya lagi. Abraham pun mengangguk setuju. Abraham sudah sangat tidak sabar sekali ingin mendapatkan uang nya hasil dari menjambret seorang ibu-ibu kaya raya tadi.  ---        Abraham pun pulang dengan wajah nya yang sangat berseri-seri sambil kedua tangan nya membawa dua plastik yang berisikan banyak makanan.        "Kenapa tidak dari dulu saja, saya melakukakn pekerjaan seperti tadi ya, kira-kira kalau dari dulu saya melakukan pekerjaan seperti tadi, sekarang ini mungkin saya kaya raya kali ya hahahahha," ucap Abraham sambil tertawa senang dan mata nya pun menatap ke arah kedua tangan nya yang memegang belanjaan yang di belinya tadi. Tadi, ketika pembagian hasil bersama teman-temannya. Abraham mendapatkan uang sebanyak sembilan ratus ribu rupiah. Iya, beruntungnya Abraham dan temannya itu menjambret seorang ibu-ibu kaya raya. Tadi, di dalam tas ibu-ibu tersebut banyak sekali barang-barang ketika di jual tadi mendapatkan duit yang cukup banyak. Abraham berpikiran, mungkin lain kali ia akan melakukan pekerjaan ini lagi, bergabung dengan teman-temannya tadi.        "Bawa apa itu Abraham? Banyak sekali, lagi dapat uang banyak ya," ucap salah satu bapak-bapak yang berjalan dari arah depan Abraham. Abraham tentu saja langsung tersenyum bangga.         "Iya dong, lagi ada uang banyak nih saya. Nanti malam kita main seperti biasa ya, kasih tau sama yang lainnya, oke," ucap Abraham sambil tersenyum lebar dan menunjukkan muka sok angkuh. Kemudian, Abraham pun langsung berjalan meninggalkan teman seperjudian nya itu. Abraham terus saja berjalan menuju ke rumah nya. Setibanya Abraham di depan pintu rumah nya, Abraham pun langsung saja menekan knop pintu nya agar terbuka. Namun, pintu tersebut pun di kunci. Abraham merogoh saku celana nya dan mengambil sebuah kunci cadangan rumah nya itu. Kemudian, dengan cepat Abraham memutar kunci tersebut dan membuka pintu nya. Abraham pun berjalan masuk dan menuju ke dapur untuk menaruh berbagai macam makanan yang telah ia beli tadi. Menurutnya sekali-sekali ia membuat istri dan anak nya bahagia, Abraham ingin menunjukkan kepada istri dan anaknya bahwa dirinya itu bisa memberikan makan untuk keluarga nya. Abraham pun dengan cepat ia menata makanan-makanan yang telah di beli nya itu di atas piring.  --- Aruna          Tidur ku terusik ketika aku mendengar suara berisik dari luar. Aku membuka kedua mata ku. Aku melirik sebentar ke arah jam dinding di kamar ku, sekarang sudah pukul lima sore. Sudah tiga jam aku tertidur. Dan tadi suara apa itu? Bukankah di rumah ini hanya ada aku saja? Kenapa ada suara berisik-berisik seperti itu? Ah mungkin itu kucing. Karena, jendela rumah ku itu terbuka, jadi sering sekali kucing masuk ke dalam rumah lewat dari jendela. Dan seketika aku lupa kalau aku belum memasak untuk makan malam. Sekarang sudah pukul lima, yang artinya pasti ayah akan segera pulang. Maka dari itu, sebelum ayah pulang, aku harus membuatkan makanan untuk nya, kalau tidak bisa-bisa ia akan memarahi ku lagi. Aku tidak ingin mendengar ocehan dari mulut nya itu. Lantas aku pun segera beranjak bangun dari tempat tidur ku. Aku mengikat rambut panjang ku terlebih dahulu, setelah itu aku langsung pergi keluar dari kamar ku, berjalan menuju dapur untuk masak.           Sesampainya aku di dapur aku melihat ayah yang sedang menata berbagai macam makanan di atas piring. Ku pikir suara bising tadi itu dari kucing, ternyata suara tersebut bersumber dari ayah yang sedikit kesusahan untuk menata makanan-makanan di atas piring. Wajar saja, ayah kan tidak pernah melakukan pekerjaan itu, di sini ayah kan selalu di layani dengan baik oleh ibu dan aku. Ayah belum menyadari keberadaan ku. Aku pun berinisiatif untuk menegurnya duluan.          "Ayah," panggil ku sambil berjalan mendekati meja makan. Ayah ku pun mendongakkan kepala nya, menatap ke arah ku.          "Oh kau ada di rumah daritadi?" tanya nya. Aku dengan cepat mengangguk, membenarkan pertanyaan dari nya. Aku menundukkan kepala ku, takut ayah akan memarahi ku lagi. Memang ayah sering sekali memarahi ku tanpa sebab.           "Sekarang bantuin saya untuk memindahkan semua makanan ini ke atas piring," ucap ayah dengan biasa saja. Aku langsung mendongakkan kepala ku, tumben sekali ayah tidak memarahi ku. Dan aku melihat banyak sekali makanan di atas meja makan ini. Apa ini semua ayah yang membelikannya? Lantas, ayah mendapatkan uang dari mana?          "Ayo cepat! Kok malah bengong aja. Nanti ibu kau keburu pulang," ucap ayah. Aku pun langsung saja bergerak untuk membantu ayah. Ada apa ini semua? Kenapa tiba-tiba sekali ayah berubah sikap nya?          "Ini ayah yang beli semuanya?" tanya ku memulai pembicaraan, dan tangan ku pun masih sibuk memindahkan makanan-makanan ke atas piring.           "Ya jelas lah, semuanya saya yang beli. Kapan lagi kan saya memberikan makan yang enak ke kau dan ibu kau huh?" ucap ayah dengan angkuh. Aku hanya melirik ayah sebentar. Ketika aku ingin bertanya kembali, aku mendengar suara ibu yang memanggil ku. Aku melirik kembali jam dinding yang ada di dapur. Tidak terasa sekarang sudah hampir jam enam. Dan tumben sekali ibu pulang lebih awal seperti ini?          "Aruna? Ngapain nak?" aku membalikkan badan ku menghadap ke arah ibu. "Loh? Ada apa ini? Banyak sekali makanan nya? Padahal ibu membawa nasi padang," ucap ibu sambil mengangkat tangan nya yang sedang menjinjing satu plastik berwarna merah yang di dalamnya berisi 3 bungkus nasi padang.           "Ini saya belikan banyak makanan enak untuk kalian semua, hari ini saya lagi dapat uang banyak, perbaiki lah gizi kalian dengan memakan makanan yang saya bawa ini," ucap ayah yang duduk di kursi makan. Ibu mengerutkan kening nya. Menatap ayah dengan tatapan yang bertanya-tanya. Aku pun membuang semua sampah-sampah bekas bungkus makanan-makanan tadi ke keranjang sampah yang tersedia.           "Dari uang hasil kau berjudi?" tanya ibu langsung sambil menatap tajam ayah. Ayah menaikkan satu kaki nya ke atas kursi. Tentu saja aku melihat mereka dari posisi ku yang saat ini sedang berdiri di dekat keranjang sampah dekat wastafel. Pasti mereka akan adu mulut lagi.           "Jangan sok tau kau itu, ini bukan dari hasil judi saya. Saya mana main judi dari kemarin, orang saya tidak ada uang. Mungkin malam ini saya akan main judi kembali, doakan aja saya bisa menang judi malam ini," ucap ayah dengan santai sambil mencomot salah satu makanan di atas meja makan itu. "Iya kan Aruna? Kau juga sebagai anak harus doakan ayah kau ini," ucap ayah sambil menolehkan kepala nya melihat ke arah ku. Aku hanya menatap nya datar. Hah! Mana ada tuhan mau mengabulkan doa ku yang mendoakan ayah untuk selalu memenangkan judi nya. Bisa-bisanya dia meminta ku dan ibu untuk mendoakan diri nya untuk selalu memenangkan permainan judi nya itu. Aku tidak habis pikir dengan pikiran ayah itu.          "Tidak akan sudi saya mendoakan kau seperti itu," ucap ibu. Aku mengangguk setuju dengan ucapan ibu.          "Ya itu sih terserah kau saja, saya juga tidak peduli. Sudahlah diam, saya mau makan sekarang mumpung banyak makanan enak, saya mau makan sepuasnya. Dan kau Aruna, cepat kesini kau harus makan ini, kau harus habiskan semua makanan ini biar badan kau itu gemuk, tidak kurus seperti itu, seperti tidak pernah di urus saja," ucap ayah dengan mulutnya yang selalu ceplas-ceplos dalam berbicara. Aku masih berdiri di dekat wastafel, entahlah aku sangat tidak nafsu sekali untuk makan.          "Aruna, ini ambillah nasi ini. Sekarang kau harus makan," ucap ibu. Aku pun mengangguk. Ibu pun kemudian berjalan pergi meninggalkan dapur menuju ke kamar nya, mungkin ia akan membersihkan tubuh nya itu.           "Hei! Kau tunggu apalagi? Ngapain kau berdiri diam di sana. Cepatlah kesini, ayo makan sebelum semua makanan ini habis dengan saya," ucap ayah. Aku yang mendengar itu pun tidak peduli, biarkan saja bila ayah ingin menghabiskan semua makanan nya, toh yang beli semua makanan itu memakan uang nya sendiri kok. Dan aku pun tidak yakin untuk memakan makanan dari nya itu, entah aku merasa ayah mendapatkan uang untuk membeli semua makanan itu dari hasil pekerjaan dia yang tidak benar. Aku membawa satu bungkus nasi padang yang telah ibu beli tadi. Iya, aku lebih baik memakan makanan dari ibu saja. Aku melewati ayah yang masih makan dengan lahap.          "Hei! Kau mau kemana? Ini semau makanan nya ada disini, kok kau malah mau pergi," ucap ayah menegur ku. Aku menolehkan kepala ku ke arah nya.          "Aku ingin makan di sana saja ayah, ini aku makan nasi pembelian dari ibu," ucap ku pelan. Ayah menaikkan sebelah alis nya.          "Terserah kau saja lah, susah bener di ajak makan enak saja," ucap ayah, kemudian ia pun melanjutkan kembali kegiatan makan nya itu. Aku pun pergi menuju kursi depan tv dan duduk di sana sambil membuka bungkus nasi padang. Ketika aku ingin menyuapkan sesendok nasi ke mulut ku, aku mendengar ada suara ketukan pintu dari depan. Aku pun langsung saja berjalan menuju pintu tersebut. Dan langsung membukakan pintu tersebut untuk melihat siapa yang mengetuk pintu tadi. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD