Orang Ketiga 4

1015 Words
Desta menatap sekeliling bar yang semakin malam semakin ramai. Nio yang tadinya duduk di sebelah kiri nya hilang entah kemana perginya. Sudah dipastikan pria itu pergi mencari wanita yang mau ia ajak ke kamar. Ketika Desta ingin bangkit pergi menghampiri wanita yang menarik perhatian nya sebuah tangan tiba-tiba terjatuh mengenai paha nya. Pria itu menoleh kepada sahabatnya yang sudah tepar di sisi kanan nya. Desta menarik napas nya pelan melihat keadaan Marvin yang sudah tepar karena pria itu memesan minuman dengan kadar alkohol yang tinggi. Jarang-jarang sekali Marvin sampai tidak sadarkan diri seperti ini setiap kali mereka minum. Desta dan Nio saja dibuat bingung dengan sahabatnya itu. Mereka beranggapan bahwa mungkin saja Marvin galau gara-gara ditinggal Mona. "Vin," Desta mengangkat bahu Marvin dari meja. Desta mendengus ketika Marvin tidak bereaksi sama sekali. Dengan susah payah Desta memapah Marvin ingin membawanya keluar dari sana. "b*****t," Teriak seseorang dari lorong. Desta langsung menoleh saat mendengar umpatan Nio kepada seseorang lelaki. Di antara mereka ada seorang wanita yang tidak berdaya lagi dengan kondisi baju yang sangat berantakan. Desta menepuk jidatnya capek. Sahabat-sahabatnya itu sangat merepotkan sekali. Terpaksa Desta kembali mendudukkan Marvin di kursi semula lalu menghampiri Nio yang sedang adu jotos dengan lelaki di lorong. "Nio," panggil Desta sambil menarik tangan baju yang dikenakan pria rambut ikal itu. "Ga bisa gua harus kasih pelajaran nih bocah," Nio menendang perut musuhnya. Desta jadi gelagapan melihat Nio yang kesetanan apalagi melihat orang-orang di sana menjadikan mereka sebagai objek perhatian. Pria itu dibuat terkejut saat tidak menemukan Marvin di posisi terakhir kali ia tinggal. Desta menatap sekeliling ruangan yang pencahayaan nya remang-remang. "Sial," Desta segera berlari menghampiri Marvin yang meringkuk di bawah kursi. Desta dengan hati geram membangunkan Marvin yang sedang meracau tidak jelas. Dengan berkacak pinggang menatap Marvin dan Nio bergantian. Desta mencari ponsel di saku celana Marvin lalu menghubungi Dewi karena tidak ada pilihan lain. Tidak mungkin kan dirinya menghubungi Mona. "Kenapa Vin?" Tanya Dewi yang sedang duduk di meja rias. "Dewi bisa tolong datang ke sini?" Tanya Desta. "Loh," Dewi sekali lagi menatap layar ponsel nya. "Gua Desta temen nya Marvin. Tolong sekarang lo ke sini," mohon Desta. "Kemana?" Tanya Dewi bingung. "Ke bar biasa." "Kenapa gua?" Mona menatap pantulan dirinya di cermin bingung. "Karena lo sahabatnya Mona." "Gua berangkat." Dewi langsung mengambil hoodie kebesaran dan memakai tudung lalu mengikatnya sebagai pengganti kerudung. Saat keluar kamar keadaan rumah sepi karena memang sudah sangat malam. Dengan hati-hati ia menutup pintu rumah takut orang-orang rumah melihatnya. Dengan kecepatan di atas rata-rata Dewi mengendarai motor matic nya menuju bar yang dimaksud Desta. Ia beberapa kali pernah datang ke tempat haram itu dengan Mona. Ketika Marvin mabuk Mona akan menjemput pria itu ke bar tentunya ditemani oleh Dewi agar Ani tidak mencurigai nya. Sesampai nya di sana Dewi terdiam mengumpulkan keberanian dirinya masuk ke dalam karena beberapa kali menemani Mona ke sana Dewi hanya menunggu di luar. "Duh, aneh banget gua kaya gini," Dewi berbicara seorang diri ketika melihat wanita yang keluar masuk ke sana rata-rata menggunakan baju yang sangat terbuka. Dewi melihat pakaian yang ia pakai sekarang sangat jauh berbeda. Celana yang ia pakai adalah celana piyama tidur berwarna putih dipadukan dengan hoodie berwarna putih juga. Saat sampai di dalam gadis itu berjalan pelan berdesakan dengan orang-orang yang berjalan sempoyongan. Bahkan ada seorang pria tua yang hampir terjatuh ke arah nya untung saja gadis itu cepat menghindar. "Marvin dimana sih?" Kesal Dewi karena tak kunjung menemukan pria itu. Semakin Dewi berjalan masuk ke dalam semakin aroma alkohol menyeruak membuat gadis itu memencet hidung nya tidak tahan. Rasanya ia juga ikut mabuk kalau kalau kelamaan mencium bau alkhohol. Dengan cepat Dewi berjalan mendekati Marvin yang terbaring di sofa seorang diri. "Vin," Dewi menepuk kencang wajah pria itu. "Desta sama Nio kemana ya?" Tanya gadis itu seorang diri. Dari kejauhan Desta melambaikan tangan ke arah nya memberikan kode agar ia cepat membawa Marvin pulang. Dengan susah payah Dewi membangunkan tubuh Marvin yang berat lalu memapah pria itu berjalan menuju pintu pelan-pelan karena kondisi langkah Marvin yang sangat lambat sekali. "Duh Mon pacar lo ngerepotin orang aja," keluh Dewi saat Marvin mendusilkan kepalanya ke leher gadis itu yang tertutup. "Geli Vin," Dewi menatap tajam pria yang dengan nyaman bersandar di bahu nya itu. Dewi melambaikan tangan nya kepada taksi yang lewat. Dengan pelan ia memasukkan Marvin yang tidak bisa diam ke dalam taksi. "Hah," Dewi membuang napas nya berat saat taksi sudah berjalan. "Eungh," Marvin melenguh menyandarkan kepalanya ke bahu Dewi. Dewi menatap pria yang tertidur di sebelah nya dengan seksama. Pantas saja Mona tergila-gila dulu dengan Marvin. Dilihat dari dekat begitu Dewi serasa melihat idol-idol korea yang pahatan wajah nya sangat sempurna. Dengan pelan gadis itu menyentuh pipi Marvin yang merah karena mabuk. Pria itu memberikan reaksinya ketika Dewi menyentuh pipinya. "Lucu amat ni orang," Dewi tersenyum sendiri. "Motor gua," Dewi baru ingat motor nya ia tinggal di sana. Dewi langsung mencari-cari ponsel Marvin lalu mengirim pesan kepada Desta untuk mengurusi motor nya yang ia tinggal. "Makasih pak," Dewi menyerahkan dua lembar uang berwarna merah kepada bapak taksi yang membantunya membawa Marvin ke unit pria itu. Dewi menutup pintu apartemen lalu kembali menyeret Marvin menuju kamar pria itu. Dengan kasar ia mendorong badan Marvin yang langsung meluruh ke atas ranjang. "Kalau bukan pacar Mona ga mau gua kaya gini," ucap Dewi sambil menunjuk Marvin yang bergerak mencari posisi yang nyaman. "Dewi," panggil Marvin pelan sambil menangkap tangan Dewi. Dewi yang namanya dipanggil terkejut apalagi saat tangan nya di tarik. Apa ia salah dengar tadi karena Marvin mengucapkan nya dengan pelan. "Mungkin dia manggil Mona kali." Tiba-tiba mata Marvin terbuka. Dewi terperanjat melihat mata pria itu yang merah. Gadis itu mengelus pelan dadanya karena terkejut. "Sini," Marvin menarik tangan Dewi membawanya berbaring di sebelah nya. Dewi yang syok terdiam dengan otak yang blank. Pria di samping nya memeluk pinggang nya erat dengan kepala yang ia sembunyikan di leher nya. Dewi hanya bisa diam membeku. Ini benar-benar mengejutkan diri nya. Mata Dewi melotot saat melihat Marvin mengangkat kepalanya menatap dirinya intens dengan mata sayu nya. "I love you," setelah mengatakan itu Marvin mengecup pipi Dewi.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD