Sepulang dari restoran, Al membawa mobilnya berkeliling tak tentu arah. Kepalanya menghentak-hentak kesakitan. Semangatnya pudar, seolah seseorang merenggutnya lalu hanya menyisakan separuh jiwanya. Sial sekali nasibnya. Baru pertama kali jatuh cinta, dalam hitungan menit sakitnya patah hati tega menyiksa. Ia membelokkan kendaraannya ke gedung apartemen Ian. Setibanya di lantai paling atas, ia membuka dompetnya, mengambil key card unit pria itu dan menggeseknya. Di dalam sana, ia melihat beberapa kaleng minuman berserakan di lantai. Sementara yang empunya, terduduk menyandar di dinding dan mendengus masam melihatnya masuk. Kondisi Ian pun tidak terlihat lebih baik. Kusut masai. Al ikut duduk di samping Ian, menyandarkan punggungnya ke dinding dan berselonjor kaki. Kepalanya menengadah

