Gadis Manis

1227 Words
“Bukannya kamu memiliki suami?” tanya Deasy seraya melipat tangan di d**a. “Kenapa kamu menerima tawaran makan siang mr Spike?” Gantian Lucky yang bertanya. “Sedang bertengkar dengan suamimu?” sambung Deasy penasaran Aura yang baru saja tiba di kubikel langsung mendapat serangan pertanyaan seperti itu dan seketika menyandarkan tubuhnya di kursi dengan sorot mata sendu. Tidak perlu menjawab, kedua teman barunya tau akan apa yang sedang dialami Aura. “Aku hanya makan siang saja dengan mr Spike tidak lebih...dia juga bukan tipe ku,” balas Aura dengan wajah muram. “Aku pikir menerima tawarannya akan membuat aku puas, tapi ternyata aku malah merasa bersalah,” imbuh Aura lagi dengan suara bergetar melambangkan kesedihan yang bisa ditangkap baik oleh kedua temannya. Deasy dan Lucky menghembuskan nafas kasar mencoba mengerti dengan apa yang sedang dirasakan Aura. “Menikah muda memang tidak gampang! Kita harus beradaptasi di tengah gejolak emosi jiwa muda dan egoisme yang kita miliki.” Komentar Lucky sok bijaksana. “Bagaimana bila malam ini kita pergi ke Bar untuk menghilangkan kesedihanmu?” ajak Deasy yang di balas anggukan antusias oleh Lucky namun lain halnya Aura yang melarang minuman keras di dalam agamanya, gadis itu menggelengkan kepala lemah. “Karaoke, bagaimana?” tawar Aura lalu kedua temannya mengangguk setuju. *** Beberapa hari Aura menghindari Rendra, gadis itu pergi sebelum Rendra keluar kamar dan pulang sebelum Rendra sampai di rumah atau bahkan pulang larut malam ketika Rendra sudah tertidur. Aura masih mengenakan pakaian seksinya ke kantor, dia juga menghamburkan uang yang diberikan tante Mery dan orang tuanya untuk pergi berbelanja atau makan malam bersama kedua teman barunya. Di kantor, Aura sengaja selalu membuat kesal Rendra dengan mendekati pria lain yang sejujurnya Aura sendiri merasa muak. Namun Rendra terlihat biasa saja. Aura tidak tau, kalau Rendra baru saja bertengkar dengan George yang menceritakan bawa malam ini akan pergi bersama Aura ke nightclub. Rendra berang sampai menarik kerah kemeja George dan melarang sahabatnya itu mendekati Aura. Tentu saja George tidak terima dan menanyakan kenapa Rendra melarangnya namun pria asli Indonesia itu memilih bungkam dan tidak menceritakan yang sebenarnya. Walau Rendra sudah melarang keras George untuk mendekati Aura tapi pria itu tidak bisa berbuat apa-apa bila Aura menerima ajakan tersebut. FLASHBACK ON George melenggang memasuki ruang kerja sahabatnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Di dalam sana Rendra dan Patricia juga Robert teman Rendra lainnya yang memegang posisi tertinggi dalam bidang pemasaran sedang berdiskusi mengenai masalah yang tengah mereka hadapi. Dan selama menunggu, George berdiri di depan dinding kaca yang memamerkan pemandangan sungai Thames. Pria tampan dengan mata biru itu tampak ceria membuat yang lain penasaran dengan apa yang membuat lelaki itu berbahagia. “Sepertinya ada yang baru saja dapat lotre,” celetuk Robert setelah Rendra mengakhiri diskusi tersebut. “Lebih dari itu! Karena malam ini, aku akan berkencan dengan gadis magang dari Asia itu! Selama ini aku belum pernah mencicipi gadis Asia,” balasnya penuh semangat seraya menggesekkan kedua telapak tangan. Sontak saja Rendra berdiri dari kursi kebesarannya dengan rahang mengetat. Kedua tangannya sudah mengepal dan siap dia layangkan ke wajah George namun kemudia dia sadar kalau George adalah sahabatnya. Dengan segenap kesadaran yang berusaha diraihnya, Rendra hanya mencengkram kerah kemeja George. “Jangan dekati Aura!” Rendra menggeram di depan wajah George. “Atau apa Rendra? Apa yang akan kau lakukan bila aku mendekati Aura?” Tantang George yang tidak terima sang sahabat tiba-tiba mencampuri urusan pribadinya. Robert dan Patricia sudah dipastikan menyimpan beribu tanya di benak mereka. Selama ini belum pernah Rendra semarah itu ketika George mendekati seorang gadis. Patricia dan Robert yang enggan menengahi langsung berpikir bila ada sesuatu di antara Rendra dan Aura. FLASHBACK OFF “Dari mana?” suara Rendra terdengar menggema di ruang tamu ketika Aura baru saja membuka pintu rumah suaminya. Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam saat ini. “Main,” balas Aura tanpa menoleh ke arah suaminya yang telah menunggu berjam-jam di sana. Sambil melangkah gontay Aura mulai terbatuk karena belum bisa beradaptasi dengan udara dingin malam hari di London. Coatnya tertinggal di apartemen Deasy, Aura tidak menerima ajakan George malam ini karena memang dirinya hanya menjadikan pria itu alat untuk membuat kesal Rendra. Maka sepulang kerja tadi Aura memilih untuk ikut bersama Deasy ke apartemennya demi menghindari Rendra yang sudah pulang terlebih dahulu. Semenjak menaiki taxi, Aura terbatuk tidak bisa berhenti hingga kini sampai di rumah batuk itu tidak kunjung mereda. Aura menghentikan langkah ketika akan menaiki anak tangga menuju kamarnya, dia membungkuk karena batuk yang mendera membuatnya kesulitan bernafas. Rendra yang masih berdiri dengan wajah sangar dengan kedua tangan yang terlipat di d**a langsung bergerak mendekati Aura yang kepayahan dilanda batuk karena alergi. Tanpa banyak bicara, Rendra menggendong Aura ke kamar kemudian menurunkannya di atas ranjang. Membalut Aura dengan selimut tebal, tidak lupa memaksimalkan pemanas ruangan. Dia juga masuk ke dalam selimut lalu memeluk Aura. “Lepas!!” Aura mendorong tubuh Rendra sekuat tenaga. “Pergi!!” Aura berseru di sela batuknya dan buliran bening telah luruh tanpa meminta ijin. Aura kewalahan karena batuk dan luapan emosi yang membuat dadanya semakin sesak. Rendra sadar bila perubahan Aura selama ini adalah karena dirinya, ucapannya pada makan malam terakhir mereka memang sungguh kejam. Dia memegang tangan Aura agar berhenti menghalau kemudian memeluknya lagi erat-erat. “Ra....Abang minta maaf,” bisik Rendra. Aura sempat tertegun mendengar Rendra mengubah panggilan untuk dirinya sendiri. Apakah lelaki itu memang menyesal dengan apa yang telah diperbuatnya? “Abang jahat!” Aura masih sempat membalas disertai isak tangis dan batuk yang telah mereda karena Rendra memeluk Aura sampai kaki mereka saling membelit dengan maksud agar Aura berhenti meronta. “Iya Abang jahat, Abang minta maaf …,” balasnya mengakui. Cukup lama keheningan membentang di antara mereka sampai akhirnya Aura merasakan usapan tangan Rendra di kepalanya. “Berhenti memakai baju seperti itu, berhenti menggoda George dan berhenti menghindari Abang.” Rendra kembali bersuara. “Apa hak Abang ngelarang Aura?” balas Aura galak. “Abang, suami kamu! Kamu tanggung jawab Abang dan Abang berhak melarang kamu.” Rendra memberikan alasan yang masuk akal. “Tapi Abang ‘kan mau menceraikan Aura.” Kalimat Aura tersebut membuat Rendra tertohok. “Selama kamu masih jadi istri Abang, kamu harus nurut apa kata Abang,” tegasnya dengan penekanan di setiap kata. “Udah sakit parah kaya gini aja, kamu butuh Abang buat meluk kamu biar alerginya ilang,” omel Rendra dengan nada rendah. “Ya udah kalau Abang terpaksa, lepasin Aura!” “Ih...kamu kok jadi galak gini sih,” protes Rendra seraya menundukkan kepala menatap Aura yang kebetulan sedang mendongak menatapnya. Tangan Rendra kembali terangkat merapihkan rambut Aura yang menghalangi wajah kemudian menyelipkannya ke belakang telinga. “Jadi Aura yang dulu ya, gadis manis yang pernah Abang kenal,” pinta Rendra dengan sorot mata hangat membuat hati Aura ikut menghangat. Beberapa detik Aura menyelami hati sang suami melalui matanya, dia mencari sebongkah harapan yang mungkin saja dapat lelaki itu berikan. Aura mengangguk samar seraya memejamkan mata. Sejujurnya selama ini dirinya lelah pura-pura menjadi orang lain tapi emosi di usianya yang masih belia membuat Aura bertingkah kekanak-kanakan. Rendra kembali memeluk Aura walau alergi gadis itu telah hilang. Perlahan Aura merayapkan tangannya ke punggung Rendra kemudian melingkarkan tangannya di sana. Gadis penurut seperti Aura akan dengan mudah luluh kalau Rendra bersikap manis, padahal sikap manis nan lembut itu belum tentu bisa bertahan lama mengingat setelahnya Aura selalu saja terluka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD