2

1530 Words
Versi cetak sudah ready In Bed With The Enemy : 99.000 belum ongkir. Minat chat me : 0857 8819 0001 (Yuyun) Versi pdf harga 50.000 Baca juga cerita teman-teman Noah. Reiner x Lauryn = Sleeping With the Devil Rex x Lorra = In Bed With The Devil Adelard x Leandra = Sleeping With The Enemy **** Rasa sakit menghantam kepala Lynn ketika ia terjaga dari tidurnya, waniat itu langsung duduk.Kedua tangannya memegangi kepalanya, ia diam sejenak mencoba untuk menangani rasa sakit di sana. Sejenak kemudian Lynn berhasil mengatasi sedikit masalah sakit kepalanya. Rasa dingin kini mulai ia rasakan, ia tersentak dalam kesadarannya. Melihat ke arah tubuhnya yang tidak mengenakan apapun. Lynn menoleh ke sebelahnya, ia merasa seperti terkena serangan jantung ringan ketika ia mendapati seorang pria berbaring di sebelahnya, dan yang lebih gilanya lagi pria itu merupakan kakak kelasnya semasa sekolah menengah atas yang selalu menatapnya dengan dingin. Jenis tatapan permusuhan yang membuat ia selalu ingin menghindari pria itu. Noah Melviano, ia bahkan masih mengingat nama pria ini setelah beberapa tahun lulus. Tidak ada waktu bagi Lynn untuk meratapi apa yang terjadi semalam. Ia segera melihat ke arah pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian ia meraihnya. Memakainya secepat kilat kemudian meninggalkan kamar hotel secepatnya. Lynn memesan taksi. Di dalam sana Lynn baru memikirkan apa yang telah terjadi padanya. Bagaimana bisa ia berakhir seperti ini? Di mana Shirley yang mengajaknya pergi? Ia mencoba untuk mengingat-ingat, tapi tidak ada yang ia ingat selain ia berjoget di club malam. Setelah itu ingatannya kabur. Lynn memegangi kepalanya, merutuki kebodohannya sendiri yang menyebabkan ia berakhir seperti ini. Taksi yang Lynn tumpangi membawa ia kembali ke kediaman orangtuanya. Lynn tidak memiliki uang untuk membayar, ia meminta sopir taksi untuk menunggu. Lynn meminjam uang dari penjaga rumahnya lalu membayar taksi. Wanita yang penampilannya tidak terlihat baik itu kemudian melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan rasa sakit di bagian bawahnya yang baru ia rasakan. "Dari mana saja kau?!" Suara marah itu diterima oleh Lynn. Ia memiringkan wajahnya menatap wanita anggun yang usianya sudah tidak muda lagi. Ya, dia adalah ibu tiri Lynn. "Lihat bagaimana penampilanmu. Kau persis seperti jalang yang menjual diri di luaran sana. Jangan pernah mengingatkan aku tentang dari mana kau berasal, Lynn." Hari masih pagi, tapi Lynn sudah menerima kata-kata beracun dari ibu tirinya. "Maafkan aku, Mom. Aku merayakan ulang tahunku semalam." "Dengan mabuk-mabukan." Ibu tiri Lynn menatap mencela. "Berhenti mempermalukan keluarga Archerio! Orang-orang di luaran sana terus membicarakanmu. Kau sepertinya sangat menikmati menjadi pusat perhatian." Lynn tidak seperti itu, tapi tidak ada gunanya baginya untuk menjelaskan karena ibu tirinya pasti tidak akan pernah mendengarkannya. Apa yang tertanam di otak wanita itu hanya kebencian terhadapnya, jadi meski ia melakukan hal benar ia akan tetap terlihat salah. "Aku tahu aku salah, Mom." Lynn lebih baik mengalah. Ia tidak ingin membuat pertengkaran di kediaman itu. Ayahnya pasti akan marah jika ia membuat ibu tirinya kesal. Ibu tiri Lynn memiliki terlalu banyak kata-kata pedas untuk Lynn, tapi melihat Lynn ia benar-benar tidak tahan. Ia membalikan tubuhnya dan pergi. Di matanya, Lynn merupakan lambang pengkhianatan suaminya. Lynn menghela napas pelan. Ia segera melangkah menuju ke kamarnya. Ketika ia sudah berada di lantai dua, ia melihat Shirley yang melangkah ke arahnya dengan wajah tersenyum. Wanita itu sudah terlihat rapi dengan setelan kerja. Shirley mengenakan dress ketat berwarna putih dipadu dengan blazer berwarna senada, dengan sentuhan warna emas pada list blazer itu. "Kau memiliki malam yang hebat, Lynn?" Shirley bertanya dengan wajah aslinya. Kebencian terlihat di tatapan wanita yang berbeda satu tahun dari Lynn itu. "Kau sudah merencanakan semua ini?" Lynn menanyakan sesuatu yang bodoh. Sudah pasti Shirley telah merencanakannya terlebih dahulu. Ia saja yang terlalu naif berpikir bahwa Shirley mungkin ingin memperbaiki hubungan dengannya. Suara tawa Shirley meledak. "Aku hanya memberimu hadiah ulang tahun, Lynn. Apa maksud dari ucapanmu?" "Aku tidak pernah menyakitimu, Shirley. Kenapa kau harus melakukan hal seperti ini padaku?!" Tatapan Shirley menajam, tidak ada ekspresi lain di wajahnya selain kebencian. "Kau seharusnya tidak pernah hadir ke dunia ini, Lynn. Tidak pernah ada orang yang menginginkanmu. Bahkan ibu kandungmu sendiri membuangmu. Keberadaanmu merusak kebahagiaan keluargaku!" Hati Lynn tertusuk. Ia ditampar oleh kenyataan, bahwa ia dan Shirley tidak akan pernah mungkin menjadi saudara yang baik. Pada kenyataannya Shirley sangat membencinya. "Kau hanya anak seorang p*****r! Dan aku ingin semua orang melihatmu seperti ibumu. w************n yang bersenang-senang dengan banyak pria." Plak! Lynn menampar wajah Shirley keras. "Ini untuk apa yang telah kau lakukan padaku!" Suara Lynn sedingin es ribuan tahun. Ia kembali menjadi wanita yang tidak berperasaan. "Aku tahu kau sangat membenciku, tapi yang kau lakukan padaku lebih dari sekedar keterlaluan. Namun, aku tidak akan mengejarmu lebih jauh. Ini adalah kebodohanku karena percaya pada ucapanmu yang palsu." Lynn kemudian melewati Shirley setelah beberapa saat memperlihatkan riak kemarahan di matanya. Shirley tidak terima ia ditampar oleh Lynn. Dari arah belakang ia meraih rambut cokelat gelap Lynn yang tergerai. Ia mencengkramnya kuat hingga membuat Lynn berhenti melangkah. "Kau pikir kau siapa berani menamparku, hah!" geram Shirley. "Putri p*****r sepertimu berhak mendapatkan yang lebih buruk. Kau hanyalah kutukan untuk orang lain! Kehadiranmu hanyalah aib!" Lynn tidak bisa menjawab kata-kata Shirley. Saat ia diingatkan dari mana ia berasal, ia selalu merasa bahwa kehadirannya memang salah. "Aku sangat membencimu, Lynn! Kau menjijikan!" Setelah itu Shirley mendorong tubuh Lynn hingga Lynn terduduk di lantai kemudian pergi dengan angkuh setelah memandangi Lynn tajam. Kata-kata Shirley lebih tajam dari pedang, itu sangat menyakiti Lynn. Katakanlah ia sudah terbiasa dengan kata-kata seperti itu, tapi tetap saja itu membekas di otaknya. Menambah luka baru untuk lukanya yang tidak pernah sembuh. Lynn bangkit dari posisi terpuruknya. Ia mencoba untuk menguatkan dirinya. Apa yang telah terjadi hari ini membuat ia semakin menjaga jarak dari orang lain. Ia tidak ingin berharap terlalu tinggi yang pada akhirnya akan membuat ia tersakiti. Melangkah, Lynn pergi menuju ke kamarnya. Ia masuk ke dalam kamar mandinya. Menyalakan shower, membiarkan air hangat membasahi seluruh tubuhnya. Lynn duduk di lantai. Air matanya mengalir, kenapa ia harus menerima semua ini? Ia tidak pernah meminta hadir di dalam keluarga Archerio. Ia juga tidak pernah bermaksud untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain. Tuhan benar-benar tidak adil padanya, rasa sakit yang ia terima selama ia hidup sudah terlalu banyak. Tidakkah Tuhan mengasihaninya? Atau mungkin Tuhan memang menjadikan hidupnya sebagai lelucon. Jika saja Lynn tidak memiliki mental yang kuat maka saat ini ia pasti sudah tidak ada lagi di dunia ini. Lynn pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri ketika semua rasa sakit tidak bisa ia tanggung lagi. Akan tetapi, Lynn masih memiliki sedikit akal sehat. Hidupnya sudah menyedihkan, dan ia tidak akan mengkhiri hidupnya dengan cara yang juga menyedihkan. Sesakit apapun luka yang ia terima, ia harus bisa melewatinya sampai Tuhan berkata padanya sudah waktunya untuk ia pulang kembali pada Sang Pencipta. Puas menangis, Lynn mengumpulkan kembali kekuatannya. Ia membentengi dirinya lebih kuat lagi. Tidak akan pernah ia izinkan ada orang lain lagi yang menyakitinya. Apa yang telah Lynn alami membuat ia menjauhi dan dijauhi oleh orang-orang di dekatnya. Ketika Lauryn sekolah menengah pertama, teman-temannya memandangnya aneh. Itu semua karena rumor tentang dirinya yang menyebar kuat bahwa dirinya merupakan remaja yang memiliki kehidupan bebas. Lynn tidak tahu siapa yang menyebarkannya, tapi ia juga tidak melakukan pembelaan. Ia tahu itu akan membuang-buang tenaganya. Orang lain akan memilih untuk mempercayai apa yang ingin mereka percayai. Itulah sebabnya Lynn tidak memiliki teman dekat hingga saat ini. Ia bertahan pada kesendiriannya, ia tahu mungkin tidak semua orang berpikir buruk tentangnya, tapi tetap saja ia tidak ingin ada orang lain yang memasuki kehidupan pribadinya. Lynn tidak siap menghadapi konsekuensi ketika orang terdekatnya tahu bahwa ia merupakan anak haram. Ia tidak ingin mengalami hal seperti itu. Ketika ia kehilangan orang yang ia sayangi, maka rasa sakitnya pasti tidak akan tertahankan. Dari semua yang Lynn pikirkan, tidak sedikit pun ia memikirkan keperawanannya yang hilang. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima kenyataan, menangisinya hingga air matanya habis tidak akan mengembalikan hal yang telah hilang. Lagipula ia tidak berencana memiliki pasangan, itu bukan sesuatu yang besar. Tidak akan ada pria yang merasa ia tipu karena ia sudah tidak perawan lagi ketika mereka menikah. Lynn akan menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Lagipula ia yakin pria yang tidur dengannya juga akan melupakannya dan menganggap malam kemarin tidak ada. Keluar dari kamar mandi, Lynn kemudian mengenakan setelan balzer yang berwarna dusty dipadu dengan tank top berwarna hitam. Lynn cukup pandai dalam memilih pakaian yang cocok untuknya. Apapun yang ia kenakan akan terlihat bagus di tubuhnya. Setelah mengenakan pakaiannya, Lynn mengenakan set perhiasan yang tampak sederhana tapi berkelas. Ia juga mengenkan jam tangan. Setelah itu Lynn memakai sepatu hak tinggi berwarna putih. Rambut cokelatnya yang bergelombang ia biarkan tergerai dengan indah. Lynn memiliki kecantikan yang sama dengan Shirley, tapi jika Shirley tampak seperti peri, Lynn lebih tampak lebih wanita dari kegelapan. Ia dingin dan misterius, tapi itulah daya tarik Lynn selain dari kecantikannya yang tidak biasa. Para pria menjadi penasaran dan ingin mendekatinya, semakin Lynn mengabaikan mereka semakin ingin pria-pria itu mendapatkan Lynn. Namun, sayangnya Lynn tidak pernah membuka dirinya untuk pria mana pun. Pandangannya terhadap cinta benar-benar sudah hancur karena cinta yang tidak ia dapatkan dari keluarganya. Tidak ada cinta yang tulus di dunia ini, terlebih untuknya, seseorang yang kehadirannya tidak pernah diinginkan. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD