"Mana mungkin, Pa. Jangan becanda dan gak perlu nutupin semuanya dari saya. Katakan saja yang sejujurnya," ucapku masih tetap yakin dengan apa yang kupercaya. Mana ada orang yang kerjaannya rebahan bisa sukses dan punya usaha yang besar. Sementara aku kerja banting tulang dari pagi sampai sore hanya menjadi babunya saja. Enggak, pokoknya aku gak terima. Papa mertua malah tertawa kecil. "Saya sedang tidak becanda, Ferdi. Restoran tempat kamu kerja memang miliknya." Mendengar perkataan itu, napasku langsung terhenti. Mana mungkin dia pemiliknya, kenapa semua orang menjadikan aku sebagai permainan? Padahal selama ini aku sudah bekerja keras melebihi orang-orang. Tidak, pasti mereka memang sudah bekerja sama dari awal untuk menipuku. Ya, sepertinya aku harus istirahat beberapa hari untuk

