Bab 2. Day Two

2075 Words
Hari kedua masih sama. Zack bangun sama seperti kemarin, pukul tujuh pagi. Keadaan langit pun masih sama seperti kemarin, gelap seperti malam saja. Zack membuka gorden jendela setelah keluar dari kamar mandi, kepalanya menggeleng tidak menemukan sinar matahari lagi. Zack kembali menutup gorden, duduk di sisi tempat tidur, membuka televisi untuk mengetahui berita terkini seputar keadaan aneh saat ini. Hasilnya tetap sama, pemerintah masih belum bisa mendapatkan jawaban. NASA masih menyelidiki. Dugaan sementara, ada campur tangan dari makhluk dari planet lain. Zack berdecak, mematikan televisi dan berdiri. Melangkah keluar kamar menuju dapur. Membuat secangkir kopi dan seporsi sarapan lengkap lebih menarik daripada mendengarkan bualan pemerintah soal makhluk asing. Pembahasan itu yang paling dibencinya. Dia sangat tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk-makhluk yang katanya menghuni planet lain itu. Makhluk-makhluk itu tidak ada, semuanya hanya omong kosong. Kebohongan pemerintah untuk menakuti warganya. Zack sarapan sambil membaca koran, mencari informasi lowongan pekerjaan. Kebiasaan Rut nanya selama beberapa hari belakangan ini. Zack menutup dan melipat koran di tangannya setelah koran itu kumal karena di bolak-balik, meletakkannya kembali ke atas meja. Dia tidak menemukan pekerjaan yang menurutnya cocok untuknya. Zack melangkah keluar rumah melalui pintu belakang, sama seperti pagi kemarin. Bedanya, di tidak membawa cangkir kopi di tangan, dia meninggalkan benda itu di atas meja. Zack merasa dia tidak memerlukannya. Jonah dan beberapa tetangganya yang lain sudah berada di halaman mereka masing-masing. Zack tersenyum tipis, semua tetap sama. Dia seolah mengulang kejadian kemarin. Hanya saja sekarang dia tidak perlu berkenalan lagi dengan para tetangganya, dia sudah berkenalan dengan mereka kemarin. Si cerewet Hailey yang memaksanya. Hailey juga memaksa untuk makan malam bersama di rumahnya. Hayley tidak memiliki anak selama tiga puluh tahun pernikahannya dengan sang suami. "Halo, selamat pagi, Semuanya!" seru Zack menyapa para tetangganya yang berbicara berkelompok. Entah apa yang mereka bicarakan, suara mereka menyatu, berdengung seperti suara sekumpulan lebah. "Oh, hai, Zack, selamat pagi!" Hailey yang membalas sapaannya. Sementara Jonah hanya mengangguk, dan yang lain tidak merespons. Mereka asyik dengan obrolan mereka yang diyakini Zack membahas tentang matahari yang sangat malas menyinari mereka. Sepertinya matahari membalas dendam kepada penduduk bumi, sampai-sampai masih enggan membagi sinarnya kepada mereka selama dua hari. "Selamat pagi, Hailey!" Zack mengangguk. Melangkah ke arah Jonah yang berdiri sambil berpegangan pada pagar yang membatasi halaman belakang rumah mereka. "Selamat pagi, Jonah." "Selamat pagi, Nak," balas Jonah. Kepalanya kembali mengangguk. "Langit masih saja seperti kemarin. Padahal tadi malam saat aku akan tidur, aku sudah berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk memberikan sinar matahari kepada kita hari ini. Tapi sepertinya Dia tidak mendengar doaku, buktinya langit tetap saja gelap." Zack tertawa menanggapinya. Dia tidak menyangka kalau Jonah adalah seorang yang beriman. Sedikit berbeda dengannya yang bukan merupakan umat yang taat. Zack mengangguk. "Aku juga tadi malam meminta hal yang sama denganmu tapi ketika aku bangun pagi, langit tetap saja seperti ini." Zack mendongak menatap langit yang berwarna hitam. Langit hitam dan tampak mengancam. "Aku tidak menyukai gelap." "Aku juga tidak suka gelap, Nak," sahut Hailey. "Tapi mau bagaimana lagi, matahari masih malu untuk bersinar." Jonah mengangguk. "Kau benar, Hailey. Kurasa tidak ada seorang pun yang menyukai gelap, apalagi pada keadaan seperti ini." Jonah menggeleng. Zack tidak menanggapi, dia lebih suka mengamati keadaan langit yang terlihat lelah. Entahlah di kota lain, tapi di kota mereka, beberapa penduduknya masih suka berjalan kaki keluar rumah meski semua orang sudah tertidur dengan pulasnya. Mungkin saja matahari marah dan sedang memberikan mereka pelajaran dengan tidak membagi sinar kepada mereka. Matahari ingin mereka sadar, betapa berharganya malam hari yang bisa mereka gunakan untuk beristirahat. "Gelap ini adalah gelap yang menakutkan." Hailey bergidik ngeri seolah dia melihat sesuatu yang mengerikan. Zack tersenyum tipis melihatnya. Dia membenarkan perkataan Hailey, gelap ini menakutkan. Zack merasakannya. Ada sesuatu yang membuatnya merinding, sesutu yang menyuruhnya untuk waspada. Seolah ada bahaya yang sedang dan akan mengancam nyawa mereka. "Tidak ada apa-apa berita dari pemerintah, atau mungkin belum." Jonah mengembuskan napas. "Seharusnya mereka bergerak cepat, agar rakyatnya tidak ketakutan seperti sekarang." Zack menatap Jonah mendengar apa yang dikatakan pria itu. Ketakutan? Benarkah? Lalu, mengapa beberapa anak di rumah berjarak beberapa buah rumah dari mereka sepertinya tidak merasakan hal itu? Anak-anak itu terlihat gembira. Mereka bermain dan tertawa bersama. "Mereka masih menyelidiki, Jonah," sahut Zack. "Tadi aku melihatnya di televis. NASA belum selesai melakukan penyelidikan." "Benarkah?" tanya Jonah menatap Zack dengan kedua alis yang terangkat. Zack mengangguk. "Iya," jawabnya. Zack mengerang setelah menjawab. Tak percaya dia tadi berniat menonton televisi hanya untuk mengetahui tentang keadaan alam yang seperti malam hari. Sungguh bukan dirinya sekali. Meski dia tidak bekerja alias pengangguran, tidak sekalipun dia menontonnya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, sesuatu yang dulu sedikit jarang dilakukannya. Zack akan tidur pada pukul dua atau tiga pagi kemudian bangun lagi pada pukul setengah enam. Mandi dan langsung menuju dapur untuk sarapan. Bahkan terkadang dia melupakan sarapan paginya. "Aku tidak melihat televisi lagi. Sedikit membosankan untuk pria tua sepertiku." Jonah mengangkat bahu kemudian tertawa. "Aku lebih suka membaca koran." Zack manggut-manggut, dia paham dengan apa yang dikatakan Zack. Dia juga tidak suka hal itu, sangat membosankan untuknya. "Kau sama sepertiku," ucap Zack. "Aku juga lebih suka membaca koran atau buku daripada harus menonton televisi. Tayangan tidak ada yang membuatku tertarik." Kalau Zack setuju dengan Jonah, Hailey justru sebaliknya. Dia sangat suka menonton televisi. Menurutnya tayangan-tayangan yang disajikan sangat menghibur. Hailey menggeleng, membantah perkataan kedua pria berbeda usia di depannya. "Kalian belum menemukan tayangan yang menarik saja," ucap Hailey kesal. "Kalau sudah menemukannya, kalian tidak akan mengatakan bosan lagi." "Seperti?" tanya Jonah. "Apakah pembahasan tentang alien? Jujur saja, aku sangat tertarik dengan hal itu." "Kau akan tahu lebih banyak kalau menonton televisi," jawab Hailey bersemangat. Zack mengikuti pembicaraan kedua tetangganya dengan tatapan tidak tertarik. Membosankan, ucap Zack dalam hati. Zack memutar tubuh, dengan malas melangkah memasuki rumah. Lebih baik dia kembali tidur daripada harus mendengar pembicaraan Jonah dan Hailey tentang makhluk asing. Tidur lebih bermanfaat bagi Zack, dia bisa mengistirahatkan otot-ototnya. Dan yang paling penting, dia tidak akan mendengar pembicaraan tak berujung seperti galaksi ini yang tidak ada seorang pun yang tahu di mana ujungnya. Zack menggeleng pelan. Kenapa juga dia harus memikirkan galaksi dan alam semesta? Sangat bukan dirinya sekali yang tidak pernah tertarik pada hal-hal semacam itu. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan perkataan Hailey tentang alien dan kehidupan lain di luar angkasa sana. Zack mengembuskan napas kuat. Berbaring dan kembali menarik selimut sebatas pinggang. Lebih baik kembali tidur daripada harus memikirkan keanehan alam yang sampai sekarang belum ditemukan penyebabnya. Lagipula, dia bukan orang yang bekerja di pemerintahan. Tidak ada keharusan untuknya mencari tahu tentang gejala aneh bumi. Cukup menunggu saja dan berharap semoga semuanya akan kembali baik seperti semula. Zack memejamkan mata, kantuk mulai kembali menyerangnya. Setelah menguap sekali, Zack tidak bergerak lagi. Dia kembali pulas hanya dalam hitungan beberapa detik saja. Menjadi pengangguran ternyata sangat berefek pada kesehariannya. *** Zack terbangun dua jam kemudian dengan kondisi alam yang masih sama, gelap gulita. Seandainya lampu tidak dinyalakan, maka dia tidak bisa melihat apa pun di dalam kamarnya. Zack bangun dengan malas, pukul 10 pagi terasa seperti pukul 10 malam. Zack menutup mulutnya yang menguap sebelum turun dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi. Kali ini dia akan mandi, tidak sekedar cuci muka lagi. Mandi pagi pun terasa seperti mandi di malam hari. Air hangat yang keluar dari keran tidak sehangat biasanya. Mungkin karena tidak mendapatkan sinar matahari sehingga tingkat kehangatan airnya menurun. Entahlah, Zack tidak terlalu memikirkannya. Dia tidak terlalu tertarik pada ilmu pengetahuan. Yang diinginkannya hanyalah mandi, sarapan yang sudah terlambat dan mencari pekerjaan. Dia harus cepat mendapatkan pekerjaan, keuangannya sudah mulai menipis. Zack keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian. Masih mengenakan jubah mandi Zack menuju dapurnya untuk menyiapkan sarapan. Sungguh, rasanya sangat tidak menyenangkan sarapan seorang diri. Zack terbiasa sarapan di jalan atau bersama rekan-rekan kerjanya di kantor. Dengan sedikit tak bersemangat Zack menyiapkan sarapan untuknya sendiri. Hanya telur goreng, sosis goreng dan roti panggang. Dia kehabisan bacon, sementara untuk berbelanja rasanya sangat malas. Apalagi dengan matahari yang tidak mau terbit. Percayalah, selalu malam itu tidak menyenangkan. Rasanya kau ingin selalu tidur saja tetapi tidak mengantuk. Zack duduk di kursi pantry, terlalu malas untuk makan di meja makan. Alasannya selalu sama, dia hanya makan sendiri, meja makan terlalu besar untuk ditempatinya sendirian. Seperti biasanya, Zack sarapan sambil membuka koran paginya. Bukan membaca melainkan hanya membuka sekedar untuk mencari pekerjaan. Seperti biasanya juga, dia tidak menemukan pekerjaan yang cocok untuknya. Zack mengerang, melempar koran ke sembarang tempat. Sudah terlalu lama dia menjadi pengangguran, seluruh tubuhnya terasa sakit karena tidak digerakkan. Ditambah dengan keadaan bumi yang seperti sekarang ini, membuatnya jadi malas berolahraga dan tubuhnya terasa semakin sakit. Sangat menyebalkan. Untung saja ketampanannya tidak berkurang. Seandainya saja bisa mencari pekerjaan menggunakan wajahnya selain menjadi model seperti yang semua tetangganya sangkakan. Dia tidak suka bergaya di depan kamera, tidak memiliki bakat. Dia lebih suka mencari berita dan bertualang. Sangat sesuai dengan hobinya. Dia menyukai petualangan, lebih suka bekerja di ruangan terbuka daripada di dalam ruangan. Pekerjaan apalagi yang lebih cocok untuknya selain menjadi seorang jurnalis? Zack membuka gorden jendela kamarnya untuk melihat keadaan di luar sana. Hampir semua tetangganya tidak ada yang berada di luar rumah, mereka lebih memilih untuk berkumpul bersama keluarga menunggu pengumuman dari perintah. Hanya ada beberapa orang saja yang keluar rumah, termasuk anak-anak. Mereka tidak memedulikan kondisi saat ini. Yang penting bermain di luar dan bertemu dengan teman-teman mereka. Jonah termasuk dari benerapa orang yang berada di luar rumah. Pria itu sedang melakukan senam di halaman depan rumahnya tanpa.peduli bumi yang masih dalam keadaan gelap. Zack bersyukur karena bagian depan rumahnya tidak berseberangan dengan Hailey. Cukup di halaman belakang saja perempuan itu mengacaukan otaknya, menjejalinya dengan pengetahuan tentang alam semesta yang penuh misteri. Dia beruntung halaman depannya berbatasan dengan jalan raya, kalau tidak Hailey pasti akan menyeberang dan mencekokinya dengan alien berbagai bentuk lagi. Zack bergidik ngeri hanya dengan memikirkannya saja. Dia tidak percaya dengan makhluk berwarna hijau dengan bentuk aneh seperti itu. Makhluk menjijikkan yang tidak ada bagus-bagusnya. Entah apa yang dilihat orang-orang dari makhluk itu sehingga dia memiliki kepopuleran dan penggemar tersendiri. Anehnya penggemar makhluk bermata besar itu lumayan banyak. Astaga! Apa yang dipikirkan otaknya? Sepertinya omongan Hailey benar-benar sudah mengacaukan jalan pikirannya. Zack menggeleng kuat sekilas, menjauhkan pikiran-pikiran tak berguna di kepalanya. Langit tetap saja gelap, matahari masih belum mau menunjukkan diri. Sudah dua hari seperti ini, benda raksasa yang menutupi matahari seolah enggan untuk menjauh. Zack berharap keadaan seperti ini tidak berlangsung lama. Dia berharap semoga paling lambat besok semuanya akan baik-baik saja dan keadaan kembali normal seperti sediakala, atau bumi akan mengalami kebekuan. Mereka akan kembali ke zaman es kalau terus seperti ini. Kepala Zack kembali bergerak ke kanan dan ke kiri dengan cepat dan kuat beberapa kali. Dia tidak ingin kembali ke zaman purbakala, dia ingin sinar matahari kembali. Namun, apa yang dapat dilakukannya? Dia hanya seorang mantan jurnalis yang dipecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon. Zack melangkah keluar, berdiri di balkon kamarnya. Seandainya dia masih bekerja pun sepertinya pasti akan tersendat. Keadaan bumi yang tanpa sinar matahari membuatnya tidak akan bisa mencari berita dengan leluasa. Kebiasaannya selalu bekerja pada siang hari. Paling lambat pukul sepuluh malam dia sudah berada di atas tempat tidurnya yang sangat nyaman. Itu dulu, saat dia masih bekerja. Sekarang dia selalu berada di atas tempat tidurnya, lebih lama daripada berada di tempat yang lain. Zack menengadah, tatapannya menyapu langit yang tidak dipenuhi bintang. Sepasang alis tebal Zack mengerut. Ini keanehan alam lain menurutnya. Meski sekarang siang, tapi kalau matahari tidak bersinar bukankah akan ada bintang seperti pada malam hari? Bahkan dia tidak melihat adanya bulan. Zack kembali menggeleng sekali. "Jangan terlalu dipikirkan Zack, tidak ada gunanya buatmu. Lebih baik kau memikirkan pekerjaan sampai sekarang belum juga kau dapatkan!" Zack mengembuskan napas melalui mulut, sedikit keras, setelah selesai bermonolog hanya untuk mengingatkan dirinya sendiri. Iya, benar. Seharusnya dia berada di dalam rumah, membentangkan koran atau berselancar di internet untuk mencari pekerjaan yang terdapat pada media online. Bukan berada di balkon kamar, mengamati langit dan mencari tahu penyebab tidak adanya benda-benda yang biasanya menghiasi langit. Zack mengusap wajah kasar. Keadaan langit yang seperti ini sangat menakutkan. Bagaimana kalau para makhluk penghisap darah itu benar-benar ada? Saat seperti ini merupakan sesuatu yang sangat pas untuk mereka berpesta. Daripada alien dan sejenisnya, Zack lebih percaya pada para makhluk immortal itu, kalau mereka ada. Sekali lagi Zack menggeleng kuat. Otaknya sudah melantur ke mana-mana. Dia harus segera kembali ke dalam rumah, berada di luar membuat otaknya berkelana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD