Pov : Dimas Ponsel di atas meja kerja berdering begitu nyaring sejak beberapa menit lalu. Rasanya malas untuk sekadar melihat layarnya. Sudah pasti Rahayu, siapa lagi yang sibuk menerorku sepagi ini kalau bukan dia. Makin lama dibiarkan bukannya berhenti, justru semakin membuat polusi telinga. Terpaksa, mau tak mau aku harus mengangkatnya juga. Kalau tidak, dia tak akan pernah berhenti meneror. Kadang aku nggak habis pikir, berapa pun uang yang kukirim tiap bulan untuk Ayu pasti habis tak bersisa. Kupikir buat tabungan namun ternyata buat membeli barang-barang branded yang sekadar dijadikan pajangan semata. Diupload di sosial medianya agar dipandang wah oleh orang lain. Transfer banyak atau pun sedikit, tak ada beda. Dia juga bakal minta jatah lagi dan lagi. Bahkan 15 juta yang kuber

