DEG-DEGAN

1313 Words
Aku harus bagaimana dan tak bisa menjawabnya. Menjalin suatu hubungan yang tidak pasti tentunya cukup menyesakkan, bisa membuat menjadi galau. "Aku galau karena hubunganku dengannya Seriana yang tidak jelas kemana arahnya." Aku berdiri lama juga dalam mengamati mereka disananya, ternyata warung ini cukup populer, karena lokasi dan tempatnya yang juga strategis. Warungnya bernama 'KOPİ SANTAİ'. "KOPİ SANTAİ, ngopi-ngopi sambil bersantai." Kakiku terasakan sedikit pegal dan kepalaku pusing, mungkin karena aku berdirinya cukup lama. Aku sampai- sampai tidak memperhatikan hal yang ada di sekitarnya, karena fokusku hanya ke Kafe Gulaya saja. PEMİLİK WARUNG Masnya ini kenapa sih?. Berdiri-diri gitu, ga capek apa ya, piye toh. Saya baru kali ini melihatnya di sini, loh pelangganku banyak e, tapi kayaknya seperti mahasiswa Masnya ini, Yo wes lah, Katanya Pemilik warung berkata dalam benaknya. KORDİ Mereka mengobrol dan berdiri di halaman luar kafenya. Kemudian ada tiga lelaki yang berpakaian dinas rapi, memakai topi seperti seorang pilot dan mengobrol disananya. Aku diam dan memperhatikan seperti apa sesungguhnya, dan bagaimana juga mengenalinya. Tentunya aku tidak mengenal para lelaki itu. "Hey, Mas nya mau ngopi juga ndak,? saya buatkan ya,? daripada berdiri-diri seperti itu, nanti capek loh,!" Seruanya pemilik warung padaku yang tampaknya baik. "Walah ga Bu, tidak apa-apa, saya berdiri saja disini sebentar, nanti saja saya ngopinya, soalnya lagi ada kegiatan," Kataku yang sedang deg-degan. "DEG-DEG-DEG, berdebar-debar jantung ini, cemas, panik dan ragu seperti bercampur aduk." Penjual warungnya malah menawarkan kopi kepadaku. Setelahnya ada beberapa orang yang datang dengan menggunakan motor balap underbone, dan kemudian parkir. Kenalpot mereka suaranya besar dan menggelegar, sehingga deg-deganku tadinya semakin terasa buyar. "Wah makin kacau nih, pikirku." Mereka yang baru saja datang itu memarkirkan motor dan tampak seperti pembalap. Tampangnya mereka pun masih sangat muda, seperti para mahasiswa pada biasanya. Motor balap Underbone sangat populer di Negara Republik Damba, karena sangat jarang sekali terlihat dijalanan kecuali di sirkuit, atau ditempat latihan saja. Sirkuit balapnya kebetulan sekali dekat dengan Mes tempat tinggalnya Seriana, jadinya aku sering lewat sana dan menonton latihan balap, dan terkadang aku berjumpa dengannya. SERİANA Aku senang loh kalau ketemu sama Kak Kordi, karena dia lucu dan imut. Aku suka banget kalau dia singgah ke Mesku sehabis pulang kuliah. Apalagi jika aku di perhatikan lebih olehnya. Tapi aku sedikit aneh, kok dia suka balapan ya,? padahal dia ga bisa balapan loh,? Katanya Seriana dalam benaknya. KORDİ Aku sudah menyukai balapan sejak dahulu dan sering menontonnya, hingga sampai saat ini hal itu seperti menjadi memori yang indah. Motor balap Underbone itu mempunyai suara kenalpot yang besar, tentu hal itu akan membuat Seriana dan kawan-kawannya mendengar serta menatap ke arah warung. "BRUM...BRUM...BRUM..." bunyi suara kenalpot motor Underbone. "Hmm... Permisi ya Mas, mau gas dikit,!" Kata seorang pemotornya padaku ketikaku sedang berdiri. "Oke silakan saja, mau balapan ya Mas,?" Tanyaku padanya. "Ga, cuma TES mesin saja kok," Katanya seorang dari pemotor dan pembalap itu padaku. PEMOTOR UNDERBONE Hore, ah gas dikit lah, biar ramai gitu hehe. Kita jarang keluar nih. Apalagi siang menjelang sore begini, mantap kalau di gas dikit-dikit, sekalian TES mesin gitu, katanya seorang pemotor underbone dalam benaknya. KORDİ Aku merespon mereka dengan cukup cepat, sehingga Seriana dan kawan-kawannya tidak melihatku. Aku tidak ingin diketahui jikaku telah mengamati mereka tadinya. Seriana dan yang lainnya masih berdiri di luaran halaman Kafe Gulaya, bahkan sekarang waktunya sudah memasuki jam 13.00 Wrd, mungkin sebentar lagi mereka akan pergi. Tanpa terasa hal itu terjadi begitu saja, bahkan sudah satu jam lebih sepertinya aku duduk dan berdiri dalam mengamatinya. Kemudian para pemotor Underbone tadinya duduk dan lalu memesan kopi. Aku penasaran, mengapa pemuda-pemuda itu menggunakan motor Underbone di jalanan. Mereka terdiri dari tiga orang dengan gaya dan pembawaan yang seperti pembalap. "Permisi ya mas, darimana ya,? dan apa Mas nya ini pembalap,?" Tanyaku kepada mereka yang penasaran. "Oh... silakan. Tidak mas, hanya Piko dan Nino saja yang pembalap, sedangkan saya hanya menemani saja, saya Sonix Mas," Katanya Sonik seorang dari pemotor underbonenya dan lalu memperkenalkan diri. "Oh begitu ya. Baik salam kenal ya Mas Sonix, dan semuanya,!" Kataku memperkenalkan diri juga dan tersenyum ramah pada mereka. "Ya salam kenal juga, dan ini teman saya Nino dan juga Piko, mereka ini pembalap Underbone Mas, sering dapat juara juga gitu," Katanya Sonix memperkenalkan, lalu kami pun berkenalan lebih jauh. Kami berjabat tangan dan mengobrol. Aku kagumi saja mereka bertiga walaupunku belum mengenalnya. Seperti mimpi kurasakan, yakni bertemunya dengan para pembalap di siang hari. Aku berkuliah jurusan teknik mesin, tentu aku sedikit paham tentang motor. Aku juga punya selera untuk balapan ataupun semacamnya. "Hobi-hobi saja tentang balapan. Pria punya selera gitu." Karena asyiknya mengobrol dan sampai-sampai aku terlupa dengannya Seriana dan yang lainnya tadi. Kemudian teleponku berdering dan ternyata Riong yang mengirimkan chat kepadaku. "APLİKASİ TERKİNİ 'CHATYUK', cepat banget sampai pesannya, hanya beberapa detik dan bahkan menit, dan ini ciptaannya dari Pak Zonix Hagiray, Arsitek ternama di Universitas KİMER, kabar-kabarnya sih begitu." "Halo, sedang dimana lu Kor, jadinya ga nontonnya nih?. Aku sudah kepanasan disini, kok kamu lama banget sih,!?" Tanyanya Riong padaku. "Ah kau, santai dululah disana Ong. Aku lagi ada kegiatan sebentar nih, sibuk, kalau aku ga jadi datang kesananya, kau nonton sendiri aja dulu ya, ajak yang lainnya,!" Kataku padanya, dan aku biasa memanggilnya dengan sebutan Ong. "Wah kau, lama kali kau,! lah kok gitu sih,? tadi kan kamu yang ngajakin nonton balapnya, gimana tuh,?" Katanya Ong yang tampak kesal, jikaku melihat tulisan chatingnya. RİONG Wah kesal juga aku sama Kordi nih, tadinya ia yang ngajakin nonton balapnya, kok malah dia yang ga datang. Gimana sih nih Kordi,? tapi aku nyaman berteman sama dia tuh, apalagi baik dan asik banget orangnya, yang kusuka tuh dia suka traktir gitu, okelah, Katanya Riong dalam benaknya. KORDİ Riong tidak mengetahui bahwa sekarangku sedang deg-degan, lalu aku bertemu juga dengannya Seriana dan para pembalap underbone disini, terasakan komplit dan rumit apa yang kurasakan. Pada saat ini aku merasa seperti terjepit dan terhimpit. Aku susah untuk bergerak, mungkin karena aku telah mempunyai rasa kepadanya Seriana. Sekarang aku merasa seperti adanya sedikit perbedaan, terutamanya sewaktu pertama kali aku berjumpa dengannya. Pada awalnya aku senang dan bahkan seperti telah mengenalnya lama. Namun pada saat ini ia terasa seperti berubah perlahan-lahan, lalu ada pesan lagi dari Riong tadinya. "Wah, lama kali kau Kor, sudah satu jam lebih nih aku nunggu kamu disini, kamu jadi nontonnya ga sih,?" Tanyanya Riong lagi padaku. "Ah santai lah Ong, nonton-nontonlah dulu yah. Aku ada kerjaan sebentar, kalau aku ga jadi datang, kau pulang aja, ga apa-apa kok,!" Kataku yang sedang bingung dan deg-degan. "Waduh, kalau ga jadi aku pulang saja nih, payah kalau seperti ini, gimana sih lu,!" Katanya Riong yang mungkin saja kesal karena menungguku. Kupikir Riong bisa membuat suasananya menjadi tenang, namun ia malah membikin kepusingan. Aku pikir terserahlah karena yang terpenting bagiku pada saat ini adalah hubunganku. "Mau seperti apa hubungan ini nantinya,? tentunya aku tak tahu." Aku lihat lagi Seriana dan yang lainnya, mobilnya masih disitu dan mereka masih mengobrol di halaman luar Kafe Gulaya. Aku melihat lagi, kemudian para pembalap underbonenya menanyakan padaku dan cukup heran, mungkin karena aku bertingkah aneh. "Deg-degan dan sedikit aneh karena mengamati." Jika aku berdiri tegak dan jelas, maka tentu saja aku akan terlihat olehnya Seriana dan yang lainnya, maka dari itu aku mengendap-endap seperti tadinya. Piko, "Ngeliatin apaan sih Mas e,? kok mengendap Begitu, aneh loh, ada apa ya,?" Dan Nino "Iya, ngeliatin apaan sih Mas e, aneh banget sih,?." Tanyanya mereka padaku. "Ga ada Mas e, lagi ngeliatin temanku saja disananya, soalnya aku mau lihat-lihat dulu, gitu," Aku menjelaskan pada mereka dan cukup deg-degan. Mereka tidak mengetahui bahwa aku sedang mengamati Seriana. Pada siang hari ini terasa cukup menyengat, sampai-sampai keringatku pun mulai bercucuran, mungkin karenaku merasa curiga tadinya. "Santai lah Mas, gabung lah sama kita-kita disini, ngopi-ngopi dulu yuk, sini,!" Ajakannya para pembalap Underbone dengan ramah dan seperti bersahabat. Aku mendengarkan ajakan mereka, tapi fokusku lebih kepadanya Seriana, dan aku juga khawatir nanti setelahnya seperti apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD