GELİSAH

1277 Words
Perasaanku kepadanya Seriana sekarang sedikit berbeda dari sebelumnya, mungkin karena aku telah merasa curiga tadinya. "Berbeda tapi tidak berubah." Aku juga dekat dengannya Dovi, Rania, Shesi, dan lalu kawan-kawannya yang aku kenal. Setidaknya dapat menghiburku di saatku sepi. Aku sungguh bingung pada saat ini, di satu sisi aku harus melihat dan mengamatinya, namun di sisi lain, aku juga tak ingin menolak tawaran dari para pembalap underbone tadinya untuk bergabung, dan mengopi bersama mereka. "Maju rasanya cukup berat dan mundur pun segan, gimana ya?." Aku mengopi sebentar bersama para pembalap Underbonenya. Kami mengobrol sejenak, kiranya sudah satu jam lebih aku duduk di warung ini sambil mengamati. Aku tidak enak dengan ajakan para pembalapnya, dan lalu aku berkata kepada mereka. "Hey Mas e, ayok ngopi-ngopi dulu sini, Santai dulu lah, kok berdiri-diri gitu,!" seruannya para pembalapnya. "Oke Mas, nanti aku bergabung ya, ini aku lagi lihat-lihat temanku dulu, sebentar ya Mas,!" Aku menjelaskan pada mereka dengan pelan. "Okelah, baik, ditunggu ya," Katanya mereka dan kemudian berbisik-bisik. Aku duduk diam dan mengamatinya, jika aku lengah, maka Seriana dan yang lainnya pun bisa pergi. Aku cukup khawatir jika ia benar-benar pergi, walauku dekat dengan kawan-kawannya, tapi itu rasanya tak dapat menutupi. "Menutupi apa ya,? entahlah aku pun juga bingung." Seperti itulah apa yang kurasakan pada saat ini, apalagi pemilik warung tadinya sungguh keheranan dalam menatapku, yakni tampak seperti sedang merindukan seseorang. PEMİLİK WARUNG Masnya ini kenapa ya,? kok gelisah betul, ada apa ya?. Saya tawarkan kopi kok malah tidak mau, malah dia mondar-mandir kesana kemari, gimana sih Masnya ini!. Seperti orang yang sedang kebingungan dan juga rindu, aku lihat dari tatapan matanya loh, Katanya Pemilik warung berkata dalam benaknya. KORDİ Warung ini tadinya kupikir cukup sepi, namun ternyata malah ramai dan berdesakan, tentu bukannya keleluasaan yang kudapatkan, tapi justru bertambah sesak yang kurasakan. "Loh, Masnya tinggal dimana nih,? sepertinya saya pernah lihat gitu, apa orang sini ya,?" tanyanya Sonix padaku sambil mengopi. "Wah, kalau saya tinggal di dekat sinilah Mas, tepatnya di jalan YUHUY, lokasinya tak jauh dari sini kok," Aku menjelaskan pada mereka dan sambil mengamati. "Ya sama dong kita kalau begitu, kami-kami juga tinggal di dekat sini loh, dekat juga dengan jalan Yuhuynya," Katanya mereka dengan ramah. Kami mengobrol dan rupanya mereka tinggal dekat dengan rumahku juga. Rumahnya mereka kira-kira hanya beberapa kilo saja dari jalan YUHUY. "Oke-oke Mas e, oh tinggal disana ya, wah Saya sering juga lewat-lewat sana loh," Kataku pada mereka para pembalapnya. "Baik, iya Mas e, pantas saya sepertinya pernah lihat gitu," Katanya Sonix yang ramah dan menyambung padaku. Mereka pernah melihatku tapi mungkin aku yang tidak melihatnya, lalu karena adanya acara balapan tadi, jadinya mereka pada keluar dengan motor underbonenya. "Para pembalap underbone itu keluar, dan menongkrong kalau ada acara balapan saja rupanya." Aku sedikit terkejut dengan cara mereka yang sungguh bersahabat, yakni mau bertegur sapa dan berbincang, walaupunku baru saja mengenalnya. Aku pandangi motor-motor Underbonenya mereka yang begitu sangar, tampaknya mereka seperti orang-orang yang berkelas, karena untuk membuat motor underbone itu tidaklah murah, dan membutuhkan banyak biaya. Aku memang menyukai motor underbone, tapi hanya sebatas hobi-hobi saja, Karena telah penasaran dan aku bertanya. "Nanya Mas e, Itu motor underbone balap ya Mas, kok beda banget ya,?" tanyaku pada mereka dengan begitu bersemangat. "Oh... Iya nih Mas, kenapa memangnya ya,? suka ya Mas,?" Tanyanya Sonix yang mungkin heran, karena dari tadi aku terus memandangi motornya mereka. "Wah.... ga ada Mas, nanya aja, ya begitulah. Aku memang suka sih sama motor Underbonenya, keren gitu deh," Aku berkata dan terkesima dengan motornya mereka. "Hmm.... Apa Masnya pembalap juga ya,?" tanyanya Sonix dengan lebih tegas padaku. "Ga Mas. Saya pengagum sekaligus penggemar saja nih, ya intinya suka gitulah," Kataku padanya. Mas Sonix malah tersenyum melihatku yang terkesima dengan motor underbonenya, bahkan mereka pun sampai tertawa. Aku pikir cukup keren jika dapat mengendarai motor balap di siang hari. Apalagi jika bisa mengendarainya di jalanan kota-kota. "Asyik dan mantap loh, mengendarai motor balap Underbone di jalanan, keren lah pokoknya." Karena telah asyik mengobrol, dan aku sampai-sampai terlupa padanya Seriana. Jangan-jangan mereka malah pergi lagi. Setelahnya aku langsung melihat lagi ke arah Kafe Satia Gulaya tadinya. "Karena asyiknya mengobrol aku malah jadi lupa nih, haduh, gimana ya." Aku lihat mobilnya Seriana masih ada, namun yang lainnya sudah tidak terlihat lagi. Motornya Doviana pun juga tidak tampak lagi disana. "Wah kemana mereka-mereka ya,? Gimana nih?." Karena mengobrol jadinya aku lengah dalam memperhatikannya Seriana. Sebenarnya aku ingin fokus tentang hubunganku dan juga kuliahku. Terlebih lagi aku cukup senang karena kehadirannya. SERİANA Rania,!? kemana kita nih?. Gimana sama Kak Kordi tadi ya,? apa yang harus kita lakukan, aku juga bingung nih Ran?. Tanyanya Seriana pada Rania. RANİA Hmm. Ya gimana ya Ser, aku juga bingung loh, apa kita tinggalkan dulu si Kordinya. Besok aku sama kamu ada penerbangan loh ke Negara Republik Kimer, katanya Rania. KORDİ Aku tidak bisa menebak seperti apa selanjutnya. Sekarang saja aku telah merasa khawatir dan juga bingung, lalu bimbang serta penasaran, terutamanya tentang hubunganku kepadanya. "Sebentar ya Mas, saya ada teman-teman di Kafe Gulaya sana, dan mau lihat-lihat mereka dulu ya," Aku menjelaskan kepada para pembalapnya. "Oke-oke Mas, santai saja, boleh silakan," Katanya mereka yang cukup bersahabat. Aku perhatikan lagi Seriananya, namun mereka semuanya sudah tidak tampak lagi, tentu aku berpikir kemana mereka-mereka perginya. Mungkin karena aku belum begitu dekat dengannya, jadinya aku merasa seperti masih adanya jarak, namun kami sudah dalam tahap pendekatan yang lebih dekat. "Cikal bakal jadi pacar aku nih, semoga saja." Aku pandangi lagi untuk kesekian kalinya, dan kali ini di luaran Kafe Gulaya hanya terlihat mobilnya Seriana saja. Aku melihat Rania dan juga Dovi keluar dari ruangan, namun para lelaki tadinya sudah tidak tampak lagi. Seriana keluar dari ruangan Kafe dan memasuki mobilnya bersama dengan Rania, dan yang lainnya. Aku cukup lama berdiri-dirinya, sehingga pemilik warungnya sampai menegurku, mungkin karena aku mondar-mandir kesana-kemari. Dia keheranan melihatku dan tatapannya melotot. "Heran, seperti terkejut, tampak kaget, matanya melotot tiba-tiba, tangannya di pinggang seperti melihat situasi dan kondisi, dan cukup lama memperhatikanku," Tatapannya pemilik warung. "Ada apa sih Dek,? kok mondar-mandir gitu, gelisah banget, kenapa dan ada apa ya,?" tanyanya Pemilik warung lagi padaku dan mungkin saja ia cemas. "Ga ada Bu, aman kok,!. Saya lagi ada problem dikit, biasalah, rindu-rindu gimana gitu Bu," Aku menjelaskan padanya dan sedikit bercanda. "Iya kenapa sih Mas e, kok gelisah betul ya,? aneh,?" tanya para pembalapnya, karena dari tadi mereka keheranan menatapku. "Ga ada kok Mas," Kataku yang tanpa banyak kata-kata pada mereka. Aku melihat dari kejauhan, Seriana dan Rania sedang memasuki mobilnya dan mulai mau berjalan. Mobil itu di mundurkan dengan perlahan olehnya Seriana, dan lalu mereka menuju ke arah jalanan besar. Aku cukup panik, dan langsung meminta nomor telepon para pembalapnya serta mencatatnya, supaya nantinya dapat berjumpa lagi. "Panik tiba-tiba nih." Mereka mengerti, lalu aku mencatat dan menyimpannya. Aku mulai beranjak ke arah parkiran motorku dengan pelan dan perlahan-lahan, kemudian aku berkata. "Mas e..., nanti kita kontak-kontakan saja ya,! saya lagi ada kegiatan penting nih,! sampai jumpa lagi ya,!" Kataku pada mereka para pembalapnya. "Oke-oke Mas, boleh silakan," Katanya mereka dan mengangkat jempolnya seperti menghormati. Aku pun jugalah begitu. Aku mengatakan terima kasih kepada pemilik warungnya, karena telah bersedia mengizinkanku untuk duduk sejenak disana, walau terkadang aku tampak gelisah dan gusar. "Mondar mandir kesana kemari, ya begitulah." "Bu makasih ya, sudah memperbolehkan saya duduk disini," Kataku yang sopan pada pemilik warungnya. "Oke Mas e, sama-sama," Katanya ia yang cukup sibuk, karena warungnya begitu ramai pada siang ini. Aku pandangi mobilnya Seriana yang mulai berjalan dengan pelan dan perlahan. Aku pun langsung menghidupkan motorku dan beranjak ke jalanan juga. Sepertinya aku mau mengikutinya dulu, kemana.mereka akan pergi selanjutnya. Aku berharap tentunya, semoga saja ada sesuatu yang menyenangkan nantinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD