BABY

1908 Words
            Keesokan pagi nya aku bangun dengan keadaan yang begitu segar, mood ku sedang bagus – bagus nya. Entah karena mungkin pekerjaan ku sudah selesai, atau weekend akan datang. Tapi di balik itu semua, aku masih saja kepikiran dengan Arta. Iya pasti kalian akan mengataiku wanita yang bodoh karena menunggu suami orang bukan? Tapi… heyyy it’s love, semuanya bakal halal – halal aja ketika cinta sudah bicara. Another Side… THALIA POV             Aku sudah terbangun sejak tadi, namun Arta lebih menarik perhatian. Tidak, kami tidak tidur bersama, aku yang pindah ke kamarnya ketika ia sudah tertidur. Tentu saja ia tidak tahu kalau semalaman aku tidur di samping nya. Berharap aku akan di peluk, tapi ia diam saja, gerakannya hanya sebatas miring kiri – miring kanan, atau paling tidak ya dia mendengkur. Padahal, aku sudah berharap lebih bahwa Arta akan memeluk ku.                 Tak lama ku pandangi, ia secara tiba – tiba membuka matanya, aku terlonjak kaget, ini semua diluar ekspektasi ku, aku benar – benar dibuat kaget karenanya.  Arta langsung bangun , menatapku dengan tatapan tak suka.                 “Ngapain kamu disini?!” Tanya nya dengan suara yang masih serak, khas bangun tidur.                 “A..aku mau bangunin kamu” Jawabku dengan penuh alibi, tentu saja aku berbohong. Jika aku jujur, Arta sudah pasti akan memarahiku.                 “Gak! Kalau Cuma bangunin doang, kenapa harus naik – naik ke ranjang segala?!” Tanya nya, dan kini sudah mulai membentak, aku sendiri terlonjak kaget. Iya aku tau bahwa Arta tidak suka kepadaku, tapi sejauh ini, ia tidak pernah membentak ku. Maka dari itu aku sangat kaget dibuatnya.                 “Kamu bentak aku Cuma gara – gara itu?” Tanya ku dengan nada lirih, mataku bahkan sudah berkaca – kaca di buatnya.                 “Keluar!” Ucapnya dengan bentakan yang jauh lebih keras lagi                 “Keluar sekarang!” Ucapnya sembari menyeretku keluar dari ruangan itu. aku terisak karena dibuatnya, aku tidak pernah menyangka bahwa ia aan sekasar itu kepadaku.                 Aku menunggunya di ruang tamu, hari ini adalah hari jumat, yang berarti besok ia sudah libur dan di hari senin nanti aku sudah masuk bekerja lagi. Aku menunggu Arta sekitar setengah jam lamanya, namun ia tak kunjung muncul. Aku ingin sekali mendatanginya , meminta maaf agar kami berbaikan namun aku terlalu takut untuk itu.                 Saat ia melewati ku, ia hanya menatap ku sekilas dengan tatapan yang sangat risih, sementara aku menatap nya dengan tatapan penuh harap. Cih , pernikahan macam apa ini. Aku lebih sedih lagi mengingat kemarin aku mengantarkannya makan siang dan ia menyambutku dengan senang hati, aku bahkan sempat menemani nya makan bersama. Aku kira sejak kemarin, ia sudah berubah menjadi Arta yang manis, namun ternyata dugaanku salah. Ia masih Arta yang sama, Arta yang belum bisa menerimaku sebagai seorang istri. ARTA POV             Bangun tidur, aku terlonjak kaget, melihat Thalia tiba – tiba berada di dekat ku. Jujur, aku sudah bersumpah kepada diriku sendiri bahwa sampai bercerai aku tidak akan menyentuh Thalia sama sekali. Tapi… gadis itu betul – betul berani , ia bahkan tidur di sebelahku, menatap ku dengan tatapan yang penuh harap. Aku bingung, kenapa Thalia begitu. Kenapa Thalia berharap banyak kepadaku, padahal… jika di pikir – pikir lagi, dia itu cantik , pintar dan hampir memiliki segalanya. Apa yang ia harap dariku? Tidak ada bukan? Please… seseorang beritahu Thalia. Dia salah langkah.                 Aku berangkat ke kantor dengan keadaan mood yang sedang tidak baik – baik saja, aku di rundung emosi yang berlebihan karena aku tidak suka jika Thalia bertingkah seperti itu. iya dia istri ku tapi biar bagaimanapun juga, aku tidak akan menyentuh nya sampai kami benar – benar bercerai          Sesampai ku di kantor pun, aku semakin merasa tidak mood ketika melihat Areta, jalan bersama dengan Bayu sembari tertawa – tertawa bahagaia, akhir – akhir ini mereka memang terlihat akrab satu sama lain. Aku cemburu, jelas. Bayu lah alasan kenapa kami bertengkar dua hari yang lalu. Ia secara terang – terangan mendekati Areta ku. Mentang – mentang ia sudah tau kalau aku telah menikah. Tapi kan tidak semerta – merta ia bisa mengambil Areta.                 Aku turun dari mobil, kemudian berjalan cepat menghampiri kedua orang tersebut, tapi sayang, aku tidak bisa, sebab mereka masuk duluan ke lift. Ahh, pagi itu rasanya kacau sekali. Aku sampai tidak bisa fokus bekerja karena beberapa hal, mulai dari yang di rumah hingga yang di kantor. Jam makan siang sudah di mulai sejak sepuluh menit yang lalu. Aku? Aku masih di ruanganku, berpikir haruskah aku meminta maaf duluan kepada Areta atau kah tidak usah. Toh, bukan salahku juga. Apalagi pagi ini mereka nampak begitu akrab. Cihh. Apa – apaan. Tapi ya rinduku juga tidak bisa di bohongi. Aku rindu kepada Areta.                 Aku bingung dengan kedekatan mereka, delapan tahun bersama Areta aku tidak pernah tau bahwa ia akrab dengan Bayu, selain karena mereka pernah menjalin sebuah hubungan serius. Tapi selepas dari itu aku tidak pernah menyangka bahwa mereka akrab. Di kantor mereka hanya sesekali saling menyapa satu sama lain, selebih nya mereka tidak pernah se akrab itu.                 Aku bangkit dari tempat duduk ku, kemudian menghampiri Areta di ruangannya, tapi sayang seribu sayang. Sepertinya kekasih ku itu sudah ke Kafetaria duluan, melihat ruangannya telah kosong membuatku sedikit merasa kecewa. Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, aku segera berjalan menuju Kafetaria kantor yang terletak di lantai bawah. Aku membuka pintu kafetaria dengan pelan, kemudian mencari sosok Areta.                 Sialnya, ia sedang duduk di pojok Kafetaria bersama Bayu dan Adam, sial, kenapa Areta semakin hari semakin dekat dengan banyak laki – laki sih? Apa ia tidak paham betapa aku sangat mencintai nya? Melihatnya dengan banyak laki – laki sungguh membuatku frustasi.                 “Eh sibuk banget ya? , boleh gabung ga? Aku nyariin kamu di ruangan tapi kamunya gak ada, malah aku nemu kamu disini, lagi asyik banget ngobrol sama cowok – cowok” Ucapku sembari duduk di bangku sebelah Areta. Areta menatap ku dengan tatapan tidak suka, aku tersenyum membalasnya.                 “Sarkas banget , heran” Jawab Areta sembari melanjutkan makan siang nya, sementara Bayu dan Adam seperti tidak peduli dengan kehadiranku, mereka berdua masih saja mengobrol seakan – akan aku tidak ada, sialan.                 “Kayaknya dua hari marahan sama aku bikin kamu suka banget deket – deket sama cowok lain, duhh Areta” ucapku dengan senyum sinis yang sengaja ku pasang agar ia merasa bersalah. Ia melirikku dengan tatapan tajam sekaligus tidak suka.                 “Gak usah cari keributan deh. Aku gak suka kalau kamu gitu. Ngomong kayak gitu biar apa Arta? Kamu sadar gak sih kalau kamu egois? Sadar gak? Kamu dua hari yang lalu, seneng – seneng sama istri kamu, makan bareng , ketawa – ketawa disini. Aku marah gak? Enggak! Aku sadar diri aku siapa dan Thalia siapa, aku gak sepantasnya ngekang kamu, dan kamu juga gak sepantasnya ngekang aku, egois banget ta. Aku gak suka kalau kamu kayak gitu” ucap Areta, ia minum kemudian pergi meninggalkan ku yang masih mematung mendengar ucapannya. Aku egois?                 Aku egois karena aku begitu sangat mencintai nya , aku tidak bisa hidup Tanpa Thalia, bagaimana mungkin aku bisa biasa saja ketika melihat Thalia bersama dengan laki – laki lain. Cihh. Aku tidak suka berbagi. Thalia milk ku, sampai kapanpun itu.                 Aku mengejar Areta , setidaknya hubungan kami harus tetap baik – baik saja selama enam bulan kedepan, biar bagaimanapun juga, aku begitu mencintai Areta. Entah disini siapa yang salah , yang jelas, aku tidak tahan jika harus perang dingin dengannya.                 “Apa” Tanya Areta saat ia melihatku memasuki ruang kerja nya. Aku mendekat ke arah kekasih ku itu, namun ia terlihat menghindar.                 “Kamu kenapa Areta?” Tanya ku, jujur, aku cukup heran melihat tingkah nya seakan takut dengan ku, atau jangan – jangan Areta sengaja begini untuk menghindariku? Tunggu, Apakah ia sudah mengikhlaskan ku dengan Thalia?                 “Aku gak suka kamu egois” Jawab Areta dengan suara yang terdengar begitu pelan, ia menatapku dengan tajam.                 “Iya aku minta maaf Areta…”                 “Kamu dekat sama perempuan lain, kalian menikah. Kenapa aku gak boleh berteman dengan laki – laki lain? Sementara aku aja gak dapat jaminan dari kamu kalau kamu bakal balik ke aku? Kamu sadar kan kamu se egois apa?” Ia maju mendekati ku, sementara aku hanya diam di tempat, aku tidak tahu aku harus apa. semua perkataan Areta benar tapi bukankah di hari lalu aku sudah berjanji bahwa semua ini hanya akan berjalan enam bulan lamanya? Sementara itu, setelah nya aku akan menceraikan Thalia lalu aku akan kembali kepadanya.                 “Aku udah janji sama kamu kalau ini semua Cuma enam bulan, kamu gak perlu khawatir, kamu bisa pegang janji aku, Cuma enam bulan Areta! Dan kita bisa bareng lagi” Ucap ku sembari memegang kedua bahu nya, Areta menangis, ia nampak mengusap air di ujung mata nya.                 “Siapa yang tahu kedepannya? Kamu bisa tahan serumah sama Thalia? She is a beautifull girl. Cantik banget! kamu bisa tahan diri kamu hah? Bisa? Aku gak yakin sama kamu Arta”                 “Pasang seribu perempuan cantik disini, satu dari sekian ribu perempuan cantik. Kalau aku cinta nya sama kamu ya aku mau nya kamu! Aku gak suka sama yang lain. Ada banyak Areta di dunia. Tapi yang aku mau Areta kamu! Bukan yang lain, bodo amat, Thalia mau telanjang depan aku pun, aku gak bakal nyentuh dia, inget itu” Ucap ku yang berhasil membuat Areta diam dan berhenti menangis. Aku benar – benar jatuh cinta dengan wanita yang berdiri di depanku ini. *****                 Aku pulang dengan keadaan yang begitu lelah, melewati macet nya Jakarta benar – benar luarbiasa. Aku sampai hampir menyerah karena harus bermacet – macetan selama tiga jam lama nya. Padahal jarak yang harus ku tempuh cukup dekat. Aku menaiki anak tangga dengan santai, biasanya jika pulang kantor begini, Thalia sudah duduk manis menunggu ku di depan televisi, namun sekarang ia bahkan tidak terlihat sama sekali. Tapi… yasudah lah, siapa yang peduli dia ada dimana, yang jelas, tadi aku sudah berbaikan dengan Areta.                 Baru saja aku ingin berbelok menuju kamar yang menjadi kamar tidur ku setelah menikah dengan Thalia, tiba – tiba pintu kamar gadis itu terbuka, kemudian tak lama setelahnya Areta muncul dengan sebuah handuk tipis yang melilit setengah dari tubuh nya, rambut nya masih basah. Aku menelan ludah, kenapa ia bisa terlihat se – sexy ini?, jujur saja, naluri laki – laki ku bangkit secara tiba – tiba, aku tidak menyangka bahwa ia bisa terlihat se – sexy ini di depanku.                 “Kamu baru pulang?” Tanya nya, sembari mendekatkan tubuh nya kepadaku, aku mundur beberapa langkah. Aku tidak ingin ia sadar bahwa aku sedang menahan diri ketika melihatnya seperti itu. Aku mengangguk                 “Mau makan apa?” Tanya nya sembari menunduk, kemudian melilitkan handuk di kepalanya sehingga kini, lehernya yang jenjang terlihat jelas oleh ku.                 “Gak, gak laper” Jawab ku , jantung ku berdetak tidak karuan karena melihat Thalia saat ini.                 “Masa?” Tanya nya, dengan nada yang menggoda, aku menghela napas berat. Bisa – bisa nya ia menggoda ku seperti itu.                 “aku mau istirahat” Ucapku sembari melangkahkan kaki ku, melewati nya. Harum sabun nya bahkan masih dapat tercium jelas. Jelas saja jika aku berlama – lama di sana aku tidak bisa menahan diriku sendiri.                 Thalia membalikan badan ku, mendorong ku secara paksa memasuki kamar pengantin kami, kamar dimana Thalia biasa tidur. Ia kemudian menciumku dengan brutal sementara aku masih kaget karena kenekatan dirinya. Ia membuka handuk yang ia pakai, mengekspos seluruh tubuh nya yang kini tidak di tutupi oleh sehelai benang pun. Aku menelan ludah dengan susah payah, aku mengaku kalah kali ini.                 “I’m yours” Ucap nya sembari mengedipkan sebelah mata nya. Jantung ku berdegub kencang. Sial, ia berhasil memancingku. Setelah itu, aku menghabisi nya, membuatnya harus begadang dan menanggung akibat karena ia terus – terusan menggoda ku. Salah sendiri. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD