ONE SIDED LOVE-THALIA

1549 Words
                Lagi laper banget, lapernya langsung hilang. Mood hancur, kerjaan berantakan. Efek sakit hati emang se – dahsyat itu buat aku. Aku di ruangan kerja ku Cuma diem, bengong sambil dengerin lagu lewat earphone, padahal pekerjaanku lagi banyak – banyak nya di atas meja, tapi aku gak mood sama sekali buat ngerjain itu semua.                 Bahkan sampai orang – orang udah pada pulang, dan aku masih duduk diam , bengong sambil dengerin musik di ruangan kerja ku, kantor udah mulai sepi, yang tersisa hanya beberapa orang yang bakalan lembur malam ini. Aku? Aku lembur, tentu saja. Di temani segelas kopi pahit yang baru saja di antarkan oleh office girl. Efek sakit hati siang tadi lumayan, ikut larut dengan kopi yang ku minum saat ini. Ruanganku di ketuk tiga kali, aku menoleh ke arah pintu kemudian mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Di pintu, Bayu sedang berdiri dengan tangan yang sedang memegang tas kerja nya, ia diam menatapku, aku pun sama. Rasanya aku bahkan sangat malas untuk memulai obrolan dengan siapapun saat ini. Bayu mendekatiku , ia menarik sebuah kursi di depanku, kemudian menariknya hingga kami berdua seakan duduk berdampingan, ia mengintip lembaran – lembaran kertas putih dengan berbagai macam angka di atas nya, kemudian Bayu menggeleng pelan. “Ini kebanyakan buat di selesaiin semalam penuh, gak bakalan cukup ta.” Ucap nya sambil menatapku dan sesekali membolak – balikan lembaran – lembaran kertas tersebut. “Selesai lah” Jawabku dengan penuh ke-optimisan dalam diriku sendiri. Padahal aku sendiri juga sempat ragu dengan diriku, tapi ya mau gimana lagi. Siapa suruh Arta kayak apaan banget ke aku. “Aku bantuin ya, biar balik nya gak kemaleman” Ucap Bayu “Eh enggak, gak usah. Bisa sendiri kok kamu pulang aja duluan. Capek banget tuh pasti” Ucapku sembari mendorong – dorong bahu nya. Jujur saja, walaupun aku memang butuh di bantu, tapi ya aku juga gak enak sama Bayu apalagi kalau dia harus ikutan lembur karena aku. “Mulai deh gak enakannya, aku bantuin ya. Kita balik bareng nanti. Lagian nih, kalau misal ini semua selesainya tengah malam gimana? Mau balik sendirian? Emang kamu berani?” Bayu mulai mengambil lembaran – lembaran kertas di depanku untuk ia periksa , aku pun mengalah , dan lebih memilih untuk mengerjakan semuanya bersama Bayu. Tepat pukul dua belas malam, kami berdua selesai.                 Bayu merentangkan kedua tangannya untuk memastikan tulang – tulang nya baik – baik saja, sementara aku juga begitu.                 “Thanks bangettt yaa” ucapku dengan mata yang berbinar. Andai saja Bayu menuruti perintahku untuk tidak usah membantu, akan ku pastikan , aku akan tetap berada di kantor hingga matahari kembali terbit.                 “Iyaa Areta, yuk pulang” Ucap nya sembari tersenyum hangat ke arah ku, aku mengangguk, kemudian kami berjalan bersama menuju parkiran mobil . sesampainya di rumah , perutku lumayan keroncongan sehingga aku harus memasak mie di tengah malam buta seperti ini. Aku kepikiran dengan Bayu, kami terus bersama sejak tadi. Apakah ia tidak lapar? Ataukah ia lapar? Pasti ia juga belum makan . aku buru – buru mengambil ponselku, kemudian menelfon Bayu. Aku ingin mengajaknya untuk makan bersama, siapa tau ia belum tertidur karena lapar.                 “Halo Bayu, udah tidur ya?”  Ucapku saat sambungan telepon kami sudah mulai terhubung                 “Eh Areta, belom nih, kenapa?”  Tanya nya.                 “Laper gak sih? Kamu seharian belum makan kan? Makan bareng yuk. Aku mau masak apagitu, pengganjal perut”                   “Wah boleh, kebetulan aku juga lagi laper banget nih ta, belom sempet order makanan eh udah di telfon duluan sama kamu”  Jawab Bayu.                 “Yaudah kamu kesini aja, tau kan yang mana? Kita makan bareng”  Setelah itu Bayu menutup sambungan telepon kami. Tak lama setelahnya , ia pun datang. Bersamaan dengan datang nya Bayu, makanan yang ku buat akhirnya jadi, cukup sederhana, sate kecap dan juga ayam rica – rica yang bumbunya sudah ku siapkan sejak lama.                 “Waah repot – repot banget nii?” ucap Bayu saat aku membukakan pintu untuk nya. Aku tertawa renyah.                 “Ngaco, udah yuk makan.  Habis itu istirahat, besok cari duit hahah” Ucap ku yang dibalas dengan senyum malu – malu oleh Bayu, entah apa yang sedang ia pikirkan, yang jelas, wajah nya nampak berseri – seri sekali.                 Kami berdua makan dengan lahap, wajar saja , aku tidak makan siang dan juga melewatkan makan malam ku karena pekerjaan – pekerjaan yang menumpuk. Untung saja ada Bayu yang bersedia membantuku serta mengantarku pulang. Pokoknya hari ini Bayu pahlawan utama ku deh. Masakan yang ku buatkan untuk nya pun tak berhenti – berhenti di puji oleh nya. Kata nya enak lah , bisa di jual lah , apa gitu segala macam pujian yang sukses membuatku tertawa.                 Setelah makan, Bayu langung pamit pulang, katanya capek. Aku juga sama , sangking capeknya piring – piring ku biarkan saja berserakan, nanti saya aku bersihkan. Aku bersih – bersih , cuci muka , gosok gigi , setelah itu aku tidur.                 Keesokan pagi nya aku bangun dengan keadaan yang begitu segar, mood ku sedang bagus – bagus nya. Entah karena mungkin pekerjaan ku sudah selesai, atau weekend akan datang. Tapi di balik itu semua, aku masih saja kepikiran dengan Arta. Iya pasti kalian akan mengataiku wanita yang bodoh karena menunggu suami orang bukan? Tapi… heyyy it’s love, semuanya bakal halal – halal aja ketika cinta sudah bicara. Another Side… THALIA POV             Aku sudah terbangun sejak tadi, namun Arta lebih menarik perhatian. Tidak, kami tidak tidur bersama, aku yang pindah ke kamarnya ketika ia sudah tertidur. Tentu saja ia tidak tahu kalau semalaman aku tidur di samping nya. Berharap aku akan di peluk, tapi ia diam saja, gerakannya hanya sebatas miring kiri – miring kanan, atau paling tidak ya dia mendengkur. Padahal, aku sudah berharap lebih bahwa Arta akan memeluk ku.                 Tak lama ku pandangi, ia secara tiba – tiba membuka matanya, aku terlonjak kaget, ini semua diluar ekspektasi ku, aku benar – benar dibuat kaget karenanya.  Arta langsung bangun , menatapku dengan tatapan tak suka.                 “Ngapain kamu disini?!” Tanya nya dengan suara yang masih serak, khas bangun tidur.                 “A..aku mau bangunin kamu” Jawabku dengan penuh alibi, tentu saja aku berbohong. Jika aku jujur, Arta sudah pasti akan memarahiku.                 “Gak! Kalau Cuma bangunin doang, kenapa harus naik – naik ke ranjang segala?!” Tanya nya, dan kini sudah mulai membentak, aku sendiri terlonjak kaget. Iya aku tau bahwa Arta tidak suka kepadaku, tapi sejauh ini, ia tidak pernah membentak ku. Maka dari itu aku sangat kaget dibuatnya.                 “Kamu bentak aku Cuma gara – gara itu?” Tanya ku dengan nada lirih, mataku bahkan sudah berkaca – kaca di buatnya.                 “Keluar!” Ucapnya dengan bentakan yang jauh lebih keras lagi                 “Keluar sekarang!” Ucapnya sembari menyeretku keluar dari ruangan itu. aku terisak karena dibuatnya, aku tidak pernah menyangka bahwa ia aan sekasar itu kepadaku.                 Aku menunggunya di ruang tamu, hari ini adalah hari jumat, yang berarti besok ia sudah libur dan di hari senin nanti aku sudah masuk bekerja lagi. Aku menunggu Arta sekitar setengah jam lamanya, namun ia tak kunjung muncul. Aku ingin sekali mendatanginya , meminta maaf agar kami berbaikan namun aku terlalu takut untuk itu.                 Saat ia melewati ku, ia hanya menatap ku sekilas dengan tatapan yang sangat risih, sementara aku menatap nya dengan tatapan penuh harap. Cih , pernikahan macam apa ini. Aku lebih sedih lagi mengingat kemarin aku mengantarkannya makan siang dan ia menyambutku dengan senang hati, aku bahkan sempat menemani nya makan bersama. Aku kira sejak kemarin, ia sudah berubah menjadi Arta yang manis, namun ternyata dugaanku salah. Ia masih Arta yang sama, Arta yang belum bisa menerimaku sebagai seorang istri. ARTA POV             Bangun tidur, aku terlonjak kaget, melihat Thalia tiba – tiba berada di dekat ku. Jujur, aku sudah bersumpah kepada diriku sendiri bahwa sampai bercerai aku tidak akan menyentuh Thalia sama sekali. Tapi… gadis itu betul – betul berani , ia bahkan tidur di sebelahku, menatap ku dengan tatapan yang penuh harap. Aku bingung, kenapa Thalia begitu. Kenapa Thalia berharap banyak kepadaku, padahal… jika di pikir – pikir lagi, dia itu cantik , pintar dan hampir memiliki segalanya. Apa yang ia harap dariku? Tidak ada bukan? Please… seseorang beritahu Thalia. Dia salah langkah.                 Aku berangkat ke kantor dengan keadaan mood yang sedang tidak baik – baik saja, aku di rundung emosi yang berlebihan karena aku tidak suka jika Thalia bertingkah seperti itu. iya dia istri ku tapi biar bagaimanapun juga, aku tidak akan menyentuh nya sampai kami benar – benar bercerai          Sesampai ku di kantor pun, aku semakin merasa tidak mood ketika melihat Areta, jalan bersama dengan Bayu sembari tertawa – tertawa bahagaia, akhir – akhir ini mereka memang terlihat akrab satu sama lain. Aku cemburu, jelas. Bayu lah alasan kenapa kami bertengkar dua hari yang lalu. Ia secara terang – terangan mendekati Areta ku. Mentang – mentang ia sudah tau kalau aku telah menikah. Tapi kan tidak semerta – merta ia bisa mengambil Areta.                 Aku turun dari mobil, kemudian berjalan cepat menghampiri kedua orang tersebut, tapi sayang, aku tidak bisa, sebab mereka masuk duluan ke lift. Ahh, pagi itu rasanya kacau sekali. Aku sampai tidak bisa fokus bekerja karena beberapa hal, mulai dari yang di rumah hingga yang di kantor. Jam makan siang sudah di mulai sejak sepuluh menit yang lalu. Aku? Aku masih di ruanganku, berpikir haruskah aku meminta maaf duluan kepada Areta atau kah tidak usah. Toh, bukan salahku juga. Apalagi pagi ini mereka nampak begitu akrab. Cihh. Apa – apaan. Tapi ya rinduku juga tidak bisa di bohongi. Aku rindu kepada Areta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD