Surat Penjanjian

1028 Words
"Ambil!" Seru Brilliant saat Arumi tak mengambil map di tangannya. "Atau kamu mau menikah denganku karena aku kaya?" Bisik Brilliant di telinga Arumi. Arumi melebarkan matanya. "Ah enak saja!" Ucap Arumi menjauh dari Brilliant lalu melihat laki-laki yang lebih tinggi darinya. Arumi langsung mengambil map di tangan Brilliant. "Aku akan menandatangani surat perjanjiannya. Dimana aku harus tanda tangan," ujar Arumi sambil menyunggingkan senyumnya pada Brilliant tak ada takut-takutnya. "Hah," ucap Brilliant sambil tertawa seakan meledek. "Sejak dulu tak pernah berubah," ucap Brilliant. "Sudahlah. Cepat aku ingin segera menandatangani surat ini," ucap Arumi. Brilliant pun mengambil pulpen dan menyerahkannya pada Arumi. Arumi langsung menandatangani surat perjanjian itu tanpa ia baca terlebih dahulu. "Nih!" Seru Arumi sambil menyerahkan map itu pada Brilliant. Brilliant menyunggingkan senyumnya. "Okey. Sekarang aku akan keluar," ucap Brilliant sambil berjalan ke arah sofa dan mengambil jasnya. Arumi melihat ke arah Brilliant hingga Brilliant berdiri di dekat pintu. Brilliant melihat ke arah Arumi dan menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan pernah bermimpi untuk tidur seranjang denganku." Arumi tertawa singkat menanggapi ucapan Brilliant. "Aku juga tak sudi ditiduri olehmu," ucap Arumi sambil melipat tangannya di d**a dan memalingkan mukanya. Bersamaan dengan itu Brilliant keluar dari kamar hotel itu. Arumi menghembuskan nafasnya setelah kepergian Brilliant. "Ah aku sungguh tak percaya aku harus menikah dengan dia," ucap Arumi sambil mendudukan tubuhnya diatas ranjang yang seharusnya menjadi saksi malam pertamanya dengan Brilliant. "Eh tunggu!" Ucap Arumi sambil mengerutkan keningnya. "Tadi Brilliant mengatakan kalau ia hanya mencintai istrinya?" "Apa mungkin Brilliant punya istri siri? Istri yang ia sembunyikan?" "Eh tapi kan kata Bella, orang yang akan menikah denganku adalah duda?" "Apa Brilliant sudah menikah dan istrinya meninggal? Atau Brilliant sudah menikah dan ia bercerai?" Tanya Arumi pada dirinya sendiri sambil berjalan mondar mandir. Arumi menghentikan langkahnya. "Tapi ibu Delian tak mengatakan apapun padaku?" "Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri status Brilliant," pikir Arumi. Setelah memikirkan Brilliant, Arumi pun melepaskan gaun pengantinnya. Dan ia berjalan ke arah kamar mandi, saat Arumi masih berjalan pintu kamar hotel terbuka dan Brilliant masuk. Menyadari hal itu Arumi langsung berteriak. "Aaa!" Dan Arumi berlari ke arah pintu kamar mandi itu. Brilliant menahan nafasnya beberapa detik saat melihat tubuh Arumi tanpa gaun. Arumi berteriak dari kamar mandi dengan pintu kamar mandi sedikit terbuka. "Untuk apa kamu ke sini lagi Ian!" Teriak Arumi. "Kunci mobil ketinggalan. Biasa saja kali, aku tak akan tergoda olehmu," ujar Brilliant ketus. Di sisi lain Arumi menutup pintu kamar mandi dengan begitu keras. "Tutupnya pelan-pelan!" Seru Brilliant. "Dasar gadis bar-bar," ucap Brilliant kemudian sambil menyambar kunci mobil yang ada di atas meja. Setelah itu ia keluar dari kamar itu dengan jas dan map yang ada di tangannya. Brilliant keluar dari kamar hotel itu dengan menyunggingkan senyumnya. Sudah setahun lamanya ia menghindari yang namanya perempuan. Tepatnya setelah ia kehilangan istrinya. Brilliant benar-benar menurut diri dan hati dari perempuan manapun. Ia hanya bersikap baik hanya pada Delian dan Vania, adik bungsunya. Brilliant berjalan ke arah mobil sedan hitam mewah miliknya yang ada di parkiran khusus di basement hotel. "Bisa-bisanya ibu menikahkan aku dengan gadis itu," ucap Brilliant sambil menekan tombol di kunci mobil yang ia pegang saat ia mengingat saat ia mengucap kabul di depan penghulu dan para saksi tadi pagi. Tak lama kemudian ia menaiki mobil itu dan mobil mewah itu pun keluar dari parkiran El Zein Hotel. *** Sementara itu di kediaman Kenan El Zein. Delian tengah bersantai di balkon kamar bersama Kenan. "Sayang, besok kita jadi berangkat ya?" Ujar Kenan. "Ya, tentu saja mas. Aku kan sekarang sudah tenang karena Ian sudah menikah dengan Arumi," jawab Delian sambil menyandarkan kepalanya di bahu Kenan. "Kamu ini," ucap Kenan pelan. "Sudahlah mas," ucap Delian kemudian. "Jangan khawatirkan pernikahan Ian dan Arumi. Ian adalah anak yang penurut dia akan menerima pernikahan ini," ucap Delian kemudian. "Ya sudahlah terserah kamu saja. Yang penting kamu ikut bersamaku," ujar Kenan kemudian. "Oh iya bagaimana dengan hotel? " Tanya Delian sambil melirik ke arah Kenan. "Kan ada Lazuardi," jawab Kenan. "Setidaknya sebelum Denis kembali dan bisa mengambil alih hotel aku cukup tenang karena ada Lazuardi, kakak iparmu," ucap Kenan kemudian. "Baiklah," jawab Delian. "Sayang, apa kamu menceritakan perihal Ian yang pernah menikah sebelumnya pada Arumi?" Tanya Kenan. "Em," ucap Delian sambil mendudukan tubuhnya. "Belum mas," jawab Delian datar. "Menurutku itu tak penting. Lagian aku juga tak mau Arumi menolak pernikahan hanya karena Ia adalah seorang duda," ucap Delian kemudian. "Ah kamu ini. Kan sudah mas katakan lebih baik jujur walau pahit," ucap Kenan. "Lambat laun juga Arumi akan tahu dan apa kamu tidak takut dia kecewa padamu?" Tanya Kenan. "Nanti aku akan memberitahunya mas, tapi tidak sekarang ya?" Ucap Delian sambil tersenyum pada Kenan. Kenan pun menganggukan kepalanya lalu mengecup kening istrinya itu. "Terserah kamu saja sayang," ujar Kenan kemudian. Sementara itu di depan gerbang kediaman El Zein mobil mewah Brilliant berhenti. "Buka gerbangnya!" Seru Brilliant dari kursi kemudi. "Ba-baik tuan," jawab penjaga yang mendengar teriakan Brilliant. Tak lama kemudian gerbang terbuka otomatis dan mobil Brilliant pun melaju kembali. Saat melewati satpam Brilliant menatapnya sinis. Setelah mobil itu melaju cukup jauh satpam itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Tuan muda Brilliant sangat berbeda sekali dengan Tuan muda Denis, apalagi dengan nona Vania." "Dan sepertinya aku tak melihat perempuan di dalam mobil tuan muda. Bukannya hari ini tuan muda menikah?" Pikir satpam itu heran sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Brilliant masuk ke rumah dengan jas dan map hitam di tangannya, ia berjalan ke arah kamarnya yang ada di lantai dua. Sementara itu di El Zein hotel, Arumi sudah mengganti pakaiannya. Seperti biasa, Arumi memakai celana jeans dan kaos berlengan pendek. "Ah rasanya segar sekali selesai mandi," ucap Arumi sambil berdiri, tersenyum melihat pantulan wajahnya di cermin. Tapi beberapa saat kemudian raut wajahnya kembali dingin. "Rasanya aku ingin memutar waktu kembali. Aku tolak permintaan ayah." "Sekarang aku tak tahu nasibku sekarang bagaimana setelah menjadi suami si Ian itu," ucap Arumi sambil memanyunkan bibirnya. "Lebih baik aku menelpon Bella saja," ucap Arumi sambil berjalan ke arah meja. Di waktu yang bersamaan Arumi mendengar suara ketukan pintu kamarnya. "Siapa? Tidak mungkin jika si Ian itu kembali," ucap Arumi. Suara ketukan pintu terdengar kembali. Arumi akhirnya berjalan mendekati pintu. Dan saat Arumi membuka pintunya ia terdiam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD