Lingerie Malam Pertama

1008 Words
Arumi melihat seorang seorang pegawai hotel berdiri di depan kamar Arumi dan pegawai hotel itu memegang paper bag warna biru berpita di tangannya. "Selamat sore nona. Ini ada kado untuk nona dan tuan muda," ucap pegawai itu seakan tahu kalau kamar itu adalah kamar Arumi dan Brilliant. "Oke, terima kasih," jawab Arumi sambil mengambil alih paperbag yang ada di tangan pegawai itu. Arumi kembali masuk ke kamar dan memperhatikan paper bag yang kini ada ditangannya. "Kado dari siapa ini?" Ucap Arumi sambil mengerutkan keningnya. "Tak mungkin jika dari temanku, jelas mereka tidak tahu kalau hari ini aku menikah. Ah aku bersyukur sekali tak mengundang mereka." "Kalau mereka tahu aku menikah dengan si Ian pasti sekarang aku sudah tak punya muka," ucap Arumi sambil menghentikan langkahnya. "Tapi kado ini dari siapa ya?" Pikir Arumi. Di tempat lain di kediaman Kenan El Zein, Brilliant baru keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya. Kamar bernuansa putih itu terlihat sangat luas. Di tembok tergantung beberapa foto wanita cantik yang tak lain adalah Celine, istri Brilliant yang setahun lalu telah meninggal dunia. Brilliant melihat foto Celine yang tengah melihat ke arah kamera dan tersenyum seakan melihat ke arahnya. "Selalu cantik dan anggun," ucap Brilliant pelan. Bersamaan dengan itu Brilliant mendengar suara panggilan masuk di ponselnya. Brilliant menyambar ponsel yang ada di meja kerjanya. "Denis," ucap Brilliant saat nama Denis tertera di layar ponselnya. Denis adalah anak kedua dari Delian dan Kenan. "Ya, hallo," ucap Brilliant sambil berjalan ke arah jendela kamarnya. "Selamat atas pernikahannya ya kak!" Seru Denis dengan suara keras hingga Brilliant menjauhkan ponselnya dari telinga. Hingga tak lama kemudian Brilliant mendekatkan lagi ponselnya. "Kakak kira kamu tidak tahu soal itu, anggap saja kakak tak menikah. Kamu tahu sendiri kakak hanya cinta pada Celine saja," ucap Brilliant ketus sambil memandangi bunga mawar putih kesukaan Celine yang ada di balkon kamarnya. "Kak, kak Celine sudah tenang di alam sana. Sudah saatnya kakak menikmati kembali hidup ini," Denis mengingatkan dengan suara pelan. Brilliant terdiam, ia tak mau menanggapi ucapan adiknya itu. "Oh iya kak. Apa kado yang aku kirimkan sudah kakak terima?" Tanya Denis. "Kado?" Tanya Brilliant. "Iya kak. Kado pernikahan. Tadi pegawai hotel katanya baru mengantarnya ke kamar kakak dan kakak ipar," ujar Denis memberitahukan. "Oh iya ada," jawab Brilliant tak mau memberitahu Denis kalau sebenarnya ia sekarang di rumah. "Suruh kakak ipar untuk memakainya malam nanti, selamat menikmati malam pertama!" Seru Denis. Brilliant mengerutkan keningnya dan Denis memutuskan sambungan teleponnya. "Apa sebenarnya yang Denis kirimkan?" Pikir Brilliant penasaran. Di kamar hotel, Arumi membuka paperbag yang ia terima dan ternyata didalamnya ada selembar kertas. "Selamat untuk pernikahannya Kakak dan kakak ipar, aku bahagia untuk kalian berdua. Selamat menikmati malam pertama! Salam, Denis." Arumi mengerutkan keningnya. "Denis?" "Oh iya! Aku baru ingat!" "Sepertinya ini Denis adiknya Ian," ucap Arumi kemudian. "Apa isinya ya?" Ucap Arumi sambil merogoh paperbag biru itu. Dan saat ia mengeluarkan isinya, Arumi melongo saat tahu isinya adalah lingerie berwarna merah menyala. "Ya ampun!" "Baju apaan ini!" Teriak Arumi sambil menjatuhkannya di atas lantai. "Ah menggelikan sekali bajunya," ucap Arumi kemudian dan akhirnya memilih berjalan ke arah tempat tidur dan membuka media sosial miliknya. "Lebih baik aku berselancar di sosial media," ucap Arumi tak memperdulikan lingerie yang kini ada di atas lantai. *** Malam harinya Arumi merasa lapar jadi ia memutuskan untuk turun ke restoran hotel sendiri, karena nyatanya Brilliant tak kembali ke hotel. Sesampainya di pintu restoran hotel Arumi langsung disambut oleh seorang pegawai perempuan. "Selamat malam nona muda, silahkan anda bisa masuk ke private room," ucap pegawai itu. Tapi Arumi yang masih berdiri di pintu masuk restoran tak langsung menerima ajakan itu. "Kenapa harus di private room?" Tanya Arumi. "Karena anda adalah istri dari tuan muda Brilliant, jadi anda harus makan di private room," jawabnya sambil menangkupkan tangannya di depan d**a. "Oke baiklah," jawab Arumi. Arumi duduk di sebuah sofa yang sangat nyaman di private room, sendiri. "Oh iya, aku kan tadi mau menelpon Bella," ucap Arumi sambil merogoh saku dan mengambil ponselnya. Saat baru akan memanggil nomor Bella pintu private room terbuka dan Arumi melihat dua orang pelayan masuk dan menghidangkan beberapa jenis makanan di atas meja. Arumi tampak takjub dengan makanan itu. "Selamat menikmati hidangannya nona," ucap salah seorang pelayan itu. "Oke, terima kasih," jawab Arumi. Setelah kepergian dua pelayan itu Arumi tersenyum dan meneruskan niatnya yang ingin menghubungi Bella. Arumi menghubungi Bella melalui sambungan Video call. Tak perlu menunggu lama panggilan video Call diangkat oleh Bella. "Loh kakak kenapa video call?" Tanya Bella dari seberang telepon. "Mau pamer," jawab Arumi sambil mengarahkan kamera ponselnya ke makanan yang ada di hadapannya. "Wow kakak makan enak!" Seru Bella yang langsung mendudukan tubuhnya. "Wih kakak beruntung sekali," ujar Bella sambil memanyukan bibirnya. Arumi memeletkan lidahnya. "Sekarang kamu nyesel kan bukan kamu yang nikah?" Ejek Arumi seakan ia bahagia sekarang. "Enggak juga. Tapi," Bella memutus kalimatnya. "Apa? Tapi apa?" Tanya Arumi. "Bolehkah kali-kali nanti traktir aku makan enak kak. Aku juga kan ingin merasakan makanan mahal," ujar Bella nyengir. "Oke!" Jawab Arumi cepat. "Sudah dulu ya, kakak mau makan malam," ujar Arumi sambil melambaikan tangannya pada Bella. "Oke, bye!" Jawab Bella. Setelah itu panggilan video call itu pun berakhir. "Lebih baik aku tak berlama-lama menghubungi Bella. Bisa bahaya jika Bella menanyakan keberadaan Ian," ucap Arumi pelan. Setelah itu Arumi menikmati makan malamnya sendiri dengan damai. *** Brilliant menyalakan televisi di kamarnya, setelah ia pulang dari hotel ia sama sekali tak keluar dari kamar. Bahkan untuk makan pun ia menyuruh pegawai untuk mengantarnya ke kamar. Hal itu Brilliant lakukan agar Kenan dan Delian tidak tahu kalau ia ada di rumah. Saat Brilliant menonton televisi, ia benar-benar tak menikmati tayangan yang sedang ia tonton. Ia mengingat kembali saat ia mengucapkan ijab kabul tadi di hotel. "Ah kenapa harus si gadis bar-bar itu?" Ucap Brilliant kesal sambil mengusap wajahnya kasar. Di saat yang bersamaan pintu kamar Brilliant terbuka secara tiba-tiba dan itu membuat Brilliant memicingkan matanya, fokus pada pintu kamarnya. 'Siapa yang berani masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu,' pikir Brilliant. Dan saat pintu terbuka Brilliant terlonjak kaget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD