Mesra

1028 Words
"Apa aku buka saja pintunya?" pikir Brilliant. Setelah berpikir beberapa detik, Brilliant pun membuka pintu kamar itu. "Tidak dikunci ternyata,” ucap Brilliant. "Ya ampun, anak itu," ucap Brilliant tak percaya dengan apa yang ia lihat. Brilliant melihat Arumi tidur dengan berantakan. Kakinya ada di bantal, sementara kepalanya sudah di ujung ranjang. Untungnya saat itu Arumi memakai piyama tidur dengan celana dan lengan panjang. "Sangat tidak anggun," decak Brilliant. Aku tak percaya menikahi gadis bar-bar ini, batin Brilliant. Tanpa ragu, Brilliant berjalan mendekati ranjang dan ia mendekati kepala Arumi. Setelah sudah ada di dekat ranjangnya, Brilliant menyentil dahi Arumi. "Aw!" Teriak Arumi sambil membuka matanya sambil mengusap-usap dahinya. Saat membuka mata, Arumi melihat wajah Brilliant dan ia langsung melebarkan mata dan mendudukan tubuhnya. "Mau apa kamu?" Tanya Arumi sambil menyilangkan tangannya di depan d**a. Brilliant menyunggingkan senyumnya sambil menatap Arumi. "Janganlah kamu berpikir macam-macam," ucap Brilliant. Arumi memperhatikan setiap kata yang terlontar dari mulut Brilliant. "Aku kemari untuk memperingatkan kamu agar tidak bersikap layaknya seorang istri. Kita jalani hidup kita masing-masing jika sedang berdua. Tapi, jika di depan orang lain bersikaplah seperti istri. Jadi - ," Brilliant memutus kalimatnya. "Jadi apa?" Tanya Arumi mengerutkan keningnya. "Cepat cuci muka, gosok gigi yang bersih dan turun ke lantai satu. Temani aku sarapan, aku harus segera berangkat setengah jam lagi," ujar Brilliant. "Kamu paham?" Tanya Brilliant dengan tatapan mata membunuh. Dan dengan santainya Arumi mengangguk. "Jangan lambat kalau jadi istriku!" Seru Brilliant. "Iya, iya," jawab Arumi malas. "Sekarang turun dari ranjang!"perintah Brilliant. Arumi memanyunkan bibirnya dan ia langsung turun dari tempat tidur dan berdiri sambil menghentakan kakinya kesal dan mulai berjalan ke arah kamar mandi. "Jangan seperti anak kecil, usia kamu itu sudah tidak muda lagi," ejek Brilliant. Arumi tak menghiraukan ucapan Brilliant, ia terus melenggang masuk ke kamar mandi. "Aku tunggu di meja makan!" Teriak Brilliant. Tapi Arumi yang sudah menutup pintu kamar mandi tak menjawab. "Kamu dengar tidak, Siput!" Teriak Brilliant. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan Arumi melihat ke arah Brilliant. "Iya Tuan Muda," jawab Arumi. Setelah mendapatkan jawaban dari Arumi, Brilliant pun keluar dari kamar Arumi. Arumi memutar bola matanya, "dasar diktator!" Arumi kembali masuk ke kamar mandi. Sementara itu Briliant keluar dari kamarnya setelah membawa tas kerja. Brilliant berjalan menuruni tangga dengan langkah pasti. Tujuannya adalah meja makan. Tak lama kemudian ia sudah tiba di ruang makan, Brilliant melihat menu sarapan telah tersaji di sana. Tak berselang lama, Arumi masuk ke ruang makan dan ia mendudukan tubuhnya di salah satu kursi yang cukup jauh dengan Brilliant. "Duduk didekatku," pinta Brilliant. "Tidak mau," jawab Arumi sambil berdiri dan mengambil satu lembar roti yang ada di meja. Mendapat penolakan, Brilliant bicara dengan pelan. "Ini bukan permintaan, ini perintah!" Arumi melihat ke arah Brilliant dan ia melihat lelaki itu melebarkan matanya, tanda ia tak mau dibantah. "Matamu," decak Arumi pelan. Dengan bibir mengerucut, Arumi menuruti perintah Brilliant. Hingga akhirnya sepasang suami istri itu duduk berdekatan. Setelah itu Brilliant pun mulai sarapan dengan tenang tanpa menghiraukan Arumi. Begitupun Arumi. Tidak ada percakapan diantara mereka berdua, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. 'Menyebalkan sekali hidup berdampingan dengan diktator ini, aku harus selalu menuruti perintahnya,' batin Arumi. Sementara itu di sisi lain Brilliant merasa senang. 'Ternyata masih sama seperti dulu sekali digertak, dia baru mau menuruti perintahku. ,'Batin Brilliant. Setelah menghabiskan sarapannya Brilliant pun meneguk s**u coklat yang ada di dekatnya, sementara itu Arumi juga melakukan hal yang sama dengan Brilliant. Bedanya Arumi meneguk s**u rasa Vanila. Brilliant meletakan kembali gelas s**u dan melap bibirnya dengan tisu, sementara Arumi melap bibir bekas s**u Vanila dengan punggung tangannya. "Ya ampun," ucap Brilliant pelan, tapi bisa terdengar jelas oleh Arumi. Arumi menghiraukan ucapan Brilliant. "Sudah kan sarapannya?" tanya Arumi. "Kalau sudah, aku akan kembali ke kamar lagi," ucap Arumi sambil berdiri. "Jangan dulu ke kamar, antar akan aku dulu sampai teras," pinta Brilliqnt sambil berdiri dan berjalan mendekati Arumi. "Ambilkan tasku dan berjalan di sampingku," pinta Brilliant. Arumi keberatan dan ia berniat untuk menolak permintaan Brilliant. Tapi saat Arumi akan angkat bicara, dengan segera Briliant berbisik. "Jangan sampai ada yang tahu mengenai surat perjanjian kita. Kamu harus bersikap layaknya seoranh istri," bisik Brilliant pelan di telinga Arumi. "Berpura-puralah, jika ingin baik-baik saja," ancam Brilliant. Arumi mengerutkan keningnya. Ia sadar ia siapa. "Baik Tuan Muda," jawab Arumi. Di saat yang bersamaan ada seorang ART masuk ke ruang makan itu. Dengan cepat Brilliant meraih pinggang Arumi. Arumi hendak melepaskan diri, namun dengan cepat Brilliant mengunci pergerakan Arumi. "Kenapa memanggilku Tuan Muda, Sayang?" Tanya Brilliant lembut. Arumi mengerutkan keningnya. Dia aneh melihat sikap Brilliant yang tiba-tiba berubah itu. Tapi, tak lama kemudian Arumi melihat seorang ART berdiri di dekat pintu. Dan itu membuat Arumi tahu kenapa sikap Brilliant berubah. Arumi pun langsung melihat ke arah Brilliant dan ia tersenyum. Lalu Arumi melakukan hal yang membuat suaminya itu terkejut. Arumi berdiri di depan Brilliant dan merapikan dasi Brilliant. "Aku hanya bercanda sayang," ucap Arumi lembut. Brilliant tersenyum kaku. "Biar aku bawakan tas kerjamu," ujar Arumi sambil menyambar tas milik Brilliant. Brilliant pun mengangguk dan keduanua berjalan meninggalkan ruang makan. ART melihat kemesraan Brilliant dan Arumi pun tersenyum. Sementara itu Arumi sudah tiba di teras rumah bersama Brilliant. Menyadari di sana tak ada siapapun, Arumi menyerahkan tas kerja Brilliant dengan kasar. "Kurang ajar ya kamu!" Seru Brilliant. "Di dalamnya ada laptop! Bagaimana kalau jatuh?" Tanya Brilliant dengan kesal. "Beli lagi saja, kan kamu oranh kaya," jawab Arumi nyengir. "Sudah, berangkat sajalah. Aku harus mandi," ucap Arumi meninggalkan Brilliant begitu saja di depan pintu. Brilliant mengerutkan keningnya. Ia tak percaya Arumi bisa melawannya seperti itu sekarang. "Dulu dia tak pernah membantahku, tapi kenapa dia sekarang berani sekali?" Pikir Brilliant. Tak lama kemudian ponsel di saku celana Brilliant berdering. Brilliant langsung mengambil ponselnya dan mengangkat pangilan itu sambil berjalan ke arah mobilnya. Sementara itu Arumi masuk ke kamarnya dan ia kembali menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. "Jadi aku harus berpura-pura mesra begitu sama si ian menyebalkan itu?" "Menyebalkan sekali," ucap Arumi sambil mengerutkan keningnya. Arumi mendudukan tubuhnya dan ia mengusap wajahnya kasar. "Rasanya ingin sekali aku keluar dari mimpi buruk ini," ucap Arumi sedih. Baginya hidup berdampingan Brilliant adalah mimpi buruk. Sementara itu Brilliant tersenyum di balik kemudi, saat ia mengingat sesuatu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD