Arumi Vs Brilliant

1050 Words
Arumi melihat rak buku di kamar itu dan hanya terisi beberapa buku saja. "Apa Ian sengaja menyiapkan rak buku untukku di kamar ini?" pikir Arumi. “Ah tapi tidak mungkin,” ucap Arumi menggelengkan kepalanya. "Mana ada orang seperti dia tahu tentang aku,” ujar Arumi kemudian. Setelah itu Arumi merapikan buku yang sudah dibawa dari rumah Aditya dan menatanya di rak buku, lalu ia juga merapikan pakaiannya ke dalam lemari 3 pintu yang ada di sana. “Setelah melihat kamar Ian yang selalu tertata rapi, sepertinya mulai sekarang aku harus bisa membuat kamar ini selalu tampak rapi,” pikir Arumi sambil berjalan ke arah jendela kamar. Arumi melihat keluar dan saat itu langit berwarna jingga. “Lucu sekali kehidupanku sekarang. Aku menikah tapi aku tinggal berbeda kamar dengan suamiku, entah pernikahan macam apa ini." "Aku tak pernah memimpikan pernikahan tidak normal seperti ini, tapi apa boleh buat. Aku menikah juga untuk melunasi hutang ayah. Tapi yang masih aku tak habis pikir aku menikah dengan Ian? Orang selalu aku hindari, ditambah lagi dia belum bisa melupakan mantan istrinya,” ucap Arumi pelan merenungi nasibnya kini. Di ruangan lain Brilliant baru tiba di teras rumah. Dengan langkah cepat ia berjalan masuk ke rumah dan berjalan menuju kamarnya. Saat ia berjalan ia berpapasan dengan pegawai yang mengantar Arumi ke kamar. "Eh kamu tunggu!" seru Brilliant. Pegawai itu pun menghentikan langkahnya dan sedikit membungkukan badannya menunggu Brilliant yang berjalan ke arahnya. "Apa Arumi sudah pulang?" tanya Brilliant sesaat setelah berdiri berhadapan dengan pegawai. "Sudah tuan, baru saja,” jawab pelayan itu. "Lalu sekarang dia ada dimana?" tanya Brilliant. “Sekarang nona berada di kamar sebelah kamar tuan muda. Sesuai perintah tuan muda,” jawab pelayan itu. "Oke kerja bagus!" ucap Brilliant. Setelah mengatakan itu Brilliant pun melanjutkan langkahnya dan masuk ke kamarnya meninggalkan pegawai. Sesampainya di kamar, Brilliant langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. “Aku merindukanmu Celine,” ucap Brilliant pelan sambil memejamkan matanya. Karena Haris, Brilliant kembali mengingat saat ia menikahi Celine, perempuan anggun dan cerdas yang ia nikahi. Bagi Brilliant Celine adalah segalanya, hanya Celine yang mampu menghangatkan hati Briliant yang dingin. Bukan tanpa alasan Brilliant belum bisa melupakan Celine. Bagi Brilliant Celine itu masih hidup, setahun yang lalu mobil yang dikendarai Celine mengalami kecelakaan dan jatuh ke sungai. Mobilnya ditemukan tapi tidak dengan jasad Celine, arus sungai yang cukup deras membuat petugas tak menemukan jasad Celine. Jadi sampai saat ini Brilliant menganggap kalau Celine masih hidup. Bagi Brilliant Celine adalah belahan jiwanya, Celine adalah yatim piatu dan berasal dari panti asuhan jadi ia tak punya keluarga. Malam harinya Arumi keluar dari kamarnya untuk makan malam dan di waktu bersamaan Brilliant juga keluar dari kamarnya. Arumi melihat ke arah Brilliant, lain halnya dengan Brilliant yang tak tampak tak peduli dengan Arumi. Brilliant langsung berjalan sementara Arumi berhenti beberapa saat sampai Brilliant berjalan beberapa meter. Sesampainya di meja makan Brilliant dan Arumi makan di meja yang sama. Keduanya tak saling sapa apalagi ngobrol. Hening, begitulah suasana ruang makan itu. Arumi mengingat masa SMA nya saat Brilliant berdiri di depan lapangan sebagai ketua OSIS dan Arumi kena razia karena memakai kaos kaki tidak sesuai aturan. Arumi mengingat wajah Brilliant yang diam dan menyebalkan. Di SMA, Arumi dan Brilliant bagai langit dan bumi. Mereka saling bertolak belakang, Brilliant aktif organisasi, aktif dalam ekstrakulikuler sekolah, siswa berprestasi, sementara Arumi tidak mengikuti kegiatan apapun, Arumi juga bukan termasuk siswa berprestasi dan nilainya juga standar. Brilliant dikenal sebagai siswa berprestasi, sementara Arumi siswa bermasalah karena seringnya ia melanggar peraturan sekolah. Dan jika Arumi melanggar peraturan maka Brilliant lah yang sering memberikan hukuman pada Arumi. 'Entah bagaimana reaksi teman SMA ku jika mereka tahu aku menikah dengan si Ian menyebalkan ini,' batin Arumi sambil sedikit melirik ke arah Brilliant lalu melanjutkan makannya kembali. Brilliant lebih dulu menghabiskan makanannya. Sementara Arumi masih mengenang masa-masa saat ia SMA yang sering dihukum oleh lelaki yang kini menjadi suaminya. "Lelet!" cibir Brilliant karena Arumi belum juga menghabiskan makanannya. Arumi langsung melihat ke arah Brilliant dan menatapnya dengan tajam. "Makan ya makan, jangan sambil melamun seperti itu,” ucap Brilliant sambil bangkit dari duduknya dan meninggalkan Arumi begitu saja. Sementara Arumi memeletkan lidahnya saat Brilliant sudah membalikan tubuhnya. “Dia sangat menyebalkan!" ucap Arumi pelan. Arumi pun melanjutkan makannya dengan nyaman. “Sepertinya aku harus mulai terbiasa tinggal bersama dia di sini. Hidup masing-masing itu lebih baik. Dan akan jauh lebih baik jika dia tak mengomentariku karena setiap dia berkomentar membuat aku ingin melawannya. Sabar-sabar,” ucap Arumi pelan sambil mengelus dadanya. Setelah itu Arumi melanjutkan makannya. Arumi kembali ke kamarnya dan ia langsung mengambil salah satu novel yang belum pernah dibaca di rak buku. Arumi memilih membaca novel itu di kursi kerja. Arumi sangat senang membaca novel, ia suka membaca sampai lupa waktu. Seperti sekarang ini Arumi membaca novel hingga ia menguap beberapa kali. Arumi melihat ke arah jam di kamarnya, dan saat itu jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. “Aku lanjutkan baca novelnya besok saja,” ucap Arumi sambil menyimpan pembatas di halaman terakhir yang ia baca dan menutup novel yang ia pegang. Arumi menyimpannya di atas meja. “Sekarang lebih baik aku tidur, aku tak boleh bangun kesiangan,” ucap Arumi sambil berdiri. Sementara itu Brilliant masih mengerjakan pekerjaannya di laptop. “Sepertinya aku harus mengatakan sesuatu pada si bar-bar itu besok pagi,” ucap Brilliant. *** Keesokan paginya Brilliant sudah siap pergi ke kantor, Brilliant bekerja di salah satu perusahaan multinasional. Meskipun Kenan memiliki beberapa hotel dan kapal pesiar, Brilliant sama sekali tak tertarik mengelola hotel-hotel itu. Brilliant memakai kemeja biru dengan dasi senada. Setelan jas dan pantofel hitam membuat ia terlihat gagah. Tidak ada yang memungkiri ketampanan dari anak sulung Kenan dan Delian itu. Sorot matanya tajam dan mempesona. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan Brilliant keluar dari kamarnya. Setelah keluar dari kamarnya Brilliant berjalan ke arah pintu kamar Arumi yang ada di sebelah kamarnya. Brilliant mengetuk pintu kamar Arumi, tapi tak ada jawaban. Karena tak mendapat jawaban, Brilliant kembali mengetuk pintu. “Buka pintunya, gadis bar-bar,” ucap Brilliant. Tapi Brilliant tak mendengar suara apapun dari dalam kamar. "Apa aku buka saja pintunya?" pikir Brilliant. Setelah berpikir beberapa detik, Brilliant pun membuka pintu kamar itu. "Tidak dikunci ternyata,” ucap Brilliant. "Ya ampun, anak itu," ucap Brilliant tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD