Keceplosan

1176 Words
“Ada yang memborong cupcake pesanan tadi,” ujar Lira. "Oya?" tanya Arumi antusias. "Iya kak, beliau juga membeli kue yang lain sampai habis tak bersisa,” tambah Lira lagi dengan wajah senang. "Jadi, di bawah udah gak ada kue lagi?" tanya Arumi sambil berdiri. "Iya, tidak ada kak,” jawab Lira sambil mengangguk. "Jadi bagaimana kak? Apa aku perlu meminta Virna, Kiki juga Eri untuk membuat kue lagi?" tanya Lira. "Sudah tidak perlu. Lira, kamu sudah memberikan kode tutup kan di pintu? Takutnya ada pengunjung yang ingin membeli kue lagi,” ujar Arumi. “Sudah kak, Lira sudah mengganti tulisan Open jadi close," jawab Lira cepat. "Oke terima kasih.” "Kalau begitu kalian bisa pulang cepat hari ini,” ucap Arumi sambil tersenyum. “Iya mbak, siap!” jawab Lira. Setelah itu Lira pun keluar dari ruangan Arumi. Setelah kepergian Lira, Arumi berjalan ke arah jendela yang ada di ruang kerjanya. Di sisi jendela itu Arumi melihat keadaan lalu lintas jalan raya yang ramai. "Tumben sekali ada yang memborong kue sampai habis,” pikir Arumi. "Mungkin ini rezeki,” ucap Arumi sambil tersenyum. Tak lama setelah itu Lira kembali masuk ke ruangan Arumi dan ia memberikan hasil penjualan kue hari itu pada Arumi. Setelah Arumi berterima kasih Lira kembali keluar dan meninggalkan Arumi disana. “Penjualan kue hari ini cukup besar juga,” ucap Arumi pelan setelah ia menghitung uang diatas meja kerjanya. "Sekarang masih pukul empat sore,” tambah Arumi sambil melihat ke arah jam dinding yang ada di ruangan. "Sepertinya aku masih punya waktu jika aku ke rumah papa dulu. Aku akan membawa buku dari kamar,” ucap Arumi, setelah itu ia memesan ojek online melalui aplikasi diponselnya. Arumi keluar dari toko kue itu dan ia naik ojek yang ia pesan. Arumi ingin sampai lebih cepat ke rumahnya. Saat diperjalanan, Arumi berhenti di pinggir jalan dan membeli beberapa jenis makanan untuk orang rumah. Sesampainya di rumah. "Arumi, kamu pulang?" tanya bibi Elsa saat melihat Arumi masuk ke ruang tamu. "Iya Bi,” jawab Arumi sambil memeluk bibinya. "Apa papa sudah pulang bi?" tanya Arumi. "Sudah Arumi, papa kamu ada di teras belakang rumah,” jawab Elsa. “Oh iya bi, ini makanan untuk di sini. Aku ga bawa kue dari toko karena kuenya habis diborong,” ujar Arumi sambil menyerahkan dua kantong di tangannya, Elsa pun menerimanya. "Terima kasih ya Arumi,” jawab Elsa. Arumi menganggukan kepalanya. Setelah itu Arumi bergegas ke rumah teras belakang rumah untuk menemui Aditya. Sementara Elsa berjalan ke arah dapur. Sesampainya di teras belakang rumah Arumi tersenyum melihat Aditya tengah memegang koran di bangku panjang. 'Bagaimana kabar Arumi ya?' pikir Aditya sambil melihat ke arah burung yang terbang di udara. "Papa,” panggil Arumi. Aditya yang saat itu sedang memikirkan Arumi langsung melihat ke arah Arumi. "Arumi,” jawab Aditya kaget karena putri sulungnya ada di sana. Arumi berjalan menghampiri Aditya sambil tersenyum. Aditya menutup koran yang sedari tadi sebenarnya tak ia baca karena sibuk memikirkan nasib Arumi yang menikah dengan Brilliant. "Apa kau kemari dengan suamimu nak?" tanya Aditya melihat ke arah belakang Arumi berharap Arumi datang bersama Brilliant. Arumi menggeleng lalu duduk di samping Aditya. "Suamiku kan kerja pa, aku juga dari toko kue langsung kemari. Arumi ingin mengambil buku-buku Arumi di kamar yang belum sempat Arumi baca,” ucap Arumi sambil mendudukan tubuhnya. Padahal Arumi tidak tahu apa yang dilakukan Brilliant setelah dari bandara karena ia tak menanyakan apa yang akan dilakukan Brilliant. "Kalian tetap bekerja?” tanya Aditya sambil menatap Arumi tak percaya. Arumi menganggukan kepalanya. "Papa tidak tahu kalau menantu papa itu gila kerja,” ujar Arumi sambil nyengir. "Ah sama saja seperti dirimu,” ledek Aditya sambil mencibir Arumi yang memang gila kerja hingga ia tak ada waktu hanya untuk berkencan dengan seorang lelaki. "Kamu bahkan sakit pun tetap memaksa untuk toko, padahal di toko pun kan ada Lira yang bisa menghandle,” ujar Aditya yang sudah tahu pegawai Arumi. Arumi pun tersenyum. "Eh, tapi hubungan kamu dengan Brilliant baik-baik saja kan walau kalian dijodohkan? Papa dengar kamu dan Brilliant adalah teman SMA. Apa itu benar?" tanya Aditya. “Iya benar pa,” jawab Arumi. "Oh iya pa, Arumi tidak bisa lama-lama, soalnya Arumi tidak diizinkan menginap,” ucap Arumi sambil berdiri. “Oalah, pasti. Pasti kalian masih masa-masa honeymoon. Tidak mungkin Brilliant mengizinkan kamu menginap,” goda Aditya. "Ih papa bicara apa sih?" ucap Arumi sambil memanyunkan bibirnya. Aditya hanya tersenyum. Setelah itu Arumi berpamitan pada Aditya. Arumi mengambil beberapa buku dari kamarnya, saat Arumi mengambil buku Arumi memesan ojek online untuk pulang ke rumah. Seementara itu di tempat lain, Brilliant sedang berada di kafe bersama kedua temannya, Haris dan Reza. Jika sedang suntuk Brilliant lebih memilih pergi ke kafe dan bertemu kedua temannya itu. “Yan, katanya kamu kemarin nikah, kok ga ngundang kita. Sudah tidak menganggap kita teman?" tanya Haris sinis. “Iya ini Yan, aku tahu dari adikmu Denis. Dari postingannya tapi sayangnya adikmu itu tak memperlihatkan pengantin perempuannya,” tambah Reza. “Oh itu. Tak ada teman yang aku undang, hanya akad nikah saja dan resepsi kecil-kecilan," jawab Brilliant dan langsung meneguk air mineral dihadapannya. "Oh jadi acara pernikahannya ga sebesar dulu ya saat kamu nikah sama Celine?" tanya Haris. Dan ucapan itu sukses membuat Brilliant kembali mengingat sosok Celine, istrinya. Tiba-tiba wajah Brilliant menjadi dingin. Reza langsung menyenggol lengan Haris. "Duh Ris, hati-hatilah kalau ngomong. Bagaimana sih kamu ini,” ujar Reza pelan mengingatkan kalau tak seharusnya Haris menyebut dan membahas tentang Celine yang memang sulit dilupakan oleh Briliant. "Oh iya gue lupa,” ucap Haris sambil menutup mulutnya. "Ya maaf, keceplosan gue,” bisik Haris. "Yan,” panggil Haris membuyarkan lamunan Brilliant. Brilliant melihat ke arah Haris. “Maaf yan, tak seharusnya aku membahas,...” Haris memotong kalimat yang diucapkan. "Iya tak apa Ris,” jawab Brilliant sambil menganggukan kepalanya. "Oh iya ini sudah sore, aku pulang duluan ya!” ujar Brilliant. Haris dan Reza pun menganggukan kepalanya dan membiarkan Brilliant keluar dari kafe itu. Setelah kepergian Brilliant. "Kasian banget Ian,” ucap Haris. Reza langsung melihat ke arah Haris. "Kasian apanya?" tanya Reza. "Sepertinya dia belum benar-benar lupa akan Celine dan aku rasa ia menikah sekarang juga karena terpaksa. Aku pernah dengar dari Denis kalau ibunya takut Ian tak suka lagi perempuan,” ujar Haris. "Jadi mungkin ya Ian sekarang menikah karena dipaksa,” pikir Haris. "Ah sudahlah, jangan mikir macam-macam Ris. Lebih baik urus saja hidupmu, Iyan sudah menikah dua kali, kita kapan?" tanya Reza. Mendengar pertanyaan itu Haris pun tertawa. "Ah kamu benar juga,” ucap Haris. "Sepertinya kita harus mulai niat menikah ini bro dan harus mulai belajar ilmunya juga,” ajak Haris. Reza pun menganggukan kepalanya. Di tempat lain, Arumi baru tiba di kediaman El Zein, sesampainya Arumi di sana Arumi dibantu oleh pegawai laki-laki membawakan buku yang ia bawa dari rumah Aditya. Ternyata Arumi membawa buku dari kamarnya dengan jumlah yang cukup banyak. Saat Arumi akan masuk ke kamar Brilliant, pegawai yang mengikuti Arumi mencegahnya. "Maaf nona,” ucap pegawai itu. Arumi langsung mengurungkan niatnya yang hampir membuka pintu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD