Double Date!

1586 Words
Raila mematut dirinya di cermin. Ia memakai riasan tipis. Riasan menor bukanlah gayanya. Bahkan ia juga hanya memakai kaos bertangan pendek gombrong yang dipadukan dengan jeans panjang. "Ngapain sih dandannya lama gitu?" tanya Dani muncul di depan pintu kamar Raila yang dibiarkan terbuka. "Gak lama, kok. Lagian wajar kan kalau saya dandan. Ini kan hari istimewa! Saya mau kencan dengan pacar saya!" jawab Raila. "Ck, sombong sekali! Saya juga mau kencan dengan Salsa!" "Ya udah, sana jemput pacarnya!" ucap Raila dengan kesal. Dani mengerjap, sial! Ia baru sadar kalau dirinya kan pihak pria? Haruskah menjemput? Tapi ia tak bisa membiarkan Raila berduaan dengan si Bodoh Satria! Ia menyeringai, sebuah ide masuk di kepalanya. "Ah, saya dan Salsa sudah janjian untuk bertemu di tempat. Salsa itu wanita tangguh. Dia tidak cengeng dan manja, kencan juga gak perlu dijemput kok! Padahal saya memaksa pengen jemput dia!" "Ck, alesan!" ucap Raila sambil mengambil tasnya. "Kamu mau kemana?" tanya Dani sambil mengikuti langkah Raila di belakang. "Kok nanya lagi sih, Bos? Kan kencan! Ini bentuk penyegaran diri setelah seminggu penuh saya bekerja pada Bos yang menguras kesabaran." "Kamu tidak tahan dengan pesona saya? Wah, kamu pasti mati-matian menahan diri agar tidak berselingkuh dari Satria kan?" "Ck, narsis! Enak saja, saya tidak tahan dengan atasan saya yang sangat menyebalkan!" "Haha, tapi tampan kan?" Raila mengambil ponselnya lalu duduk di sofa. Ia sedikit heran, perasaan tadi ponselnya ada di kamar. Kenapa sekarang pindah ke meja di ruang TV? "Nelpon Satria ya?" tanya Dani. "Iya," jawab Raila tanpa memindahkan pandangannya dari layar ponsel. "Minta dijemput?" tanya Dani lagi. "Iya, bawel amat sih, Bos!" "Gak bakalan mau!" jawab Dani dengan percaya diri. "Apa? Jangan sok tahu! Satria akan jemput saya, kok!" Dani mengacungkan ponselnya. Di layar itu ada foto percakapan Raila dan Satria yang menyuruh Satria menunggu di lokasi kencan. "Apa-apaan itu?" tanya Raila dengan kaget. Kapan ia menghubungi Satria? "Kamu masih gak percaya?" Raila menatap tak percaya atas apa yang dilihatnya! Buru-buru ia mengecek percakapan terakhir dengan Satria. Sial! Dani sudah menghapus semuanya. "Bos bajak ponsel saya lagi?" tanya Raila dengan kesal. "Enggak, hanya mengecek saja. Kamu kan sekretaris saya juga. Jadi saya harus memastikan barangkali kamu lupa memberi kabar kalau ada kolega saya yang menghubungi saya lewat kamu," jawab Dani dengan santai. Rasanya ia ingin mengumpat sekeras-kerasnya tapi tertahan saat Satria mengirim foto bahwa pria itu sudah berada di lokasi. "Keterlaluan! Kenapa Bos bilang saya tidak mau dijemput?" "Kamu gak pernah larang." Dani berjalan santai mengambil kunci motornya. "Ish, setidaknya jangan mengatakan kalau motor Satria itu tidak nyaman! Bagaimana kalau Satria salah faham?" tanya Raila dengan gelisah. "Ck, gak apa-apa, biar dia tahu diri juga kan? Masa bawa kamu pake motor jelek!" "Ish, dasar menyebalkan!" "Sudah, daripada kamu marah-marah, mending kita berangkat! Pacar kita sudah menunggu di lokasi!" Meski masih kesal, Raila akhirnya mengikuti langkah Dani. Sesampainya di lokasi, nampak Salsa dan Satria sudah menunggu mereka. Rencananya mereka akan pergi menonton terlebih dahulu. "Ah, akhirnya kalian datang! Ayo, aku sudah membeli tiketnya!" ucap Salsa dengan girang. Lalu ia segera menyelipkan tangannya di lengan Dani. Raila hanya berdecak halus. "La, ini buat kamu!" Satria mengulurkan setangkai bunga mawar merah yang masih sangat segar. "Wah, makasih, ya? Hm, bunganya wangi. Aku suka!" jawab Raila. Dani mencibir, "bagus apanya? Aku bisa memberimu puluhan kebun mawar kalau mau." "Ck, Bos tidak faham arti bunga untuk wanita!" jawab Raila dengan kesal. Satria hanya memutar bola matanya dengan malas. Sebenarnya ia kurang setuju dengan kencan bareng ini. Dani sangat menyebalkan. Kalau saja tidak ada Raila di sini, mungkin Satria sudah melayangkan bogemnya ke wajah tampan Dani. "Dan, kenapa kamu gak bawa bunga buat aku?" rengek Salsa. "Kamu mau bunga juga? Nih, uangnya, beli aja di samping gedung ini. Ada kok," jawab Dani cuek. Salsa berdecak sebal. Dani menyebalkan! Tapi saat ingat ada Raila di sini, Salsa tersenyum riang, "wah makasih ya? Nanti belinya habis nonton deh, sama kamu." Satria meraih tangan Raila dan menggenggam jemarinya erat. Hal ini tak lepas dari pengawasan Dani. Wuh, rasanya sekujur tubuh Dani terbakar hingga ke ubun-ubun. Dani mengerjap beberapa kali. Ia menelan ludah dengan susah payah. Sial, ini sangat menyiksa! "Ekhm, cuaca panas begini, sebaiknya jangan berpegangan tangan!" ucap Dani menyindir pasangan yang berada di depannya. Satria malah dengan sengaja merangkul bahu Raila. "Menyentuh pasangan yang kita cintai saya rasa malah menumbuhkan rasa tenang dan sejuk," jawab Satria sambil mengelus lembut bahu Raila. Kesal, Dani sengaja menubrukkan badannya ke depan hingga membuat Satria dan Raila terpisah. "Aduh, maaf, gak sengaja, hehe!" jawab Dani dengan cuek. Salsa tentu saja marah. Kenapa dengan Dani? Dia seperti pria yang sedang cemburu? Bukannya mereka tidak saling mencintai? Selama menonton, Dani fokus pada Raila. Bahkan ia terlihat gelisah saat Satria dengan sengaja membisikkan sesuatu ke telinga Raila. Entah apa itu, yang jelas, Raila tertawa. Ini bagai neraka! Dani gak sanggup lagi. Rasanya ia ingin segera mengakhiri sesi nonton yang membosankan ini. Sementara Salsa masih betah bersandar di bahu Dani. Ia mulai menyusun rencana, bagaimana caranya Dani dan Raila menyudahi sandiwara mereka. Satu jam telah berlalu. Dan Dani merasa ia melaluinya selama satu tahun yang panjang. Rasa terbakar dalam hatinya makin menjadi-jadi. Mereka berempat keluar dari gedung. Raila menggeliat pelan dan melirik Dani yang menatap tajam ke arahnya. Raila menaikkan dagunya, memberi isyarat 'apa lihat-lihat?' Tapi Dani malah makin kesal dan ikut menantang Raila dengan menaikkan dagunya juga. "Wah, filmya romantis ya? O ya, kita makan yuk?" "Makan apa?" jawab Raila dengan antusias. Perutnya sudah meronta dari tadi. "Kita makan bakso aja yuk? Aku tahu tempat yang bagus dan makanannya enak." Raila kurang setuju. "Nasi aja deh, bakso kan gak kenyang!" "Kok nasi sih? Ih, gak seru dong! Kita kan lagi kencan, masa makan nasi? Bakso lebih seru. Ada resto bakso cinta lho? Kamu pasti suka!" jawab Salsa. "Udah, nasi aja! Lagi pula saya juga lapar," ucap Dani sambil melirik Raila yang sedikit cemberut. Ia tahu selera Raila. Gadis itu lebih suka makan nasi daripada bakso. Apalagi ini masuk jam makan siang. "Kok gitu sih, Sayang?" Salsa merajuk manja. Masa Dani lebih mendengarkan pendapat Raila sih? "Mending nasi aja, Sa. Ini kan udah masuk jam makan siang. Nasi juga lebih sehat kan?" Satria ikut menambahkan. Walaupun sedikit cemberut, akhirnya Salsa mengalah. Mereka makan di salah satu restoran yang tak jauh dari gedung bioskop. Dani memesan banyak makanan. Sampai-sampai Salsa bengong melihat pesanan Dani yang sangat banyak. "Kebanyakan dong, Sayang! Aku gak bisa menghabiskan itu semua!" rengek Salsa yang membuat Raila muak mendengarnya. Dani bilang Salsa bukan gadis manja? Apaan, manjanya tak tertolong begitu! "Bukan buat kamu, Sayang!" ucap Dani dengan senyum yang dibuat-buat. "Terus buat siapa?" "Buat dia!" dagu Dani mengarah ke Raila yang duduk di seberangnya. "Ck, kirain. Ah, ya. Kamu kan tahu aku lagi program diet kan?" "Tidak," jawab Dani dengan mata yang masih fokus melihat Raila dan Satria yang tertawa geli melihat layar ponsel Satria. Menyebalkan sekali! "Sayang kok gitu sih?" Salsa merajuk lagi. "Ekhm, pria memang suka sedikit lupa masalah wanita. Tapi yakin deh dia hanya mikirin wanita yang paling dia sayang," ucap Satria lalu meremas pelan jemari Raila dan menatapnya penuh cinta. Sontak saja Dani kesal. Rasanya ia ingin mencungkil mata keranjang Dokter Jelek itu dari tempatnya. Dan sialnya, Raila malah tersenyum mengejek. Oke, Dani tak mau kalah, dengan segera ia tersenyum ramah pada Salsa. Meski senyuman Dani malah nampak sedikit aneh. "Ah, iya tentu saja. Setiap malam aku hanya memikirkan kamu kok," jawab Dani lalu mencium punggung tangan Salsa membuat Salsa merona dan tersenyum senang. "Makasih, Sayang!" jawab Salsa dengan tatapan memuja. Raila hanya mendelik sebal dan pura-pura meminum tehnya yang entah kenapa terasa seret di tenggorokan. Beruntung, pesanan makanan sudah datang. Untuk meluapkan rasa kesalnya, Raila langsung menyantap makanan yang sudah datang. "Wah, kamu udah lapar banget ya, La? Sampai buru-buru gitu!" tegur Salsa. "Iya, lapar gak boleh ditahan! Makan aja, jangan nahan lapar karena gengsi!" jawab Raila sambil melanjutkan makannya. "Wah, aku juga lapar. Ayo makan!" Satria mengikuti tindakan Raila. Begitu pula Dani. Hanya Salsa yang masih belum makan. "Kamu makan banyak gitu gak takut gendut apa? Penampilan buat cowok nomor satu, lho!" Salsa masih tak mau kalah. Ia kesal pada Raila. Kenapa gadis itu masih menjadi perhatian Dani? Padahal kan mereka bilang tidak memiliki perasaan satu sama lain? "Tidak. Bagiku, sehat nomor satu. Dan makan adalah salah satu cara agar badanku tetap sehat. Kalau pasangan kita benar-benar menyukai kita, ia tidak akan banyak menuntut kita untuk menjadi orang lain," jawab Raila sambil menambahkan sambal ke piringnya lagi. Salsa masih menggerutu pelan, ia tidak menjawab lagi. "Sudah-sudah! Makan saja! Lagipula, Raila bener kok, makan nomor satu. Ngapain diet kalau malah membuat kerepotan." Dani melerai Salsa dan Raila. Raila menghabiskan sambal yang super pedas itu. Wajahnya memerah. Melihat hal itu, sontak Satria mengulurkan air teh hangat padanya. "Minum ini!" "Minum ini!" Dalam waktu bersamaan, Dani juga mengulurkan es jeruk miliknya pada Raila. Raila menatap keduanya bergantian. "Air hangat lebih baik untuk mengusir pedas," ucap Satria dengan senyuman tulusnya. "Ck, es jeruk juga bagus, banyak vitamin C-nya buat kamu, ini minum!" "Saya butuh minuman yang meredakan rasa pedas!" jawab Raila lalu mengambil pemberian Satria. Dani menyimpan kembali es jeruk miliknya dengan kesal. Sial! Ia kalah lagi! "Ah, kamu benar! Lagipula, saya gak berniat ngasih ke kamu tadi. Hanya memberi tahu saja. Minum es jeruk banyak vitaminnya," Dani menyimpan kembali gelasnya dengan kesal. Raila tersenyum menang. Ia puas membuat Dani kesal berkali-kali. Selesai makan, mereka pulang. "Aku antar ya, La?" ucap Satria lalu merangkul bahu Raila. "Boleh, ayo!" jawab Raila lalu naik ke motor Satria. "Kamu gak apa-apa kan naik motor jelekku?" tanya Satria setelah Raila duduk di belakangnya. "Ah, tidak, siapa bilang?" jawab Raila. "Tapi waktu berangkat kamu bilang motorku gak nyaman. Nanti saya beli motor yang lebih nyaman buat kita jalan!" jawab Satria. Sial, ini pasti akibat ulah Dani yang membajak ponselnya! "Ah, itu, haha. Aku cuma bercanda! Aku tadinya mau bilang, sejelek apapun motornya, kalau dibonceng sama orang yang kita cintai pasti lebih nyaman," jawab Raila, huft, akhirnya ia bisa menjawab Satria. Pria itu tersenyum senang dan mengenakan helmnya. "Bos saya duluan ya?" Raila melambaikan tangannya pada Dani yang mendelik kesal. Rasanya Dani ingin mengutuk acara kencan bareng ini!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD