Bab.1. Hari Yang Indah.

1076 Words
"Ahhh ...." Suara lenguhan semakin terdengar merdu membuat siapa saja yang mendengar menjadi merinding. Dua anak manusia sedang b******u dengan begitu mesra. Bastian sedang menciumi leher jenjang Alesha yang putih mulus. "Bastian, ja-jangan lakukan ini!" Alesha mencoba menolak apa yang dilakukan calon suaminya. Namun Bastian sudah terbakar api gair*h yang membuat lelaki tampan itu mulai blingsatan. "Kita akan menikah beberapa hari lagi, Sayang! Apa kau tak percaya akan cintaku?" tanya Bastian merangkum wajah ayu Alesha dengan tatapan penuh kabut gair*h. "Ta-tapi aku ta-takut!" Aleshya menatap sayu kepada wajah tampan calon suaminya. "Aku janji akan melakukan dengan perlahan," ucap Bastian menenangkan. Bastian tak menunggu jawaban dari calon istrinya, dia mulai mencium bibir ranum Alesha. Tangannya mulai bergrilya mencari dua benda yang selalu dia incar sejak lama. "Ahh ...!" Alesha kembali mendesah saat bagian dad*nya diremas pelan oleh tangan besar Bastian. Bastian dengan tidak sabar menarik dress yang dikenakan Alesha hingga tubuh putih bersih itu terlihat. Bagian d*d* yang tak begitu besar namun padat terisi, membuat Bastian tersenyum memandang ciptaan Tuhan yang terlihat sempurna. "Jangan menatapku seperti itu!" Alesha mencoba protes kemudian menunduk malu. "Ini sungguh indah, Sayang," puji Bastian tulus. Bastian pun mulai melepas semua pakaian yang dia kenakan. Lelaki tampan itu mulai membius Alesha dengan ciuman yang memabukkan. Lenguhan panjang semakin sering terdengar. Membuat gejolak Bastian tak bisa ditahan. Bastian melepas penghalang bagian d*d* Alesha, lelaki itu bermain diantara benda kenyal itu. "Bastian, ah .... Hentikan!" Alesha merasa geli dan merasa aneh pada tubuhnya. Karena sejak pacaran dengan Bastian, keduanya tak pernah melakukan hal sejauh ini. Dan hari ini, lelaki tampan itu kalap tak bisa menahan diri lagi. Bastian cukup lama bermain di dua benda kenyal itu, bahkan memberikan tanda merah dibeberapa tempat. Kecupan mulai turun ke bawah dan membuka satu-satunya penghalang di bawah sana. Bastian tersenyum tipis, dia mulai bermain di lembah kenim*t*n dan bermain di sana. Alesha semakin belingsatan karena merasa ha aneh namun enak untuk dirasakan. "Bastian ...! Aku ...!" "Sungguh harum dan nikm*t, Sayang!" Bastian terus memuji keindahan yang ada di depan mata. Lelaki itu terus memainkan lembah surgawi hingga Alesya mulai berteriak menyebut nama lelaki tampan itu dengan tubuh bergetar. "Bastian, a-aku, ahh ...." Nafas terengah dan keringat mulai mengucur membasahi tubuh Alesya, senyum puas dari Bastian juga tercetak jelas. Lelaki tampan itu mulai mengungkung tubuh tak berdaya, memberi kecupan hingga ciuman panas lagi. Alesya menyambut ciuman kekasihnya dengan semangat. Dia sudah merasakan kepuasan yang terpendam, sedangkan lelakinya belum merasakan itu. Lenguhan kembali terdengar, hingga rasa tak sabar Bastian mulai meminta izin untuk menuntaskan hasr*tnya. "Aku mencintaimu, Alesya!" Bastian mulai menghujam lembah nirwana milik kekasihnya dengan gerakan lembut. Bahkan Bastian bisa merasakan ada darah perawan yang mengalir. Lelaki itu tentu bangga bisa memiliki Alesya seutuhnya. Beberapa hari lagi tali pernikahan akan digelar. Tentu keduanya sangat bahagia. Beberapa menit berlalu, Bastian merasakan denyutan yang membuat dia merinding hingga keduanya menuju puncak bersama. "Terima kasih, Sayang!" Bastian mengecup kening Alesya yang basah dengan keringat. Tubuh keduanya masih menyatu, Bastian hanya berguling ke samping dengan memeluk erat tubuh calon istrinya. Karena merasa kelelahan, Alesya memilih memejamkan mata. * Satu jam berlalu, Alesya bangun dari tidurnya. Wanita cantik itu mengerang merasakan sakit di sekujur tubuhnya. "Eghh ...!" 'Kenapa tubuhku sakit semua?' tanya Alesya dalam hati. Wanita berambut panjang itu belum mengingat semua yang terjadi dengan calon suaminya. Mata Alesya terbuka lebar, saat dia menyadari di mana keberadaannya sekarang. "Di apartemen Bastian," monolog Alesya sambil menepuk pelan keningnya. 'Astaga, bagaimana aku melalui hari-hariku setelah keperawananku terenggut oleh Bastian?' tanya Alesya dengan wajah merona malu. Kilasan kejadian satu jam lalu mulai berputar di ingatannya. Alesya tersenyum malu, untungnya Bastian sedang tidak ada di kamar. "Aku mandi dulu deh!" Alesya mencoba bangun agar bisa ke kamar mandi. Namun baru bergeser menurunkan kakinya, dia sudah tidak tahan merasakan nyeri di area kew*nita*nya. "Aduh, sakit!" Alesya mengeluh sambil meremas selimut yang dia pakai. Bertepatan dengan itu, Bastian masuk ke kamarnya. Melihat calon istrinya sudah bangun, lelaki tampan itu tersenyum kemudian berjalan mendekat. "Kamu sudah bangun, Sayang?" Alesya menatap tak berkedip ke arah Bastian, lelaki itu semakin mendekat kemudian menarik selimut yang membalut tubuh indah kekasihnya. "Bas, apa yang kau lakukan?" Alesya merasa malu karena tak ada satu pun kain yang menutupi tubuhnya. "Aku akan mengantarmu mandi, Sayang. Kamu tidak bisa jalan sendiri, bukan? Setelah berendam, kamu akan merasa lebih baik," jawab Bastian sambil mengangkat tubuh kekasihnya. Meski malu, Alesya merangkul leher kekasihnya. Keadaan intim kembali terjadi, namun Bastian tak akan meminta jatah lagi. Mungkin lain kali meski sekarang sesuatu di bawah sana sedang berontak. Bastian tak ingin membuat calon istrinya sampai tak bisa jalan dan akan membuat semua orang rumah bertanya mengenai keadaan Alesya. 'Tahan, Bas. Tinggal beberapa hari lagi, kamu bakal miliki Alesya seutuhnya.' "Bas, kamu keluar dong! Aku malu," ucap Alesya mengusir halus kekasihnya. "Iya, aku tunggu di luar ya, dandan yang cantik. Kamu enggak lupa kalau Rinjani undang kita makan malam di apartemennya, kan?" tanya Bastian mengingatkan. "Iya, aku enggak lupa," jawab Alesya sambil memejamkan mata karena menikmati hangatnya air yang merendam seluruh tubuhnya. Alesya membuka mata saat, Bastian sudah menutup pintu kamar mandi. "Apakah Rinjani akan paham kalau kami sudah melakukan sesuatu?" tanya Alesya. * Tiga puluh menit berlalu, Alesya sudah cantik dengan dress warna pink dengan aksen bunga. Rambutnya sudah dia keringkan. Penampilan Alesya sudah sangat cantik. Wanita itu menoleh ke arah ranjang, senyum tipis dengan pipi merona kembali terlihat. Ranjang berantakan itu sudah mulai rapi dan bersih, kemungkian Abian yang menggantinya. Karena di apartemen lelaki itu tak ada pembantu. "Sudah jam tujuh, kalau tidak segera berangkat nanti Rinjani akan ngomel," monolog Alesya keluar dari kamar kekasihnya. Bastian menoleh menatap calon istrinya yang sudah tampil cantik. "Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Bastian sambil memperhatikan jalan Alesya yang sedikit aneh. Lelaki itu tersenyum, mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan wanitanya. Keduanya sudah menghilangkan rasa canggung dan malu akibat pertempuran sore tadi. Sepanjang perjalanan ke apartemen Rinjani, Bastian selalu membuat lelucon. Alesya akan tertawa karena merasa terhibur dengan tingkah calon suaminya. Hanya butuh dua puluh menit, keduanya sampai di hunian Rinjani. Wanita berambut sebahu itu menyambut sahabatnya dengan senyum manisnya. "Kalian sudah datang, ayo masuk!" Rinjani membuka pintu lebar agar Bastian dan Alesya masuk. Keduanya berjalan masuk ke arah rung tamu, namun baru bebarapa langkah, Rinjani melihat ada yang aneh dengan cara berjalan sahabtnya. "Alesya, kenapa jalanmu aneh? Apa kakimu sakit?" tanya Rinjani menatap penasaran ke arah kaki Alesya. Bastian dan Alesya seketika gugup dan pucat, karena tidak mungkin mereka menjelaskan apa yang baru saja terjadi kepada Rinjani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD