Bab 3

1036 Words
Pak Kusno ketemu Cita citata Eh, Om Reno kayaknya mulai jatuh cinta   Pergi ke pasar membeli pepaya. Pepaya habis jadinya beli tinta. Sama siapa Om Reno jatuh cinta. Sama siapa lagi Kalau bukan sama Maya. Jupri berdiri."Neng mau beli apa?" Maya menyodorkan catatannya. "Ini,Bang." Jupri melihat catatan itu."Kok tumben belanjanya siang-siang begini?" "Iya, soalnya udah kehabisan. Masih banyak yang mau beli. Jadi, cepet-cepet ke sini deh,"kata Maya. Jupri mengambilkan pesanan Maya sesuai dengan yang tercatat di sana. "Terus tadi Trisno sama Paijo kemana, Jupri? Bukannya mau beli sup buahnya Maya ya? Saya udah haus banget lagi," kata Reno. "Oh...yang kerja di sini juga, ya, Om. Saya suruh nungguin warung saya dulu. Soalnya emak juga lagi antar pesenan ke kelurahan." Maya tersenyum polos. Reno menepuk jidatnya sambil menggeleng-gelengkan kepala."Maya...Maya, kita udah kehausan di sini malah kamu tahan di sana." "Iya, Om...habis ini langsung saya suruh pulang. Maaf, ya, Om duda." Maya tersenyum lagi. “Iya udah enggak apa-apa, tapi suruh cepetan ya, maya. Kita udah haus.” “Siap, Om Duda.” Maya segera membayar buah tersebut dan buru-buru pulang. Ia merasa tidak enak sudah menahan Paijo dan Trisno di warungnya. Matahari semakin bersinar dengan terik. Semua orang di pasar   terlihat banyak yang berteduh di bawah pepohonan sambil menunggu pembeli. Beruntung kios buah Reno berada di dekat pohon sehingga udara tidak terlalu panas di sana. Mereka hanya meneguk air putih yang ada untuk menghilangkan rasa dahaga karena Trisno dan Paijo tak kunjung tiba. Trisno dan Paijo pun akhirnya  muncul. Wajah mereka terlihat begitu bahagia sambil menenteng bungkusan. "Bos!" "Akhirnya datang juga,"kata Reno. "Lama banget sih kalian!" protes Jupri. "Ya bantuin jaga warung, kan tadi juga Mbak Maya ke sini," kata Trisno sambil membuka bungkusan."Ini Bos sop buahnya. Kata Mbak Maya spesial buat Bos Om Duda." Reno menepuk lengan Trisno."Mau ikutan manggil Om Duda juga?" "Lah kan saya cuma niruin kata Mbak Maya. Katanya, ini spesial buat Om Duda. Gitu, Bos,"jelas Trisno lagi. "Spesial bagaimana?" Reno mengambil Sop buah dari tangan Trisno. "Katanya sih spesial pakai cinta," balas Trisno. "Ah, ngarang banget kamu!" Reno membuka tutup cup lalu menyeruput airnya sedikit. Manis, enak, dan menyegarkan. Lalu diambil sendok dan menyendokkan buah di dalamnya. Ia mengangguk-angguk sebagai tanda rasanya enak. Paijo membuka kantong plastik yang ia bawa."Dan...satu lagi Bos, ini ada nasi campur. Dikasih gratis sama Mbak Maya." "Gratis? Kok bisa?" Reno mengerutkan dahinya. "Soalnya Mbak Maya ngerasa enggak enak udah nyuruh kita nungguin warungnya. Kan Bos jadi kehausan. Gitu, Bos." Reno menerima bungkusan itu dengan perasaan bersalah."Kenapa enggak kamu bayar aja tadi, Jo?" "Uangnya kurang, Bos. Nasinya dikasih empat. Sisa duitnya cuma cukup bayar satu bungkus nasi,"jelas Paijo yang kini sudah mengambil posisi duduk yang nyaman untuk makan siang. "Wah, Mbak Maya perhatian juga," kata Jupri. Reno mengangguk-angguk."Oh ya udah deh. Nanti kalau Maya ke sini saya bayar. Ya udah pada makan." Ponsel Reno berbunyi, beberapa pesan masuk dari Randy dan Rion. Kedua sahabatnya itu mengajaknya bertemu untuk urusan bisnis mereka. Ada yang unik dari persahabatan mereka. Mereka punya banyak  kesamaan. Mereka memiliki inisial nama panggilan yang sama. Punya status yang sama. Randy dan Rion juga berstatus duda. Mereka bertiga dipertemukan di pengadilan agama dalam kasus perceraian di hari yang sama. Pertemuan waktu itu membuat mereka akrab dan sering kali bekerja sama dalam menjalankan bisnis mereka. Mereka akan saling membantu dari mereka yang mengalami masalah. Randyan Radana, seorang Direktur di salah satu perusahaan konstruksi. Usianya 40 tahun. Diceraikan sang isteri akibat selalu sibuk di kantor. Ia sangat mencintai pekerjaannya sehingga lupa dengan keluarga. Pergaulannya hanya di ruang lingkup pekerjaan. Selain itu, ia digugat cerai akibat kurang bisa memuaskan sang isteri di atas ranjang. Randy pun mendapat julukan Duren Kuper (Duda Keren Kurang Pergaulan) Rioner Mahesa, Youtuber, content writer. Di antara mereka bertiga, Rion lah yang memiliki usia paling muda, yaitu 30 tahun dan memiliki kisah yang paling tragis. Rion adalah lelaki yang lemah lembut. Ia diceraikan sang isteri karena, isterinya hamil dengan laki-laki lain. Pengkhianatan sang isteri itu bahkan sudah berjalan sejak mereka masih pacaran. Hati Rion hancur berkeping-keping atas pengkhianatan yang dilakukan oleh wanita yang sangat ia cintai itu. Untunglah ada Reno dan Randy, rasa sakitnya perlahan menghilang. Atas kisah tragisnya, ia tidak mendapat julukan. Terakhir adalah Aditya Reno Pratama, usianya 35 tahun. Pengusaha buah. Memiliki beberapa perkebunan buah, hasilnya ia distribusikan ke beberapa pasar serta super market di dalam maupun luar kota. Diceraikan karena memang sudah tidak ada kecocokan di antara mereka.   ** Sebuah mobil mewah memasuki kawasan pasar. Semua pengunjung pasar menatap ke arah orang yang keluar dari sana. Dua orang pria dengan gaya necis itu berjalan sambil memakai kacamata. Dari penampilan, mereka terlihat orang berada. Namun, sayangnya orang-orang justru berbisik kalau mereka salah tempat. Mereka tidak cocok ke pasar dengan pakaian seperti itu. Dua pria itu adalah Randy dan Rion. Hari ini, mereka berjanji akan mengadakan pertemuan yang memang sudah menjadi agenda mingguan mereka. Kali ini, mereka yang berkunjung ke tempat Reno. "Eh...akhirnya datang juga!" Reno menjabat tangan kedua sahabatnya. "Wah, lumayan rame pasarnya ya. Laris dong ini dagangan!" kata Randy sambil melihat sekeliling. "Ya begitulah." Reno terkekeh. Ini sudah sore, Trisno dan Jupri sudah pulang duluan. Tinggal Paijo yang menemaninya. Sekarang, lelaki itu pun tengah memasukkan buah-buahan ke ruang penyimpanan karena kios akan tutup. “Habis ini kita nongkrong, ya, Ran, Ren,” kata Rion pada kedua temannya itu. Walaupun mereka memiliki perbedaan usia, Reno dan Randy sebagai orang yang usianya lebih tua tidak ingin dituakan atau dipanggil ‘Mas’, ‘Pak’, atau panggilan kehormatan lainnya. Mereka merasa mereka adalah sama, senasib dan sepenanggungan sebagai duda. “Iya boleh. Tunggu tutup dagangan dulu,” balas Reno. "Hai, Om Duren." Maya datang dengan ceria seperti biasa. Pandangan Randy dan Rion pun langsung terpusat pada gadis manis itu. "Om Duda keren, kan?" Reno menaikkan kerah bajunya dengan bangga. "Om Duda Reno." Maya memainkan alisnya. Randy dan Rion tertawa keras mendengar ucapan Maya. Baru kali ini mereka melihat Reno yang pendiam dan selalu bersikap dingin digoda oleh gadis muda seperti Maya. "Ada apa, May? Mau beli buah?" tanya Reno sambil menormalkan suaranya. "Iya dong, masa mau beli mukena." Maya menyodorkan catatan seperti biasa. "Paijo, nih...bungkusin pesenan Maya," perintah Reno. Paijo datang tergopoh-gopoh, ia mengambil catatan dari tangan Maya."Sebentar ya, Mbak. Saya ambilkan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD