13. Muncul Fakta Baru

1297 Words
“Aku merasa ada sebuah ikatan di antara kita berdua. Ikatan yang terbentuk secara tidak sadar, namun memiliki arti yang penting. Apakah kita bersaudara?” *** Setelah menghabiskan makan malam di kediaman Adrian Hadiningrat, CEO dari perusahaan kosmetik itu meminta Ahtissa untuk bicara berdua. Spontan baby sitter dari Auriga tersebut terkesiap. Jadi bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang hendak dibicarakan oleh ayah dari anak yang di asuhnya itu. “Tissa, duduklah sini,” pinta Adrian yang memanggil Ahtissa di ruang kerja pria itu yang ada di rumah. Ahtissa mengambil posisi untuk duduk. “Ya Pak, eh Mas, ada apa?” tanya gadis cantik itu agak canggung. “Aku bisa minta bantuanmu?” tanya Adrian sambil menatap serius ke arah Ahtissa. Membuat gadis itu jadi salah tingkah. Ahtissa mengangguk. “Bantuan apa?” “Maukah kau ...” Kalimat Adrian tiba-tiba harus terputus akibat mendadak ada telepon masuk di ponselnya. “Eh sebentar ya, Tissa. Aku angkat telepon ini dulu.” Ahtissa manggut-manggut. Selama Adrian mengangkat telepon, gadis cantik itu dilanda rasa penasaran hingga menebak-nebak apa yang hendak dikatakan oleh pria charming itu. Aduh, kira-kira Mas Adrian mau ngomong apa ya? Maukah kau? Maukah kau ... jadi istriku? Jadi ibu untuk Auriga ... Deg. Ah Tissa, jangan bermimpi! Jangan berharap yang tidak-tidak. Mas Adrian takkan milih aku. Aku nggak pantas. Harus tahu diri. Ahtissa bergumam dalam hati. Ia berhasil dibuat penasaran oleh kalimat Adrian yang terputus. Sampai pria itu bersuara lagi. Cukup membuat sang baby sitter terperanjat. “Oh iya, Tissa aku lanjutkan lagi ya. Maaf tadi sempat angkat telepon dulu,” celetuk Adrian yang diangguki oleh Ahtissa. “Eh iya, Mas. Nggak apa-apa. Tadi Mas Adrian mau bilang apa?” tanya Ahtissa. “Begini, mendadak aku butuh model dadakan untuk pameran produk kosmetikku besok. Apa kau berkenan untuk jadi modelnya?” Adrian bertanya pada Ahtissa. Berharap gadis itu mau untuk dijadikan model dadakan. Ahtissa terperangah sambil menganga usai mendengar kalimat yang terucap dari mulut CEO PT Kosmetika Luhur Indonesia itu. Masih tak menyangka jika Adrian menawarinya sebagai model dadakan. “Apa, Mas? Apa Mas Adrian nggak salah memilih saya untuk dijadikan model kosmetik? Saya nggak pantas lho, Mas,” sahut Ahtissa merendah. “Lho, kamu itu cocok sekali. Kulitmu bagus. Wajahmu juga cantik dan menjual. Cocok untuk jadi model dadakan. Mau ya, Tissa? Please, kumohon,” pinta Adrian memelas. Ahtissa tak tega menolak permintaan Adrian. Sepertinya memang pria itu benar-benar membutuhkan model untuk pameran kosmetik yang besok. “Baiklah, Mas. Tapi aku nggak ada background modeling. Belum pernah jadi model. Dulu Mama selalu mewanti-wanti saat masih sekolah nggak boleh sibuk cari penghasilan. Aku sama sekali belum paham tentang bidang pekerjaan itu, Mas.” Ahtissa mengakui hal tersebut. “Sudahlah, kau tenang saja Tissa. Waktu gladi bersih kau harus ikut. Nanti akan di-training juga sama bagian EO-nya. Besok sudah bisa mulai ikut gladi bersih kan?” tanya Adrian. Ahtissa mendesah pasrah. “Terserah Mas Adrian saja. Tapi aku nggak yakin bisa jadi model yang berkualitas. Aku---“ “Sudahlah, yakin saja. Kamu pasti bisa. Terima kasih ya, Tissa. Mau jadi model dadakanku. Sekarang lebih baik kamu istirahat, besok pagi kita berangkat,” saran Adrian. “Auriga besok bagaimana, Mas? Selama aku pergi,” tanya Ahtissa memastikan sang anak asuh. Adrian mendengkus. “Aku sudah menitipkan Adrian pada Rahma besok. Karena kamu kan harus mengikuti pameran kosmetik dadakan. Jadi kamu tenang saja, Auriga akan aman bersama Rahma,” sahut pria tampan berdarah Indonesia – Filiphina itu. “Syukurlah kalau begitu, Mas. Ya sudah, aku istirahat dulu,” ucap Ahtissa yang diangguki oleh Adrian. Ketika Ahtissa bangkit dari kursi, Adrian tiba-tiba memegang tangan gadis cantik itu sembari berkata. “Terima kasih, Tissa. Terima kasih sudah menyanggupi permintaanku. Terima kasih sudah membela anakku di depan teman-teman yang mengejeknya karena nggak punya Ibu. Terima kasih sudah membuat anaknya nyaman bersamamu.” Adrian yang mengatakan terima kasih panjang lebar seperti itu, sukses membuat jantung Ahtissa berdebar-debar kencang. Apalagi dengan sentuhan tahan pria tampan itu di atas kulitnya membuatnya jadi seakan-akan susah bernapas karena pesona seorang Adrian Hadiningrat. Ia jadi salah tingkah. “Sama-sama, Mas. Kalau begitu saya pamit untuk istirahat dulu ya, Mas,” sahut Ahtissa tergesa-gesa. Berusaha pergi dari sana untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat sikap Adrian itu. Ahtissa pun segera melangkah keluar dari ruang kerja Adrian. Gadis itu mengambil langkah seribu agar cepat sampai di kamarnya. Masih terbayang-bayang oleh sang majikan yang semakin hari membuat gadis itu semakin gugup. Ya Tuhan, sikap manis dari Mas Adrian berhasil membuatku jadi deg-degan ini. Selama ini nggak pernah berdekatan dengan laki-laki seperti Mas Adrian. Tapi aku ini cuma seorang baby sitter miskin yang nggak sepadan dengannya. Kalau aku suka padanya aku hanya bisa memendam rasa ini dalam hati saja. Gumam Ahtissa dalam hati. Tak ingin terbayang-bayang oleh sosok pangeran berkuda putih yakni Adrian yang memikat, Ahtissa pun memilih untuk segera ganti piyama tidur, cuci muka, dan gosok gigi sebelum tidur. Job mendadak sebagai model dadakan untuk pameran kosmetik besok mulai menghantui Ahtissa. Masih tak sanggup membayangkan apakah iya bisa menguasai peran yang diberikan oleh Adrian sebagai seorang model. Gadis cantik dan mungil itu jadi kepikiran sepanjang malam. Berusaha memejamkan mata lebih cepat, namun sudah. Akhirnya ia pun bisa tidur setelah mematikan lampu kamar dan bersenandung dalam hati. Itu salah cara yang digunakan Ahtissa jika susah tidur. Cara yang diajarkan oleh Ahlan, kakak laki-lakinya dulu yang entah sekarang berada di mana. Gadis itu sungguh merindukan saudara kandungnya yang tersisa sekarang. Tetapi tak pernah tahu keberadaannya. Sementara itu beralih pada sebuah kediaman mewah yang terletak di Galaxy Bumi Permai, Surabaya Timur, Nenek Puspa tengah sibuk menerima tamu yang seorang detektif. Terjadi perbincangan cukup serius di antara mereka berdua. “Nyonya Puspa, saya membawa kabar yang sudah Anda nanti-nantikan selama bertahun-tahun ini,” tutur sang detektif yang telah disewa oleh Nenek Puspa untuk mencari tahu banyak hal. “Apa? Kau bawa kabar apa???” tanya Nenek Puspa penasaran. “Mengenai putra sulung Nyonya Puspa yang kabur melarikan diri sebagai buronan mafia di negeri ini, sudah bisa dilacak keberadaannya,” jawab Detektif Simon. Nenek Puspa terkejut sambil membuka mulut lebar-lebar. Lantas wanita itu lekas menanggapi ucapan sang detektif. “Apa? Benarkah? Dia ada dimana???” tanya Nenek Puspa. “Sekarang berada di Italia. Di sebuah desa di Italia. Dari info yang saya dapatkan, beliau sempat berpindah-pindah. Namun akhirnya menetap cukup lama di Tellaro, Italia. Apa Nyonya ada rencana untuk menemui putra sulung Nyonya?” tanya Detektif Simon. Nenek Puspa mendesah lalu menjawab pertanyaan Detektif Simon. “Terlepas dari segala kesalahan yang dia lakukan di masa lalu tetap tak bisa mengubah kenyataan bahwa dia adalah anakku. Darah dagingku sendiri. Jadi mau bagaimana pun dia adalah keturunanku. Aku akan pergi ke Italia dalam waktu dekat. Biarkan asistenku yang mengurus VISA untuk pergi ke sana. Sebelum aku meninggal, aku harus bertemu dengan Gion Pratama,” ujar Nenek Puspa dengan tatapan mata tajam. Sosok wanita tua yang berjiwa pemimpin, keras, dan disiplin mulai hadir kembali. “Tapi Nyonya, perjalanan ke desa Italia itu cukup jauh. Apakah Nyonya sanggup pergi ke sana dengan kondisi yang sudah berusia lanjut seperti ini? Saya khawatir pada Nyonya.” “Tenang saja, aku akan pergi ditemani oleh asisten dan perawatku juga. Aku akan baik-baik saja di sana. Aku ingin pastikan bisa bertemu anakku sebelum aku mati,” tutur Nenek Puspa mantap. Dari pembicaraan yang terjadi antara Nenek Puspa dan Detektif Simon, muncul fakta baru bahwa ternyata Gion Pratama selaku buronan kelas kakap itu merupakan putra pertama dari Nenek Puspa Ajeng Hadiningrat. Hal itu juga mengingatkan jika ayah Ahtissa yang kabur sejak gadis itu masih kecil bernama Gion Pratama. Apakah Ahtissa Jihan adalah cucu kandung perempuan dari Nenek Puspa? Lantas apakah Adrian Hadiningrat sesungguhnya adalah kakak kandung Ahtissa yang direbut paksa oleh keluarga sang ayah belasan tahun yang lalu? Apakah Adrian Hadiningrat adalah Ahlan Pratama?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD