Mobil yang ditumpangi oleh Ahtissa dan Adrian akhirnya tiba di kawasan pemukiman elit di Green Hill, North Citraland, Surabaya Barat. Gadis itu tercengang melihat rumah mewah milik Adrian yang mengingatkannya pada kediaman milik keluarganya dulu sebelum sang ayah, Gion Pratama menjadi buronan kelas kakap. Rumah yang ditinggal pergi oleh penghuninya hingga kini menjadi aset sitaan dari kepolisian.
“Ini rumah Pak Adrian? Eh, maksud saya Mas Adrian, sebesar ini cuma dihuni oleh Anda dan anak Anda saja?” tanya Ahtissa seraya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah saat memasuki rumah tersebut.
Adrian mengangguk pelan. “Iya, ini rumahku. Yang tinggal di sini ada empat orang. Sekarang ketambahan kamu jadi lima orang. Ada aku, anakku yang bernama Auriga, asisten rumah tangga ku yang bernama Rahma, dan security yang bernama Doni. Nanti aku akan kenalkan satu per satu padamu.”
Ahtissa manggut-manggut sembari menyaksikan foto keluarga yang ada di ruang tamu yang hanya menunjukkan foto Adrian bersama Auriga saja. Tanpa seorang wanita yang merupakan ibu kandung dari anak kecil yang hendak diasuh oleh Ahtissa tersebut hingga membuatnya bergumam dalam hati.
Foto keluarga pun hanya ada Mas Adrian dan Auriga saja. Memang ibu kandung dari Auriga ada dimana? Aku penasaran.
“Tissa ... ayo, ikut aku naik ke lantai atas. Akan kutunjukkan kamarmu selama menginap di sini untuk bekerja,” ajak Adrian yang diangguki oleh gadis itu.
“Baik, Mas,” sahut Ahtissa yang berjalan mengikuti Adrian.
Ketika hendak melangkah menaiki tangga rumah, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki yang berusia 2 tahun berlari-lari menyerbu ayahnya.
“P-Papa ....” panggil Auriga terbata-bata seraya menarik-narik celana panjang Adrian.
Adrian yang tahu sang anak untuk datang menghampiri, langsung menggendong anaknya.
“Halo jagoan, Papa. Kok belum tidur sih, Sayang? Ini sudah malam,” tanya Adrian seraya mengusap-usap pipi lembut sang anak.
Auriga mulai berceloteh. “Riga belum bisa tidur Papa. Riga belum ngantuk.”
Adrian mengernyit. “Jagoan Papa nggak boleh tidur malam-malam. Sebentar lagi Riga harus tidur ya, nunggu Papa ganti baju dulu terus nanti Papa temani kamu tidur. Oke?”
Auriga manggut-manggut. “I-iya, Papa. Cepat ya, Pa. Riga kangen Papa.”
“Pasti, Sayang. Izinkan Papa mandi dan ganti baju dulu.”
Auriga mengangguk lagi lalu pandangannya mengarah pada Ahtissa yang langsung tersenyum ke arah anak yang mulai besok diasuhnya itu.
“Mbak ini siapa, Papa?” tanya Auriga yang tidak familiar dengan Ahtissa.
Adrian lekas menjawab untuk memperkenalkan Ahtissa pada sang anak.
“Oh iya, Riga. Papa sampai lupa. Ini namanya Mbak Tissa. Ahtissa, nama panjangnya. Mulai besok Mbak Tissa yang akan merawat Riga selama Papa kerja. Besok sudah mulai jadi baby sitter, Riga,” jawab Adrian ramah.
Auriga menyunggingkan senyumnya yang manis. “Wah, Mbak Tissa ya? Cantik.”
Ahtissa langsung menyela. “Halo, Sayang. Senang sekali aku bisa ketemu sama Riga. Mulai besok kita sama-sama ya, Sayang. Auriga ini cakep kayak Papa ya,” goda Ahtissa yang seketika mengundang tawa Adrian.
Adrian terkekeh. “Sudah-sudah, lanjut mengobrolnya besok saja, ya. Sekarang sudah malam. Sudah saatnya Auriga buat siap-siap tidur,” celetuk sang CEO tampan yang kemudian memanggil sang asisten rumah tangga. “Mbak Rahma, ajak Riga masuk ke kamarnya ya, dia harus istirahat.”
Sang asisten rumah tangga yang bernama Rahma mengangguk setuju.
“Baik, Tuan. Sebenarnya tadi sudah mau saya ajak tidur. Sudah pakai piyama juga. Tapi waktu terdengar suara mobil Tuan Adrian sudah tiba di parkiran rumah, Den Riga langsung bangkit dari tempat tidur. Antusias mau bertemu Tuan,” cerocos Rahma.
“Oh iya, Mbak. Ya sudah, kau bawa masuk Riga ke kamarnya. Aku mau menujukkan kamar baby sitter-nya dulu.”
Auriga pun segera dibawa masuk ke kamarnya oleh Rahma, sedangkan Ahtissa mengikuti Adrian untuk masuk ke dalam kamar yang akan ditempati gadis itu mulai malam ini. Mereka berdua pun tiba di sebuah kamar yang berukuran 3 meter dikali 3 meter yang terdapat tempat tidur ukuran single bed di sana. Terdapat nakas dan lemari kecil juga di sana. Untuk ukuran kamar seorang baby sitter sudah lebih dari cukup dengan ventilasi udara yang cukup baik juga. Terdapat jendela kamar. Sangat berbeda dengan kamar Ahtissa di kontrakan ringkih yang sudah beberapa hari ini ia tinggalkan.
“Tissa, ini kamarmu ya, mulai malam ini sudah menjadi kamarmu selama bekerja sebagai baby sitter anakku,” tutur Adrian.
“Iya, Mas. Kamarnya bagus. Beda dengan kamar di kontrakan saya. Di sini lebih nyaman. Jauh lebih nyaman,” cicit Ahtissa yang dibalas Adrian dengan senyum mengembang.
“Jangan sungkan-sungkan selama tinggal di sini. Kamar ini menjadi hakmu untuk beristirahat. Semoga kamu betah ya,” harap Adrian yang kemudian melanjutkan kalimatnya lagi. “Eh Tissa, aku masih nggak habis pikir tentang ceritamu tadi sepanjang perjalanan yang bisa sampai masuk ke dalam wisma prostitusi. Aku belum tanya, ibumu dimana sekarang? Terakhir aku bertemu kalian kan di Rumah Sakit Royal.”
Sebelum menjawab pernyataan sang majikan baru, Ahtissa menelan ludah lalu mendesah lirih.
“Wah, ternyata Mas Adrian masih ingat kami berdua waktu itu ya. Waktu merepotkan Mas di rumah sakit.”
“Tentu saja aku ingat. Kalian berdua itu wanita yang harus ditolong. Aku jadi ingat keluargaku yang jauh dari sini,” sahut Adrian.
Deg. Keluarga yang jauh dari sini? Pantesan nggak ada foto keluarga Mas Adrian di rumah ini. Rumah ini memang terasa sepi dan sepertinya Mas Adrian adalah orang yang mandiri. Hidup jauh dari keluarganya. Gumam Ahtissa dalam hati.
“Oh, Mas Adrian berarti orangnya mandiri ya, bisa tinggal berdua sama Auriga tanpa keluarga yang lain. Menjawab pertanyaan Mas Adrian tadi, Mama saya sudah meninggal di saat tertidur. Pagi-pagi saya bangunkan tapi ternyata sudah meninggal. Mama punya penyakit tapi selalu dipendam sendiri. Nggak pernah mau cerita,” cerita Ahtissa sedih.
“Aku ikut sedih atas kematian Mamamu ya, Tissa. Semoga beliau tenang dan amal ibadah beliau diterima.”
“Aamiin. Makasih ya, Mas Adrian,” sahut Ahtissa.
“Ya sudah, sudah malam. Aku harus mandi lalu menemani anakku tidur. Aku pergi dulu ya, Tissa. Kau bisa istirahat. Kalau kau lapar, di meja makan masih ada makan malam yang tersisa. Kau bisa makan malam dulu.”
“Iya, terima kasih banyak, Mas Adrian.”
Adrian pun keluar dari kamar Ahtissa, sedangkan Ahtissa bersyukur karena malam ini bukan Wisma Dahlia yang dijadikan tempat menginap melainkan sebuah rumah yang nyaman dengan seorang pria tampan dan anak kecil yang menggemaskan. Berharap ini awal yang baik untuk Ahtissa.
Usai berganti piyama, cuci muka, dan menggosok gigi sebelum tidur, Ahtissa membatin dalam hati.
Ma, Mama apa kabar di sana? Tissa lega Ma, mulai hari ini Tissa seperti punya keluarga baru. Mas Adrian sangat baik pada Tissa. Mau membantu mengatasi masalah Tissa dengan memperkerjakan Tissa sebagai baby sitter. Pekerjaannya ini setidaknya tidak Mama benci kan. Tissa tahu kita suka anak kecil. Aku bersyukur mendapat pekerjaan dari orang baik, Ma. Mama yang tenang ya di sana. Tissa mau tidur dulu. Miss you, Ma.
Ahtissa lekas memejamkan mata agar segera tertidur. Karena tubuhnya lelah, lima menit kemudian gadis itu pun tertidur pulas. Sambil memeluk guling, ia tidur di kasur yang empuk dan nyaman. Berharap besok pagi bisa fresh untuk memulai kerjanya sebagai new baby sitter dari Auriga Putra Hadiningrat.
Sementara itu, Adrian yang sudah mandi dan berganti piyama tidur, bergegas menuju kamar sang putra yang ada di sebelah kamarnya. Saat mengintip dari jendela kamar, tampak Auriga ternyata sudah tertidur pulas karena efek anak kecil yang kelelahan beraktivitas seharian ini.
Adrian mengendap-endap masuk ke dalam kamar sang anak. Rahma yang menidurkan sang anak majikan segera bangkit dari sana.
“Tuan, Den Riga sudah tidur ternyata,” cakap Rahma.
“Iya, Mbak. Syukurlah dia sudah tidur. Biar malam ini aku temani dia tidur di kamarnya. Mbak Rahma bisa istirahat. Besok fokus mengurusi pekerjaan rumah tangga saja. Mulai besok sudah ada Tissa yang jadi baby sitter,” pinta Adrian.
“Baik, Tuan.”
“Oh iya, besok sekalian temani Tissa untuk adaptasi rumah ini ya sama pekerjaan dia bisa diarahkan oleh Mbak Rahma.”
“Siap, Tuan. Besok saya akan bimbing Tissa,” sahut Rahma yang kemudian berpamitan. “Ya sudah, Tuan. Saya tidur dulu ya, Tuan.”
Rahma beranjak keluar dari kamar, sedangkan Adrian tidur menemani sang anak. Hal ini seringkali ia lakukan bersama Auriga menemaninya tidur mengingat ia tak memiliki seorang istri. Layaknya seorang perjaka yang belum menikah tetapi sudah memiliki seorang anak yang hadir tak terduga tiga tahun yang lalu di rahim sang kekasih.
Dalam hal percintaan, Adrian bukan pria yang mudah jatuh hati. Ia yang berprofesi sebagai CEO perusahaan kosmetik, kerap kali didekati oleh wanita-wanita cantik yang berprofesi sebagai model produk kosmetik miliknya. Namun tak ada yang menarik minat itu hingga sekarang. Kini Adrian adalah seorang single parent yang charming dan idaman para wanita. High quality jomblo merupakan istilah yang cocok untuk pria tampan itu.
Beralih ke Jakarta, terdapat sosok wanita cantik yang berprofesi sebagai selebriti papan atas itu baru saja pulang syuting hingga larut malam. Seorang artis sinetron papan atas bernama Amanda Vanessa itu melangkah gontai ketika baru saja tiba di apartemen mewah miliknya. Setiap hari pekerjaan wanita itu adalah syuting sinetron stripping atau kejar tayang demi merogoh pundi-pundi keuangan yang fantastis. Pekerjaan yang diidam-idamkan wanita itu hingga merelakan sang anak yang lahir di rahimnya untuk diserahkan pada ayah dari anaknya tersebut.
Inikah pekerjaan yang aku idam-idamkan selama ini? Rasa lelah dan menghabiskan hampir seluruh waktuku di lokasi syuting adalah pilihanku. Apakah aku bahagia dengan ini?
Amanda bertanya-tanya dalam hati sebelum membanting kan tubuhnya ke atas ranjang. Amanda tipikal selebriti yang memiliki banyak fans atau penggemar yang fanatik. Jika berada di luar sering terjepret kamera paparazi. Bahkan mengenai pria-pria yang singgah di kehidupannya pun jadi sasaran paparazi. Sering terlibat cinta lokasi demi menaikkan pamor sinetron yang digelutinya. Namun itu semua hanya sebatas pekerjaan semata saja. Sesekali teringat akan cinta masa lalunya bersama Adrian hingga berbuah anak yang tak diakuinya itu. Rahasia malu lalunya pun tertutup rapat sampai sekarang. Apa jadinya jika publik tahu tentang masa lalu Amanda Vanessa? Apakah Adrian dan Auriga akan terseret nantinya?