Di malam hari setelah berhasil kaburnya Ahtissa dari Wisma Dahlia, kedua mucikari dari tempat prostitusi yaitu Bagong dan Rudi tampak geram dan kesal. Akibat lolosnya Ahtissa atau Camelia dari jeratan lembah hitam tersebut, Daffin marah besar hingga meminta ganti rugi atas kaburnya Ahtissa.
Ketika dua mucikari tersebut kembali ke Wisma Dahlia, Daffin Gunandra menyambut kedatangan mereka berdua dengan mata menyala dan tangan terkepal. Tampak kemarahan dari raut muka pria itu.
“Mana Tissa? Kenapa kalian kembali tanpa membawa Ahtissa??? Kenapa kembali dengan tangan kosong???” tanya Daffin geram.
Bagong lekas bersuara. “Maaf Tuan, kami gagal menangkap Camelia. Dia menghilang. Kami kehilangan jejaknya. Maafkan kami, Tuan.”
Mendengar jawaban dari sang mucikari, Daffin semakin jengkel dan frustasi. Lantas membentak-bentak Bagong dan Rudi di sana.
“Kalian itu bagaimana sih??? Tissa itu harus jadi milikku. Dia istimewa untukku. Aku sudah bayar mahal untuk bisa kencan dengannya. Kalian harus tanggung jawab!!!” pekik Daffin yang tersulut emosi karena keinginannya untuk menyentuh gadis perawan seperti Ahtissa telah kandas. Malam yang kelabu untuk pria kaya raya itu.
“Ini diluar kendali kami, Tuan. Camelia menghilang begitu saja. Mungkin ada yang membantunya kabur hingga tak terlihat,” sanggah Rudi berusaha membela diri dari amukan seorang Daffin Gunandra.
“Ah, aku nggak mau tahu. Malam ini aku ingin dipuaskan. Aku sudah bayar kalian DP lima puluh juta rupiah kan? Aku nggak mau nambah bayar lima puluh juta lagi karena gadis itu telah kabur. Carikan aku pengganti sepertinya. Yang perawan malam ini juga!!!” perintah Daffin dengan suara meninggi.
Bagong dan Rudi meneguk ludah bersamaan. Mereka berdua dilanda kebingungan karena stok wanita penghibur yang masih perawan di Wisma Dahlia malam ini tengah kosong. Jadwal untuk merekrut calon pekerja seks komersial (PSK) yang masih perawan baru terlaksana bulan depan.
“Hmm ... maaf Tuan, stok gadis perawan masih belum ada sekarang. Tapi kami punya primadona di sini. Namanya Bunga Cempaka, cantik juga seperti Camelia. Cuma ya sudah tidak perawan lagi. Sudah melayani pria-pria seperti Tuan yang bukan sembarangan,” tawar Bagong yang berusaha agar Daffin tidak terlalu berang akibat kaburnya Ahtissa dari Wisma Dahlia.
“Dimana dia? Suruh dia ke sini sekarang!” perintah Daffin yang diangguki oleh Bagong dan Rudi.
Dua orang mucikari tersebut bergegas pergi meninggalkan tempat Daffin berdiri. Bergerak menuju lokasi Bunga sekarang yang memang sedang free akibat sudah selesai melayani sang tamu ketika tadi sempat izin untuk membantu Ahtissa dalam melarikan diri. Ketika Bunga tengah bersantai di sofa yang ada di ruang tengah selama menunggu job melayani tamu lagi, Mawar bergerak mendekati Bunga.
“Bunga, aku mau bicara sama kamu,” celetuk Mawar yang memandangi wajah teman sesama PSK itu dengan tatapan sinis.
“Ya, ada apa Mawar?” tanya Bunga seraya menatap serius ke arah Mawar.
Mawar bergeser lebih dekat dengan Bunga. “Aku tadi melihatmu membantu Camelia untuk kabur. Kau yang menujukkan pagar belakang kan? Aku melihatmu tadi. Maksudmu apa sih itu, Bunga? Itu jelas pelanggaran. Membantu PSK yang ada di sini untuk kabur selama belum melewati masa kerja yang ditetapkan itu dilarang. Kau mau jadi malaikat buat Camelia? Jawab!”
Bunga mendesah pasrah. “Aku hanya melakukan tugasku dengan benar. Gadis yang dipaksa untuk masuk ke lembah hitam ini tanpa sepengetahuannya adalah tindakan yang salah. Jelas Camelia menolak untuk terjun sebagai wanita penghibur di sini. Ia masih terlalu muda dan jalan hidupnya masih panjang. Janganlah dirusak masa depannya di sini!” tegas Bunga.
Mawar berdecak sebal. “Kau memberontak? Kau mau cari mati dengan Bos Bagong dan Bos Rudi apa??? Jangan jadi sok baik kamu, Bunga!” gerutu Mawar.
Pembicaraan antara Bunga dan Mawar perihal kaburnya Ahtissa atau Camelia terdengar oleh telinga dua mucikari yakni Bagong dan Rudi yang mendadak ada di antara mereka berdua. Bagong dan Rudi yang memang diperintahkan oleh Daffin untuk segera membawa Bunga padanya. Sebagai wanita pengganti untuk memuaskan hasrat seksual dari Daffin malam ini.
“Jadi Bunga yang sudah membantu Camelia untuk keluar dari Wisma? Betul begitu Bunga Cempaka???” pekik Bagong geram.
Mawar hanya membisu ketika kepergok membicarakan hal ini pada Bunga, sedangkan Bunga lekas bersuara.
“Iya, aku membantunya, Boss. Kasihan dia datang bukan murni karena kemauannya sendiri. Lagian dia butuh pekerjaan yang halal dan bukan yang haram seperti ini.”
Rudi menyela. “Halah, kau jangan sok suci. Kau juga yang awalnya nggak mau tapi setelah tahu gaji PSK itu banyak, jadi ketagihan kan? Camelia juga pasti begitu kalau mau menurut.”
Bunga menggeleng. “Nggak. Dia nggak begitu. Aku memang butuh pekerjaan dengan bayaran yang cukup tinggi karena aku punya keluarga yang harus kunafkahi. Aku tulang punggung keluarga. Jadi aku terpaksa mengambil ini. Kalau Camelia itu dia sebatang kara, dia ingin hidup yang layak untuk dirinya sendiri. Ingin hidup normal, punya suami, dan anak tentunya. Hidup bukan sebagai pelacurr ....”
Ketika menekankan kalimat terakhir tentang ‘pelacurr' itu, Mawar tak kuasa menahan tangannya untuk tidak menampar Bunga. Tak terima dengan sindiran Bunga terkait Pekerja Seks Komersial (PSK).
“Tutup mulutmu, Bunga! Jangan kau hina-hina pekerjaanmu sendiri! Jangan munafik!” jerit Mawar yang mengundang perhatian para PSK lain yang ada di sekitar sana. Tak terkecuali Lily yang langsung bergerak mendekati tempat itu setelah selesai melayani tamunya.
“Ada apa ini? Ada apa?” tanya Lily yang masih belum tahu masalahnya.
Mawar menanggapi pertanyaan Lily. “Kau diam saja. Nanti kuceritakan. Ini terkait dengan Camelia dan Bunga.”
Bagong langsung angkat bicara. “Sudah-sudah, sekarang Bunga kau ikut kami! Kau harus membayar akibat ulahmu sendiri yang sudah membantu Camelia untuk kabur!” tegas Bagong yang segera menarik pergelangan tangan Bunga untuk menyeret wanita itu guna bertemu Daffin.
“Maksudnya membayar dalam bentuk apa ini?” tanya Bunga mulai panik.
“Tentu saja membayar dengan tubuhmu, Sayang! Kau jadi pengganti untuk memuaskan hasrat seksual dari Tuan Daffin Gunandra yang terpandang itu. Kau harus memberikan pelayanan perfect untuknya,” tandas Bagong yang diangguki oleh Rudi.
Bunga mengaga lalu memprotes tindakan Bagong yang sudah mencengkeram pergelangan tangannya hingga ia merasa kesakitan. “Oke-oke, aku layani Tuan kalian itu hingga puas. Tapi lepaskan tanganku. Aku kesakitan. Aku bisa jalan sendiri!” seru Bunga yang kemudian dilepaskan oleh Bagong.
Bunga pun menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Lantas berjalan mengikuti Bagong dan Rudi guna segera bertemu dengan Daffin. Melihat kepergian Bunga, Mawar bergumam dalam hati.
Bunga, kau itu ibaratnya seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami. Kau seperti menggali kuburanmu sendiri demi gadis yang tak tahu asal-usulnya itu. Tuan Daffin Gunandra bukan orang sembarangan. Beliau pasti takkan mengampunimu jika tahu kau penyebab kaburnya Camelia. Kita tunggu saja, hukuman apa yang diberikannya padamu, Bunga Cempaka Sayang.
“Mawar, ceritakan padaku apa yang telah terjadi? Aku penasaran. Aku kan telat datang,” pinta Lily yang dilanda kebingungan.
“Oke, duduklah sini. Akan kuceritakan,” sahut Mawar yang dituruti oleh Lily. Mereka berdua pun berbincang-bincang bersama.
Kalimat yang diucapkan oleh Mawar terbukti benar adanya. Ketika Bunga telah bertemu Daffin, pria itu memang mulai tertarik dengan Bunga sebagai pengganti Camelia dalam memuaskannya malam ini. Bunga memiliki paras yang cantik dan memikat hampir sama seperti Camelia atau Ahtissa. Membuat Daffin sedikit terhibur dengan wanita itu guna dijadikan teman tidurnya malam ini. Namun, ketika Bagong memberitahu jika Bunga telah membantu Camelia untuk kabur dari Wisma Dahlia, Daffin mulai berang. Ia mulai memberikan Bunga perhitungan sebagai hukuman Bunga.
“Bunga Cempaka Sayang, kau memang cantik. Tapi kau sudah tidak perawan. Yang kubutuhkan adalah darah seorang perawan yang keluar setelah kujamah. Kau takkan bisa memberikan ini padaku karena kau sudah tidak suci lagi. Meski begitu kau sepenuhnya wajib melayaniku apapun alasannya. Kau akan jadi wanita simpananku selama Ahtissa belum kembali padaku!!!” sergah Daffin dengan mata berkilat sambil membelai halus bibir Bunga.
Bunga terperanjat saat Daffin menyebut nama asli Camelia.
“Kalian saling kenal? Anda sampai tahu nama asli Camelia, kok bisa?” tanya Bunga takjub.
Daffin terkekeh. “Aku tahu banyak tentang dia dan keluarganya. Dia harus kembali padaku dan menjadi wanita simpananku. Dia adalah berlianku,” ujar Daffin mantap. “Sekarang kau yang harus melayaniku di ranjang. Sekarang juga sampai aku puas!”
Daffin pun langsung menggendong Bunga ke dalam pelukannya. Bunga yang terlonjak hanya bisa pasrah melayani pria hidung belangg tersebut. Meskipun tidak tahu liarnya Daffin di atas ranjang dengan wanita selain istrinya. Daffin adalah sosok pria yang selalu haus akan hasrat seksual yang menggebu-gebu. Apalagi ketika Daffin tahu bahwa Bunga telah membantu Ahtissa untuk kabur dari Wisma Dahlia semakin menjadikan pria itu jadi liar. Hal itu pun terbukti malam ini.
Daffin Gunandra menyiksa Bunga berkali-kali di atas ranjang. Wanita itu melenguh kesakitan ketika miliknya dihujam dengan kasar dan kuat oleh Daffin. Tak memberikan wanita yang telah berkorban untuk Ahtissa itu ampunan selain memaksanya untuk memberikan kepuasan batin hingga beberapa kali. Tindakan Daffin yang menyakiti tubuh Bunga, membuat wanita itu hanya bisa pasrah. Sempat menitikkan air mata karena baru kali ini, Bunga melayani tamu yang mampu memberikan efek sakit yang seperti ini.
“Please, Tuan, sudah cukup. Hentikan. Sakitt. Anda sudah mendapatkan beberapa kali kenikmatan dari saya. Apa itu belum cukup?” rintih Bunga dalam posisi ‘dipompa' di bawah tubuh Daffin.
Daffin menggeleng. “Belum. Aku akan membuatmu sampai tak berdaya dan tak mampu jalan karena telah melayaniku. Sakit tapi enak sekali kan, Sayang?!” bisik Daffin di telinga Bunga sambil memberikan gigitan di sana. Gigitan yang seperti memberikan sengatan listrik di sekujur tubuh Bunga.
Bunga hanya merintih kesakitan. Hanya bisa pasrah melayani pria yang seperti tak ada puasnya itu. Dua jam sudah disiksa oleh Daffin di atas ranjang. Akhirnya pria itu menyerah juga dan tertidur di samping Bunga setelah melewati beberapa kali ronde sesi bercinta yang menyakitkan itu.
Bunga menghela napas lega ketika tahu sang tamu yang bernama Daffin Gunandra itu akhirnya tidur hingga mendengkur. Karena merasa tugasnya malam ini sudah berakhir, ia pun bangkit dari kamar tidur itu. Mencoba berjalan normal namun susah akibat ulah Daffin yang menggila tadi. Ia pun melangkah gontai menuju kamarnya sendiri. Dengan langkah tertatih-tatih sambil mengusap sisa-sisa bulir air mata yang keluar tadi.
Saat Bunga sudah berada di kamarnya, ia lekas membersihkan diri karena ulah Daffin yang terus-menerus memaksanya untuk bercinta tadi. Merasa terlalu kotor disentuh oleh Daffin. Saat seluruh tubuhnya terguyur oleh air yang mengalir dari shower, ia memejamkan mata sambil bergumam dalam hati.
Ya Tuhan, dalam hati kecil saya yang paling dalam, saya nggak kuat harus menjadi wanita penghibur pria hidung belangg terus-menerus. Saya ingin menjadi wanita normal yang punya suami dan anak. Tapi apakah itu berlaku untuk saya yang sudah sekotor ini? Memang adakah pria yang mau menjadikan saya sebagai istri jika sudah melayani banyak pria seperti ini? Tissa, aku tak pernah menyesal telah membantumu kabur dari sini. Kau layak meraih masa depanmu sebagai wanita baik-baik. Dengan membantumu keluar dari sini, setidaknya mampu mengurangi dosa-dosaku karena telah bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial. Aku ikhlas.
Kalimat-kalimat yang terucap dalam hati Bunga, ternyata sampai juga di pikiran Ahtissa yang mendadak bangun dari tidurnya di dini hari. Bayangan Bunga sontak terlihat di mimpi Ahtissa. Gadis itu lekas bangkit dari tempat tidurnya. Memilih melayangkan pandangan ke arah jendela kamar.
Tari atau Bunga, aku jadi memimpikanmu malam ini. Apa kau dalam bahaya karena telah membantuku kabur dari Daffin? Perasaanku jadi nggak enak. Takut kamu kenapa-kenapa. Mana aku nggak tahu nomor ponselmu juga. Ya Tuhan, saya berharap Bunga baik-baik saja di sana. Selamatkan Bunga dari orang jahat. Dia adalah wanita baik yang kuharap bisa segera keluar dari sana. Aamiin.
Ahtissa yang terjaga dari tidur, masih tak mampu untuk melanjutkan tidurnya. Ia ingin mencoba menghirup udara luar. Berjalan ke luar dari kamarnya sebagai baby sitter untuk mencari angin. Ketika berjalan melewati kamar Auriga, netra gelap milik Ahtissa menangkap Adrian yang tak sengaja tertidur di tepi ranjang sang anak.
Ahtissa yang tak tega dengan majikannya itu, berniat menyelimuti Adrian dan Auriga agar tidak kedinginan di dini hari. Saat menyelimuti Adrian, tiba-tiba pria itu mengigau sambil menaruh tangannya di tangan Ahtissa. Sontak membuat gadis itu terkesiap.
“A-aku bukan pria perjaka lagi. Aku adalah pria yang tanpa terikat pernikahan dengan wanita manapun, tapi sudah punya seorang anak laki-laki. Apakah ada wanita yang mau jadi istriku? Aku ingin mencintai seorang wanita yang tulus mencintai anakku juga. Bukan seperti ibu kandungnya yang tega meninggalkan kami ....”
Adrian mengingau sendiri dengan mata terpejam. Ahtissa yang terkejut jadi tahu kondisi hati pria itu sekarang. Adrian membutuhkan seorang istri untuknya dan sang anak. Ia hanya bisa menelan ludah dan berniat pergi keluar dari sana setelah berhasil menyelimuti sepasang ayah dan anak itu.
Mas Adrian, aku doakan agar kau segera bertemu dengan jodohmu. Aku memang tak pantas untuk bersanding denganmu kelak, namun izinkan aku membayangkanmu sebagai pria yang sudah berhasil membuat jantungku berdebar-debar setiap kali berada di dekatmu. Kau adalah pangeran berkuda putih di negeri dongengku. Good Night, Prince! See you again in tomorrow morning.
Ahtissa pun lekas pergi beranjak dari sana. Berniat melanjutkan rencananya mencari udara segar sebelum kembali ke kamarnya untuk tidur lagi.