Semalam tidur di Wisma Dahlia membuat Ahtissa tidak nyaman. Tepatnya frustasi mengingat ia telah dijebak masuk ke dalam lembah hitam ini. Sesekali ia melayangkan pandangan pada jendela kamar untuk menyaksikan panorama Surabaya di malam hari. Banyak bintang bertaburan di langit. Melihat bintang jadi mengingatkan Ahtissa pada sang kakak Ahlan di saat mereka masih kecil dan belum terpisah itu.
Di saat Ahtissa dan Ahlan yang dulu pernah diajak sang ayah, Gion Pratama berlibur ke Bandung. Sempat mampir di Observatorium Bosscha yang terletak di Lembang untuk bisa mengetahui astronomi. Bisa melihat bintang-bintang secara lebih jelas.
Aku jadi rindu sama seluruh keluargaku. Keluargaku yang sudah pergi meninggalkan aku sendiri. Mulai dari Papa, Kak Ahlan, dan terakhir Mama. Aku sedih harus hidup sebatang kara seperti ini. Apalagi harus masuk ke sini sebagai calon PSK. Aku harus bagaimana? Semoga aku besok bisa keluar dari sini.
Ahtissa bergumam dalam hati sambil berurai air mata. Ia masih sangat muda dan harus kehilangan orang-orang tercinta itu sungguh menyiksa. Hanya bisa pasrah dengan keadaan. Gadis itu pun mau tak mau malam ini harus menginap di salah satu kamar Wisma Dahlia. Besok sudah harus siap dengan kenyataan pahit untuk dijadikan pemuas nafsu seorang pria hidungg belang bernama Daffin Gunandra yang berani menawar seorang perawan cantik seharga seratus juta rupiah.
Gadis malang yang sejak tadi tampak gelisah itu pun berusaha memejamkan mata meski susah. Akhirnya mampu tertidur walaupun hanya 3 jam untuk terlelap. Pagi-pagi sekali Bunga sudah menyelinap masuk ke dalam kamar Ahtissa atau yang lebih akrab dipanggil sebagai Camelia di sana.
“Mel … Camel …” panggil Bunga yang sudah tampak rapi dan menawan dengan pakaian casual. Pagi hari memang jadwalnya bebas mengingat mereka hanya akan melayani tamu siang dan malam hari saja di kamar peraduan.
Ahtissa tercengang lalu segera membukakan pintu agar Bunga bisa masuk.
“Iya, sebentar ya, Bunga,” sahut Ahtissa.
Ahtissa berjalan ke arah pintu sambil membukakan pintu kamar.
“Masuklah!” sahut gadis cantik nan malang itu lagi.
Bunga pun memasuki kamar Ahtissa. “Kau belum mandi ya?” tanya gadis cantik dari Kebumen itu.
Ahtissa menggeleng. “Belum. Kau datang pagi-pagi sekali Bunga. Ada apa?”
“Katanya mau kabur? Kita harus membuat persiapan terlebih dahulu. Jangan sampai Bos Bagong dan Bos Rudi kalau kau mau kabur,” jawab Bunga mantap.
Ahtissa manggut-manggut. “Oh iya, persiapan seperti apa Bunga?” tanya gadis lugu itu penasaran.
“Sudahlah, kau mandi dulu saja. Setelah kau mandi, kita lanjut sarapan. Oke?” Bunga bertanya dan kemudian diangguki oleh Ahtissa.
Ahtissa pun bergegas mandi. Tak lama kemudian ia sudah namun kebingungan karena tak membawa baju satu pun. Mengingat sebenarnya gadis itu disekap dan kemarin hanya berniat mencari pekerjaan saja. Bukan untuk tinggal dalam kurun waktu tertentu.
Lima belas menit kemudian, Ahtissa telah siap beranjak pergi dari Wisma Dahlia untuk berniat sarapan dengan Bunga. Ketika mereka berdua hendak keluar dari wisma, tiba-tiba langkah keduanya terhenti akibat ditahan oleh Bagong dan Rudi yang mendadak muncul pagi-pagi.
“Mau kemana kalian?” tanya Bagong dengan suara bariton.
Ahtissa dan Bunga seketika terlonjak. Bunga pun langsung menjawab.
“Mau sarapanlah, Bos. Kita mau sarapan beli nasi pecel di luar,” jawab Bunga.
Bagong berdeham. “Hmm … buat apa sih beli di luar? Kan sudah disiapkan oleh Mbok Darmi. Kalian semua bisa makan sehari tiga kali sehari. Nggak perlu ngeluarin duit!” seru pria itu.
Bunga menjawab lagi. “Aku bosan makan masakan Mbok Darmi terus. Ingin makan yang lebih bervariasi. Ya, Bos?”’
“Ya sudah, kamu saja yang pergi. Camelia tetap di sini. Sarapannya sudah disiapkan oleh Mbok Darmi. Bisa dimakan untuk sarapan!” tandas Bagong yang diangguki oleh Rudi.
Bunga mengaga. “Kenapa Camelia nggak boleh ikut sih Bos? Kan kita mau makan saja.”
Bagong langsung menjawab. “Camelia masih dalam tahap pengawasanku. Lagian aku dapat laporan kalau Camelia mau kabur.”
Kalimat yang terlontar dari mulut sang mucikari membuat Ahtissa dan Bunga terbelalak. Lalu Bunga lekas bersuara.
“Enggaklah, Bos. Kan kita mau sarapan saja. Siapa yang sudah berani fitnah Camelia?” tanya Bunga geram.
“Kau nggak perlu tahu hal itu. Pokoknya Camelia nggak boleh pergi. Dia akan tetap di sini sampai Tuan Daffin datang nanti malam!” tegas Bagong yang kemudian menarik Ahtissa agar masuk ke kamarnya lagi.
Bunga terperangah sambil memekik. “CAMELIA …”
Ahtissa yang tertekan lantas menjerit. “LEPASKAN AKU! AKU MAU PULANG!!!” rengek gadis cantik itu.
“Nggak bisa. Rumahmu di sini. Kau adalah pekerja kami. Kau adalah pekerja seks komersial!” tandas Rudi yang kemudian menghempaskan Ahtissa ke atas ranjang.
Lantas Bagong dan Rudi segera keluar dari kamar yang menjadi tempat tinggal sementara Ahtissa itu sambil menguncinya dari luar. Bunga yang tercengang dengan apa yang terjadi, bergumam dalam hati.
Baiklah, mungkin percobaan untuk kabur malam ini gagal. Tapi tak apa-apa tetap berpedoman pada rencana awal yaitu mengelabui tamu dan mereka berdua nanti malam. Aku harus membantu gadis malang itu untuk keluar dari tempat terkutuk ini.
Sementara itu terdapat sosok wanita yang menyunggingkan senyum saat mengamati kejadian tadi. Saat Ahtissa atau Camelia tak berkutik oleh Bagong dan Rudi. Wanita itu tampak lega karena ia yang sudah melaporkan rencana kaburnya Ahtissa dari Wisma Dahlia. Ia tak rela dan selalu iri pada wanita yang berniat kabur dari sana. Apalagi jika wanita itu ditawar dengan harga cukup tinggi untuk cinta satu malam dengan seorang gadis perawan.
***
Matahari sudah merangkak naik. Hari sudah berganti malam. Ahtissa yang masih dikurung di dalam kamar, langsung terkejut ketika pintu kamarnya terbuka. Iris cokelat miliknya melebar saat mengetahui dua orang mucikari datang sambil membawakan pakaian seksi sebagai kostum ‘berkencan’ dengan tamunya malam ini.
“Ini baju yang harus kau pakai malam ini. Pakailah dan berdandanlah yang cantik dan seksi,” celetuk Rudi sambil menyodorkan mini dress berwarna merah yang seksi dengan bagian d**a berpotongan rendah.
Ahtissa terbelalak sambil membuka mulut lebar-lebar. Mau tak mau harus segera mengenakan pakaian seksi itu mengingat ia tak membawa baju-bajunya di sini. Baju yang ia pakai sekarang pun milik Bunga yang sengaja meminjamkannya baju.
“Aku harus pakai baju itu???” tanya Ahtissa syok.
“Iyalah, kamu pasti cantik banget memakai baju ini. Cantik dan seksi. Idaman bos besar seperti Tuan Daffin Gunandra yang terhormat,” ujar Bagong.
“Tapi aku nggak mau. Aku nggak mau kerja haram itu. Aku nggak mau.” Ahtissa memberontak namun malah dibentaki oleh pria itu.
“KAU HARUS MAU! PAKAI BAJU ITU SEKARANG SEBELUM TUAN DAFFIN TIBA. WAKTUMU HANYA 1O MENIT DARI SEKARANG!!!” bentak Bagong yang bersungut-sungut.
Ahtissa benar-benar syok dan tak menyangka bahwa malam ini dirinya harus menjadi Pekerja Seks Komersial dadakan. Ia terpaksa memakai baju haram itu sambil berurai air mata. Gadis itu yang cantik dan berkulit putih seperti porselen, hanya bisa terisak pasrah. Pasrah dengan takdir yang membawanya sampai ke sini. Berharap rencana yang disusun oleh Bunga nanti bisa menyelematkan gadis itu jari jeratan lembah hitam.
Bunga dimana ya? Please, help me now! Batin Ahtissa yang berharap temannya itu segera hadir untuk bisa membantunya pergi dari tempat maksiat ini sekarang.
Namun rencana tak seindah kenyataan. Gerak-gerik Bunga yang hendak membantu mengalihkan perhatian para mucikari ternyata telah diketahui oleh Bagong dan Rudi. Apalagi dibantu oleh wanita misterius yang tak ingin Ahtissa keluar dari sana itu.
“Kau yakin mereka berdua mau mengelabuiku agar Camelia bisa kabur?” tanya Rudi pada wanita yang memiliki tinggi semampai dan bertubuh berisi itu.
“Iya, saya dengar sendiri, Bos. Awasi saja Bunga. Dia mau membantu Camelia untuk kabur,” pesan wanita yang berinisial nama ‘M’ itu.
Bagong berdecak kesal. “Ya sudah kalau begitu. Terima kasih infonya. Sebagai hadiah karena kau telah melaporkan rencana Camelia ini, aku akan menghadiahimu tamu istimewa. Dia akan memakai jasamu di ranjang dengan bayaran tinggi. Kau mau kan?”
Wanita misterius itu langsung mengangguk. “Mau dong, Bos! Kasih aku pria kaya raya. Kira-kira berapa fee-nya Bos?”
Pria berusia 40 Tahunan ini langsung menjawab. “Empat puluh juta rupiah semalam. Tinggi kan buat wanita yang sudah tidak suci lagi sepertimu?”
Wanita itu manggut-manggut. “Iya, Bos. Biasanya kan aku cuka dapat sepuluh juta dan paling banyak dua puluh juta semalam. Tapi Bos, aku boleh bertanya?”
“Tentu saja. Mau tanya apa?”
“Kenapa Camelia fee-nya tinggi sekali untuk kencan satu malam? Apa hanya karena dia masih saja bisa dapat segitu?” tanya wanita itu penasaran.
“Bukan. Selain karena Camelia masih perawan dan berusia di bawah dua puluh tahun, ada alasan lain.”
“Apa, Bos?”
Bagong menatap lekat sang PSK. “Ah, rahasia perusahaan. Kau tak perlu tahu.”
Sang PSK mendesah kecewa. “Yah …”
“Sudah-sudah, aku mau memberikan kerjaan tambahan untuk Bunga saja. Aku tak ingin Bunga longgar malam ini. Camelia takkan bisa dibantu siapa-siapa,” tukas Bagong mantap yang diangguki oleh Rudi.
Itulah mengapa Bunga tak kunjung hadir di dalam kamar Ahtissa untuk menyelamatkannya. Hingga Ahtissa panik menunggu kedatangan Bunga yang tak kunjung hadir. Apalagi ditambah dengan terdengar langkah kaki sepatu pantovel yang bergerak mendekati kamarnya. Ia jadi merinding dan berkeringat dingin. Takut jika malam ini ia tak mampu kabur dari sana. Yang artinya harus menyerahkan kehormatan sebagai seorang wanita pada Daffin Gunandra.
Namun sebenarnya siapakah Daffin Gunandra yang sesungguhnya? Masih bisakah Ahtissa melarikan diri dari jeratan wisma prostitusi itu?
****
#Notes:
Akhirnya ketemu lagi sama lanjutan cerita ini ya. Bagi yang nungguin maaf baru bisa update. Ini barengan sama daily TAHARA juga. Jadi kudu bisa bagi waktu.
Kasih komentar buat cerita ini ya guys, biar semangat ngelanjutin lagi. Kira-kira berhasil ga nanti Ahtissa bisa kabur?
Adrian mundur munculnya ya. Next eps bakalan muncul buat bertemu Ahtissa tentunya.
Tunggu cerita ini up lagi ya. Tap ❤️ cerita2ku yg lain juga. Makasih. ❤️❤️❤️