0.1. Shannon Gracia Paramartha

1024 Words
Kata orang, sosok ayah merupakan cinta pertama dari anak perempuannya. Karena sedari awal anak perempuan lahir, seorang ayah lah yang seharusnya berperan menjadi pahlawan untuk menyayangi dan melindungi anak perempuannya. Bagi Shannon Gracia Paramartha pun begitu. Ayahnya adalah cinta pertamanya. Laki-laki yang dulu selalu melindunginya dari hal-hal kecil maupun hal-hal besar, yang akan selalu menggendong dan memeluknya ketika dia menangis, serta yang selalu memberikannya ciuman selamat malam sebelum tidur. Shannon memiliki nama panggilan Shasha yang digunakannya hingga dewasa, dan nama panggilan itu pun merupakan pemberian ayahnya sehingga Shasha benar-benar menyukai nama itu. Shasha pun dulunya merupakan daddy's little girl yang selalu dimanja. Apa yang diinginkan oleh Shasha, sang ayah pasti akan mengabulkannya. Entah itu boneka Barbie edisi terbaru, liburan ke luar negeri, hingga mengadakan pesta ulang tahun yang lebih megah dari pesta ulang tahun sepupu yang tidak disukainya, Hara. "Shasha itu anak kesayangan Papa. Jadi, apapun itu yang Shasha mau, bakal Papa kasih." Itulah yang sering dikatakan oleh ayahnya. Intinya, apapun yang diinginkan oleh Shasha, ayahnya selalu memberikannya. Karena itulah, Shasha sungguh menyayangi ayahnya sedari dia kecil hingga remaja. Namun, Shasha lupa kalau kata orang, selain menjadi sosok cinta pertama bagi anak perempuannya, sosok ayah juga bisa menjadi patah hati pertamanya. Dan...Shasha pun mengalami itu. Di tahun pertama Shasha SMA, sang ayah yang semula menjadi cinta pertamanya berubah menjadi patah hati pertamanya karena Shasha memergoki ayahnya selingkuh di rumah mereka sendiri ketika sang ibu sedang pergi ke luar kota. Dan selingkuhan ayahnya itu jauh lebih muda, bahkan kemungkinan hanya beberapa tahun lebih tua dari Shasha kala itu. Bayangkan saja bagaimana perasaan Shasha yang masih polos kala itu saat melihat ayahnya berciuman dengan panas bersama orang asing. Saat itu Shasha benar-benar shock sehingga ia hanya mampu terdiam di tempatnya dan menangis tanpa suara. Tahu tidak? Begitu ayahnya menyadari keberadaan Shasha, sang ayah bukannya menenangkan atau meminta maaf atau mengusir perempuan itu, melainkan berkata, "Shasha, lupain apa yang kamu liat ya. Jangan bilang ke siapa-siapa, terutama Mama." Iya, Shasha disuruh tutup mulut. Meski nada bicara ayahnya kala itu terkesan lembut, tapi Shasha tahu kalau ada ketegasan di dalam sana dan kalau sampai Shasha tidak menurutinya, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Shasha hanya bisa mengangguk, lalu bersama perempuan itu, ayahnya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat, meninggalkan Shasha yang baru pulang sekolah menangis sendirian di ruang keluarga, tempat kejadian dimana sang ayah b******u mesra sebelumnya. Hati Shasha sungguh sakit. Ia kecewa berat karena mengetahui ternyata ayahnya tidak sebaik yang dia kira selama ini. Dan mulai hari itu, hubungan Shasha dengan sang ayah berubah. Mereka tidak jadi sedekat dulu dan Shasha tidak menganggapnya sebagai pahlawan lagi. Karena pahlawan mana yang tega menyakiti keluarga sendiri? *** Sejak kejadian itu, hubungan Shasha dan keluarganya jadi merenggang. Terlebih lagi ketika pada akhirnya orangtua Shasha bercerai karena ibunya yang mengetahui sendiri kelakuan busuk ayahnya Shasha. Ibu Shasha pindah ke luar negeri setelah perceraian tersebut, sementara Shasha masih tinggal dengan ayahnya dan tidak jarang, kembali memergoki ayahnya membawa perempuan yang berbeda-beda ke rumah. Shasha benar-benar jijik dan membenci ayahnya untuk itu. Setelah bercerai, kondisi ayahnya benar-benar kacau. Pria itu jadi lebih emosional, terlebih lagi setelah warisan rumah sakit keluarganya jatuh ke tangan sang adik, membuatnya benar-benar kesal dan sering marah-marah pada semua pekerja yang ada di rumah, bahkan kepada Shasha, tanpa alasan yang jelas. Karena sikap ayahnya yang seperti itu, Shasha pun memilih untuk tidak berada di rumah sesering mungkin. Setiap hari ia pergi bersama teman-temannya. Menginap di rumah mereka, ke mall, hingga pada akhirnya pergaulan membawa Shasha sering pergi ke kelab malam dan ia pun jadi mengenal apa itu alkohol di saat usianya belum mencukupi untuk itu. Semua karena pengaruh teman-teman Shasha yang bisa dibilang nakal. Tapi, ada yang lebih parah dari sering pergi ke kelab malam dan mabuk-mabukkan. Karena ajakan teman-temannya, Shasha menjadi seorang 'bayi gula' yang berhubungan dengan pria berumur kaya raya. Lewat hubungan itu, Shasha memiliki banyak uang dan barang-barang mewah, kesenangan, serta rasa puas karena ia merasa dengan cara itu ia bisa membalas dendam kepada ayahnya sendiri yang bertingkah sama dengan para laki-laki tua yang pernah berhubungan dengan Shasha. Sungguh Shasha tahu kalau apa yang dilakukannya tidaklah baik. Bahkan tidak jarang ia berhubungan dengan laki-laki yang sudah beristri, hingga bercucu. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terlanjur terjadi. Shasha sudah terlanjur rusak sehingga jika dirinya berhenti pun, ia tidak akan bisa diperbaiki lagi. Kelakuan Shasha yang seperti ini bertahan hingga dirinya dewasa. Karena itu, Shasha juga tidak pernah menjalin hubungan serius. Ia tidak mau. Bahkan menikah tidak ada di daftar tujuan hidupnya. Shasha takut jika menikah, dirinya akan mendapat suami tidak baik seperti ayahnya. Dan lagipula, diri Shasha sudah terlalu hina untuk bisa menjadi istri orang lain. Akan tetapi, hidup ini suka lucu. Sebab di saat Shasha merasa dirinya tidak ingin menikah, seseorang justru datang dan membuat Shasha jatuh cinta hingga sejatuh-jatuhnya. Karena orang itu, Shasha jadi menginginkan sebuah pernikahan dan kata selamanya. Namun, sayangnya Shasha jatuh pada orang yang salah. Karena laki-laki itu sama saja dengan laki-laki sebelumnya yang pernah hadir di kehidupan Shasha. Laki-laki yang tidak bisa tinggal selamanya dan tidak pula bisa dimiliki Shasha karena dirinya sudah punya orang lain. "Mas Bisma..." Di pelukan laki-laki itu yang malam ini sedang bersamanya, Shasha memanggil namanya. "Kenapa?" Tanya Bisma dengan suara lemah. Ketika Shasha mendongak untuk melihatnya, sepasang mata laki-laki yang masih sangat tampan meski usianya sudah kepala empat itu sudah sayu. Bisma pasti mengantuk setelah apa yang baru saja selesai mereka lakukan malam ini. Shasha mengeratkan pelukannya pada Bisma, semakin mendekatkan tubuh mereka yang telanjang di balik selimut sembari berbisik, "Aku sayang kamu." "Aku juga sayang kamu, Shasha..." jawab Bisma diiringi senyuman kecil yang cukup menenangkan Shasha. Laki-laki itu pun menunduk guna memberikan satu kecupan yang cukup lama di bibir merah Shasha. "Sayang banget." "Bisa nggak kita gini terus?" Kali ini, Bisma melengos dan memilih tidak menjawab. "Nggak bisa ya?" Bisma hanya mendekap Shasha erat dan mencium puncak kepala perempuan itu, lantas berkata, "Tidur ya, Shasha, udah malem." Bukan itu jawaban yang diharapkan oleh Shasha. Dan untuk yang kesekian kalinya, Bisma Wiryawan berhasil menyebabkan satu bagian di hati Shasha retak karena ketidakpastian di antara mereka. Tapi ini bukan salah Bisma. Salah Shasha sendiri karena sudah berharap pada sesuatu yang seharusnya tidak boleh diharapkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD