bc

Maduku Anak Dukun

book_age18+
37
FOLLOW
1K
READ
adventure
billionaire
dark
reincarnation/transmigration
HE
time-travel
arranged marriage
bxg
scary
brilliant
childhood crush
war
like
intro-logo
Blurb

Banyak kasus kematian yang pada akhirnya berhasil Setya ungkap, bukan semata ia sengaja mencari petunjuk untuk membantu kepolisian. Hanya saja mereka sendiri yang datang untuk meminta pertolongan padanya. Tak jarang mereka datang tanpa tahu tempat, di mana pun bisa datang jika ada kesempatan, memperlihatkan diri dengan bentuk mereka yang bermacam rupa dari yang biasa saja hingga yang bisa membuat perut mual.Hal itu sudah biasa bagi Setya, ia akan membantu para arwah yang datang menemuinya dan melakukan hal yang bisa membuat mereka tenang.

chap-preview
Free preview
Hiking
Setelah lulus dari Universitas Kedokteran, Reno dan kedua sahabatnya memutuskan untuk berlibur sebelum melakukan aktivitas setelah lulus. Reno sendiri siap bekerja di rumah sakit milik keluarganya, sementara yang lain pasti sudah punya rencana masing-masing untuk ke depannya. Mereka akan mempunyai kesibukan masing-masing sebagai dokter, maka dari itu untuk hari terakhir kebersamaan. Mereka semua memutuskan untuk mendaki gunung sebagai tempat tujuan liburan mereka. Namun, siapa yang menduga kepergian mereka liburan menjadi malapetaka bagi mereka berempat termasuk kekasih dari Reno. Reno serta kedua sahabatnya yang bernama Rafi dan Alan ditambah Rasti yang menjadi kekasih dari Reno terancam menjadi korban dari keangkeran gunung yang akan mereka daki. Berawal dari hari kelulusan, Reno, Rafi dan Alan para calon-calon dokter muda yang siap bertugas beberapa pekan yang akan datang. Mereka bertiga sedang berkumpul di halaman kampus tempat mereka menimba ilmu, saling bercengkerama dan bercanda ria bersama. Rasti datang dan menyapa kekasihnya serta sahabat-sahabat Reno. "Hai, Sayang, selamat yah ...." Rasti merangkul Reno dan mencium pipi kiri dan kanan kekasihnya. "Selamat buat kalian juga," lanjutnya pada Rafi dan Alan. Rasti adalah gadis cantik dan seksi, dia seorang kembang kampus dari jurusan bisnis. Siapa yang tidak tertarik padanya, tubuhnya yang indah membuat pria mana pun akan tergoda saat melihatnya. "Acieee! Asik banget jadi lo, Ren." Rafi berkomentar saat sahabatnya tampak selalu mesra dengan kekasihnya. "Kayaknya kita butuh merayakan kelulusan kita nih, Bro," lanjutnya seraya merangkul pundak Alan, meminta pendapat pria berkacamata itu. "Yo'i, Bro ... harus banget kita rayakan, kira-kira ke mana asiknya, nih?" tanya Alan melirik kepada kedua sahabatnya, Rafi dan Reno. "Terserah lo berdua dah mau liburan ke mana, gue sama cewek gue ikut aja. Yakan, Sayang?" tanya Reno pada Rasti. Rasti tersenyum seraya bergelayut manja di lengan kekar Reno. "Iya, Sayang," jawabnya. "Gimana kalau kita hiking?" tanya Rafi minta pendapat. "Gunung Salak, gimana? Katanya puncak gunung itu sangat indah." Rafi terlihat bersemangat. "Gila, lo! Lo nggak pernah dengar mitosnya, serem tahu!" sahut Alan yang seraya bergidik takut. "Haha, masih percaya aja lo sama mitos? Lo tadi bilang itu mitos, ya berarti itu cerita bohong, itu cerita masyarakat yang membesar-besarkan halusinasi mereka sendiri," jelas Rafi yang tidak pernah percaya dengan hal takhayul seperti itu. "Serah lo aja deh, Fi." Alan akhirnya tak mau berdebat dengan Rafi. "Oke, jadi fix yah, kita besok hiking berempat, gimana Ren? Lo ajak deh tuh cewek lo biar asik." Rafi terkekeh. Reno pun mengangguk. "Oke, siapa takut, besok kita kumpul di rumah gue." "Oke, siap!" jawab keduanya, meski Alan tampak ragu-ragu dia tidak mau jadi bahan ejekan Rafi, jadi ia juga akan ikut hiking besok bersama kedua sahabatnya. *** Esok hari, matahari begitu sangat cerah, Alan dan Rafi sudah sampai di rumah Reno. "Udah yuk berangkat!" ajak Reno seraya menggandeng pinggang Rasti di sampingnya. "Bentar, lo berdua semalam nginep di sini?" tanya Alan seraya menunjuk ke arah Reno dan Rasti yang tampak tersenyum. "Halah, lo kepo aja, Lan. Mereka mah udah biasa, gue tahu. Udah deh buruan entar keburu siang," ajak Rafi seraya menepuk pundak Alan. "Iya, udah buruan pada naek deh lo pada, kita berangkat." Reno berjalan menuju mobil jeep-nya dan membukakan pintu untuk Rasti kemudian kedua temannya segera naik ke kursi belakang. Mobil pun melaju dengan cepat, di sepanjang jalan mereka terlihat begitu bahagia, merencanakan berbagai kegiatan setelah nanti mereka berhasil sampai di puncak gunung Salak, hingga tak lama mobil jeep Reno sampai di sebuah desa di bawah kaki gunung tersebut, ia pun memarkirkan mobilnya di salah satu rumah warga. "Punten, Kang. Saya nitip mobil di sini yah, dan ini buat Akang, buat beli rokok." Reno mengepalkan beberapa lembar uang untuk sang pemilik rumah yang ia titipi mobil. "Den, saya ingatkan, yah. Kalau kalian ada di gunung itu hati-hati, jangan sampai berkata kotor, jumawa atau melakukan perbuatan tidak baik di sana, berbahaya!" peringat laki-laki yang usianya sekitar 35 tahunan itu. Reno dan kedua temannya saling pandang, tapi kemudian Reno mengangguk. "Siap, Kang. Terima kasih sudah mengingatkan," ucapnya seraya bersalaman dengan warga itu. "Kami permisi, Kang," lanjut Reno berpamitan. "Ya, ya, hati-hati kalian, yah!" seru warga itu. Reno dan ketiga orang lainnya pun mulai mendekati ke dalam hutan, mulai menyusuri jalanan setapak yang biasa pendaki lain lewati, sudah ada tanda-tanda petunjuk arah dan juga tanda peringatan. Reno berada di depan disusul Rasti dan ketiga Rafi, tentu yang di paling belakang ialah Alan. "Apaan sih si akang tadi segala meringatin kita kaya gitu, dia tuh cuma mau nakut-nakutin kita aja tahu nggak sih!" Rafi terdengar kesal tapi yang lebih kesal lagi Alan yang mendengar ocehan Rafi. "Eh, Raf. Lo nggak boleh gitu, siapa tahu niat dia itu baik," timpal Alan. "Baik apaan, bikin parno, iya!" sahut Rafi makin jengkel. "Eh, woy, Lo pada bisa diam nggak? Ini kita ke mana lagi? Tidak ada petunjuk jalan lagi di depan," kesal Reno yang merasa bingung. "Eh, seriusan? Ya kali kita nyasar?" sahut Alan yang mulai merinding, sambil melirik sekitar. Mereka baru sadar kalau dari tadi langkah mereka seperti berputar-putar dan tidak ada titik temunya. "Sayang, kok aku takut, yah." Rasti memeluk lengan kekasihnya. "Tenang, Ras. Kita berusaha cari jalan keluar," jawab Reno menenangkan. WUUUSSH! Bayangan hitam berkelebat membuat semua orang terkejut. "Eh, buset apaan tuh, Bro!" Alan yang ada paling belakang langsung merangkul Rafi yang ada di depannya. "Eh, wey, Lan. Lepas kagak, lo! Nemplok-nemplok sama gue, bikin geli aja, lo!" kesal Rafi membuat Reno dan Rasti terkekeh. "Ya elah, Raf ... gue terkejut tadi, masa nggak boleh pegang Elo," rajuk Alan. "Ih, hih! Ogah!" timpal Rafi seraya mengkedikkan bahunya, merasa jijik dibuat-buat hingga membuat Alan memanyunkan bibirnya. "Udah, udah, ayo kita jalan lagi, kayaknya itu jalannya." Reno kembali berjalan ke depan dan menemukan jalan setapak yang tidak ada petunjuk rutenya. "Nah, ini ada jalan, tapi di sini tidak ada petunjuk rutenya, apa ini jalan lain menuju puncak?" tanya Reno. "Mungkin, kita terus aja ke atas, Ren," timpal Rafi yakin. "Oke, hati-hati, Sayang!" peringat Reno pada kekasihnya. Reno tidak pernah melepas tangan Rasti hingga cuaca mulai mendung dan suasana di dalam hutan itu mulai menggelap. "Gawat, sepertinya mau turun hujan, kita harus cari tempat untuk buat tenda," kata Reno. "Iya, ayo cepat, Ren. Jangan sampai kita kehujanan!" timpal Rafi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CINTA ARJUNA

read
11.7K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.4K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
28.5K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.1K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.1K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.2K
bc

Ayah Sahabatku

read
19.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook