Saat yang dinantikan oleh Neira akhirnya tiba. Dia dihadapkan pada wanita yang dicintai Sei. Wanita polos dan sakit- sakitan. Itulah alasan kenapa Neira berhasil menyusup masuk ke dalam hidup Sei dan mendapatkan ketenaran. Dan sekarang dia memiliki keserakahan yang lain yaitu menaklukan Sei.
'Polos tapi berpakaian seksi. Aku jadi meragukan penilaian ku terhadap sifat seseorang, ' batin Neira.
Lihat saja pakaiannya, sangat mini dengan atasan yang membungkus ketat tubuhnya. Bahkan artis seperti dirinya hanya akan memakai pakaian seperti itu saat di panggung.
Sei tidak suka cara Neira mengamati Sally. Tidak hanya Neira, artisnya yang lain juga ikut mengamatinya Sally. Dai tahu alasan mereka mengamati Sally karena pakaiannya. Dia pun berbuat sesuatu agar perhatian para artisnya tidak lagi mengarah pada Sally.
"Aku senang kalian semua bisa hadir," ucap Sei yang saat ini berada di depan meja panjang di mana kursinya dipenuhi oleh artis di bawah naungan managemennya.
Di sisi kiri pria itu, duduk gadis berwajah polos nan manis, Selly. Gadis itu nampak bangga akan posisinya sebagai tunangan pria yang mendekati sempuran. Dia tahu kalau menjadi pusat rasa iri semua orang yang hadir.
Namun Hal itu tidak berlaku pada Neira. Dia memberi tatapan penuh makna pada Sei. Ia tidak perduli jika Sei mengabaikan tatapannya. Sebab Neira tahu kalau Sei terganggu dan nampak goyah.
'Kamu hanya pajangan dan aku yang menikmati gairah Sei Sally,' batin Neira.
"Kami meminta kalian datang untuk memberi tahu kalau kalian kami minta tampil di acara ulang tahun perusahaan. Acara itu akan disiarkan secara live," ucap Sei.
Para artis tidak mungkin mengabaikan perintah atasan mereka.
"Aku akan membagikan susunan acara agar kalian pelajari," ucap Sei.
"Tolong jangan jadikan permintaan kami beban. Bagaimana pun kalian sudah aku anggap keluarga sendiri, " kali ini Sally yang bicara.
Di situ, Neira melihat kesempatan untuk bermain- main dengan Sei. Ia memanfaatkan saat Sei lewat di sampingnya. Dia sengaja menjegal kaki Sei agar pria itu jatuh.
Sesuai rencana, Sei terjatuh saat ia lewat menuju Neira. Tubuhnya menimpa Neira yang duduk menghadap layar proyektor. Dia bersikap seolah bukan dirinya yang melakukan hal itu.
Semua yang hadir jelas terkejut dengan kejadian itu. Apalagi posisi Sei berada di atas Neira.
"Astaga, " pekik Syala. Dia adalah salah satu grup duet yang masih eksis.
"Maaf, kaki ku tersandung." Hanya itu yang Sei katakan. Dia bersikap seolah tidak terjadi apapun dan membantu Neira berdiri. Setelah itu dia melanjutkan membagi kertas yang berisi susunan acara perayaan ulang tahun perusahaan. Neira pun kembali fokus ke kertas dan berpura-pura membaca kertas yang dibagikan tadi. Hal itu membuat siapapun yang melihat tidak curiga.
'Huh, ternyata kamu juga aktor yang handal,' batin Neira. Dalam hati ia tersenyum sinis.
Akan tetapi ia merasakan ada seseorang yang menatapnya. Neira secara alami mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah orang yang menatapnya.
Jantungnya serasa copot kala Sally menatapnya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, yang pasti tatapannya membuat Neira terganggu.
'Apa kamu merasakan nya?' batin Neira. Dia balas menatap Sally dan tersenyum. Tidak ada rasa takut dalam dirinya karena ia memang berniat merebut Sei dari Sally.
"Apa kamu baik-baik saja Nona Neira?" tanya Sally.
Semua orang yang ada di ruang rapat segera menoleh ke arah Neira.
"Aku tidak apa-apa. Beruntung karpetnya tebal jadi kulit ku tidak lecet," jawab Neira.
Jawaban Neira membuat semuanya tertawa. Atmosfer tegang yang tadinya meliputi ruangan menjadi rileks. Hal itu membuat Neira terkesan polos.
"Untung saja kamu tidak terluka, sebab aku yakin tubuh Pak Sei isinya otot semua," celetuk Sam. Dia juga penyanyi yang lama berada di bawah managemen Sei.
"Oh, benarkah? aku tadi mengkhawatirkan pantatku. Kalau jatuh ke karpet keras pasti rasanya tidak menyenangkan, " ucap Neira lagi.
Semuanya kembali tertawa. Namun tidak dengan Sally. Meski bibirnya tersenyum, tapi ia nampak menatap dingin pada Neira. Mungkin saja insting wanita dalam dirinya berdering. Sehingga memberi firasat kalau Neira adalah sebuah ancaman.
Bukannya Neira tidak menyadarinya, akan tetapi dia memilih mengabaikan tatapan Sally. Gadis itu memang pantas untuk waspada.
"Aku minta maaf. Semua itu karena kecerobohan ku," ucap Sei. Dia kembali di kursinya. Matanya yang sejak tadi enggan melihat Neira akhirnya mengarah ke simpanan nya.
"Jangan dipikirkan Mr Sei. Aku baik baik saja," jawab Neira.
"Mungkin kamu harus mengasuransikan pantatmu Neira," celetuk Bella.
"Aku harap bisa melakukannya, " tanggap Neira.
Anehnya karena kejadian ini, rapat menjadi rileks. Para artis nampak menikmati rapat yang berlangsung. Sebab mereka mengira kalau rapat akan tegang seperti yang sudah- sudah. Ternyata semua berjalan lancar dan menyenangkan.
***
"Apa yang kamu lakukan? kejadian tadi bisa membuat hubungan kita bocor, " geram Sei.
Baik Neira maupun Sei sekarang berada di apartemen Neira. Pria ini sedang menghukum Neira dengan mengikat kedua tangannya di ranjang. Matanya tertutup kain dan tentu saja dalam keadaan polos.
"Aku tahu, saat itu aku memang sengaja melakukannya, " jawab Neira yang tak mau kalah.
"Kamu gila," desis Sei.
" Ya, kamu benar. Aku jatuh cinta padamu dan akan membuatku sepenuhnya milikku. Apa kamu tidak sadar kalau hanya aku yang bisa memuaskan mu," ucap Neira.
Walau ia tidak bisa melihat seperti apa wajah Sei, ia tahu kalau Sei pasti memerah. Dia bisa menebak hal itu karena detak jantung Sei yang cepat bisa ia rasakan.
"Apa kamu tahu, ucapanmu bisa mengakhiri perjanjian kita. Aku tidak ingin hubungan yang melibatkan emosi," bisik Sei.
Neira kini dimabukkan dengan aroma minth dan pintu yang menguar dari tubuh Sei. Sangat lezat untuk dinikmati.
"Apa kamu begitu pengecut Daddy? Apa kamu takut jatuh cinta padaku?" tanya Neira. Dari ucapannya ia nampak menantang Sei.
"Jangan konyol. Aku hanya mencintai Sally."
"Kalau begitu buktikan cintamu. Aku ingin tahu seberapa kuat cinta mu ditengah godaan panas dariku," tantang Neira lagi.
Kali ini dia menyebarkan kakinya, membuat Sei yang sedari tadi menahan gairahnya tidak tahan lagi.
"Kamu memang harus dihukum dengan keras..." desis Sei. Matanya berkibar penuh emosi. Rasa marah dan hasratnya melebur menjadi satu hingga ia menyatukan tubuhnya dengan keras dan kasar.
"Kyaaa... Sei kamu kasar."
"Ini hukuman mu."
Sayangnya Neira bukan orang yang mau mengalah begitu saja. Dia justru berteriak seolah menikmatinya.
"Bagus Sei... Kamu luar biasa."
Anehnya teriakan Neira justru membuat Sei semakin terhanyut dalam percintaan mereka. Dia lupa dengan ucapannya yang mengatakan kalau mencintai Sally.