Chapter 1 - Satu Malam Denganmu

2481 Words
**Flashback, beberapa tahun sebelumnya** Ingga Asmarani berjalan cepat menghampiri seorang laki-laki berperawakan tinggi besar yang berjalan di depannya. Kakinya sudah terasa sakit. Tidak hanya karena harus berjalan cepat -nyaris berlari- demi menghampiri laki-laki yang berada jauh di depannya. Hari ini, sialnya high heels setinggi tujuh senti yang digunakan Ingga agak kekecilan di kaki mulusnya. Adalah Aksa Waraprada, sahabat karib yang juga hadir di pesta malam itu bersama Keenan dan Ingga. “Aksa! Tunggu!” teriak Ingga. Aksa langsung menoleh, raut wajahnya nampak seperti orang yang sedang menahan rasa sakit, “Apa lagi? Kepalaku sudah sakit sekali ini ..” “Keenan bagaimana?” tanya Ingga yang napasnya nampak sedikit terengah-engah. “Antar saja sana ke apartemennya,” jawab Aksa santai. “Ah, kenapa tidak kamu saja sih?!” kata Ingga kesal. Aksa beralih memegangi kepalanya yang terasa mulai sakit akibat minuman beralkohol yang terlalu banyak ditenggaknya tadi, “Kepalaku sudah sakit sekali ..” “Tapi ..” Belum sempat Ingga menyelesaikan ucapannya, Aksa sudah keburu angkat bicara duluan, “Sudah ya, aku mau pulang dulu. Bye.” Setelahnya, Aksa langsung buru-buru pergi meninggalkan Ingga sendirian .. bersama dengan Keenan. Yang sudah sama mabuknya dengan Aksa. Malah mungkin Keenan lebih parah. Ingga beralih menghampiri Keenan setelahnya, yang sedang duduk sendirian di atas kursi di samping kolam renang. Keenan Lorenzo nampak kacau sekali. Mata coklat terangnya terpejam. Tiga buah kancing kemeja putihnya sudah terbuka, menampilkan d**a bidangnya yang terlihat sedikit menyembul dari balik kemeja putihnya. Rambut coklat gelapnya terlihat sedikit acak-acakan. Beberapa botol kaca minuman keras tergeletak tak beraturan di sampingnya. Ingga menghampiri Keenan perlahan. “Keenan, bangun,” katanya sambil menggoyang-goyangkan lengan Keenan. Nihil. Laki-laki tampan keturunan setengah Italia ini tak kunjung bangun juga. Sepertinya Keenan sudah mabuk berat. Melihat Keenan yang tak kunjung bangun, Ingga malah jadi tambah kesal sendiri. “Keenan!” bentaknya. Begitu dibentak, Keenan langsung bangun, membuka kedua mata coklat terangnya perlahan lalu menyeringai nakal, “Ada apa, sayang?” Ingga langsung menutup hidung mancungnya begitu mendengar Keenan bicara, “Astaga, kamu bau sekali ..” Bukannya marah karena dibilang bau, Keenan malah senyum-senyum tidak jelas, “Masa sih? Aku masih wangi kok. Aku pinjam parfum bvlgari punya Damian tadi ..” Ingga tersenyum miring, “Wangi apanya? Kamu bau alkohol.” Ingga lanjut bicara setelahnya, “Ayo.” “Ke mana?” tanya Keenan dengan raut wajah super polosnya. Ingga tersenyum geli, “Pulang, memangnya mau ke mana lagi?” “Aku tidak bisa jalan, Ingga .. Kepalaku seperti berputar-putar rasanya ..,” kata Keenan sambil memegangi kepalanya yang terasa amat pening. ‘Duh, merepotkan saja,’ batin Ingga kesal. Setelahnya, Ingga beranjak membantu Keenan, yang sudah amat sempoyongan itu, untuk bangkit berdiri. “Sini aku bantu,” kata Ingga sambil meletakkan tangan Keenan di pundaknya lalu mengajaknya jalan perlahan. Keenan, di lain sisi, tidak mau melewatkan kesempatan ini. Sambil berjalan, Keenan terus memperhatikan wajah cantik Ingga. Bibirnya, hidungnya, matanya, alisnya .. Semua nampak nyaris sempurna. Tak kuasa melihat betapa cantiknya perempuan yang sedang membantunya berjalan ini, tanpa sadar jari-jari tangan Keenan mulai bergerak perlahan menyentuh pipi mulus Ingga. “Kamu sangat cantik, Ingga ..,” bisik Keenan. Ingga langsung menepis tangan Keenan dari pipinya, “Ah, jangan sentuh aku!” Keenan hanya menyeringai nakal. Tak lama setelahnya, keduanya akhirnya sampai di parkiran mobil tempat Keenan memarkir mobil mercedes benz hitamnya. “Di mana kunci mobilmu?” tanya Ingga. Keenan menyeringai, “Lupa.” “God, serius Keenan! Ingat-ingat lagi ..,” kata Ingga kesal. “Sepertinya ada di dalam saku celanaku,” jawab Keenan. “Ya sudah mana sini?” Seringai di wajah tampan Keenan melebar, “Ambil saja sendiri ..” “s**t, punya teman kok menyebalkan sekali sih,” umpat Ingga. Setelahnya, Ingga beranjak merogoh kantung celana panjang hitam yang digunakan Keenan. Entah karena efek alkohol atau bukan, entah mengapa, Keenan langsung merasa b*******h begitu merasakan sentuhan jari-jari tangan Ingga yang lentik itu di daerah sekitar organ intimnya. Tubuhnya langsung terasa panas seketika. Untungnya, tak lama setelahnya Ingga menemukan kunci mobil Keenan. Dahi mulusnya langsung mengkerut begitu mendapati Keenan, yang hanya terdiam dengan wajah yang nampak sedikit pucat. “Kamu kenapa?” tanya Ingga bingung. Keenan hanya menggeleng. Tidak mungkin kan Keenan mengaku kalau Ingga sudah berhasil membuatnya b*******h? Hampir satu jam kemudian, keduanya akhirnya sampai di apartemen Keenan. “Apa kode aksesnya?” tanya Ingga, yang masih setia menopang tubuh Keenan yang sudah sempoyongan itu. Efek alkohol yang terlalu banyak diminumnya tadi. Setelahnya, Keenan beranjak menekan kode akses masuk apartemennya dengan jari yang sedikit gemetar. Begitu masuk di dalam apartemennya, Ingga langsung merebahkan tubuhnya dan tubuh Keenan ke atas sofa yang empuk. Ingga menghela napas sejenak, “Akhirnya ..” Keenan menatap Ingga sambil tersenyum nakal, “Kenapa, sayang? Kamu sudah tidak sabar mau datang berkunjung ke apartemenku ya?” “Ah, bukan begitu! Kamu berat tahu!” kata Ingga kesal. Senyum nakal di wajah tampan Keenan malah melebar. Ingga beralih menatap jam tangan merek olivia burton yang melingkari pergelangan tangan kirinya sejenak, “Sudah malam. Sepertinya aku harus pulang sekarang.” Ingga baru bangkit berdiri dan hendak berjalan meninggalkan Keenan, saat tiba-tiba Keenan meraih lengannya, mencegahnya untuk pergi. Ingga beralih menatap Keenan. “Mau apa lagi?” tanyanya bingung. Tanpa basa-basi, Keenan langsung menghempaskan tubuh Ingga dengan kasar ke atas sofa, lalu beralih menindih tubuh mungilnya. “Ah, Keenan!” teriak Ingga yang merasa amat tertegun kaget. Keenan memperhatikan wajah perempuan cantik yang sedang ditindihnya itu sejenak. Mata coklat terangnya yang menatap Ingga dengan tatapan intens itu terlihat mulai dipenuhi oleh gairah. “Aku benar-benar ingin bercinta denganmu, Ingga ..,” bisik Keenan sambil mengelus perlahan pipi mulus Ingga dengan jari-jari tangannya. Ingga tambah tertegun kaget, dahi mulusnya langsung mengkerut, “Apa yang barusan kamu bilang?” Keenan tak menjawab lagi. Keenan beralih menangkupkan wajah Ingga setelahnya, lalu dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Ingga, mencoba menghapus jarak yang memisahkan keduanya. Tiba-tiba .. Bibir Keenan baru saja akan menyentuh bibir Ingga yang terasa lembut itu, saat tiba-tiba Keenan merasa perutnya amat sangat mual. Begitu mual, seolah-olah perutnya sedang dikocok tanpa henti. Keenan langsung muntah di samping Ingga setelahnya, mengotori karpet apartemennya. “Huek!” Dengan kasar, Ingga langsung mendorong tubuh Keenan. Tak percaya kalau laki-laki tampan yang baru saja menindih tubuhnya itu akan muntah tepat di sampingnya, “God! Keenan!” Setelahnya, dengan cekatan Ingga langsung bangkit berdiri dan mengambil sebuah kain pel yang tergeletak di dekat mesin cuci. Meskipun merasa kesal setengah mati, Ingga tetap membersihkan karpet apartemen Keenan. Karena kalau bukan dirinya, siapa lagi? Maklum, Keenan tinggal sendirian dan tidak pernah menyewa yang namanya asisten rumah tangga. Selesai memberishkan karpet apartemen Keenan, Ingga langsung kocar kacir mencari-cari dimana letak tissue nya. Ya, muntahan Keenan rupanya tak sengaja mengotori gaun hitamnya. Untungnya hanya sedikit, tidak banyak. Kalau banyak, pasti Keenan akan langsung terkena tamparan manis dari seorang Ingga Asmarani. “s**t, di mana sih tissue nya?!” kata Ingga kesal. Setelah hampir lima menit mencari-cari di mana letak sang tissue, akhirnya ketemu juga. Selesai membersihkan gaunnya dengan berlembar-lembar tissue, Ingga kembali menghampiri Keenan. Keenan nampak sudah tertidur dengan posisi masih duduk di sofa empuknya. Ingga menggoyang-goyangkan lengan Keenan perlahan setelahnya, mencoba membangunkannya, “Keenan, bangun ..” Keenan tak menjawab. Sepertinya benar-benar sudah ‘tewas’. Ingga terdiam sejenak setelahnya, memperhatikan wajah tampan Keenan. Bahkan sayup-sayup Ingga dapat mendengar suara helaan napas Keenan yang sedang sibuk menghirup oksigen. Tanpa sadar, sebuah senyum menghiasi wajah cantik Ingga, “Benar-benar sudah tertidur rupanya.” Dengan perlahan, Ingga beralih membantu Keenan berdiri, membawanya masuk ke dalam kamar tidurnya, lalu membaringkannya di atas ranjang tempat tidurnya dengan cekatan. Ingga beranjak membuka sepatu pantoufle yang dikenakan Keenan setelahnya, lalu langsung pergi keluar dari kamar tidur Keenan setelah memastikan kalau Keenan sudah benar-benar tertidur. Begitu keluar dari kamar tidur Keenan, Ingga langsung memegangi pinggangnya yang terasa mulai pegal karena harus menopang tubuh Keenan yang berat tadi. “Sepertinya setelah ini aku akan terkena sakit pinggang ..,” gerutu Ingga. Setelahnya, Ingga beranjak membaringkan tubuhnya lagi di atas sofa empuk di ruang tamu apartemen Keenan. Kedua mata indahnya mulai terpejam perlahan, tubuhnya sudah merasa sangat ngantuk dan capek sekali. ‘Sepertinya bermalam di sini tidak apa-apa. Aku sudah ngantuk sekali ..,’ batin Ingga. Tak sampai sepuluh menit kemudian, akhirnya Ingga jatuh tertidur. Hanyut terbawa sunyinya suasana apartemen Keenan dan dinginnya udara malam yang sesekali berhembus .. ***** Waktu menunjukkan pukul dua lewat lima belas dini hari saat Keenan Lorenzo terbangun dari tidurnya. Begitu membuka kedua mata coklat terangnya, kepalanya langsung terasa sakit. Efek alkohol yang tadi diminumnya nampaknya tak kunjung pudar juga dari tubuhnya. “Damn ..,” bisik Keenan sambil memegangi pelips mulusnya. Keenan bangkit perlahan dari ranjangnya lalu setelahnya berjalan gontai menuju pintu keluar kamarnya. Tenggorokannya terasa kering sekali, butuh air secepat mungkin. Begitu keluar dari kamarnya, Keenan langsung tertegun kaget begitu mendapati Ingga, yang sedang tertidur pulas di sofa empuknya dengan posisi meringkuk. “Ingga masih di sini?” kata Keenan bingung. Keenan berjalan perlahan mendekati Ingga, lalu berlutut tepat di sampingnya setelahnya. Keenan terdiam sejenak memperhatikan wajah cantik Ingga, yang nampak begitu damai saat sedang tertidur itu, lalu mengelus pipinya perlahan dengan jari-jari tangannya. Kedua mata coklatnya turun perlahan setelahnya, memperhatikan sebuah noda yang mengotori gaun yang Ingga kenakan. Sesaat, Keenan langsung ingat kalau dirinya baru saja muntah tadi. Pasti noda itu terjadi karena perbuatannya. ‘Sial, apa yang sudah aku lakukan,’ batin Keenan. Dengan perlahan, Keenan beranjak menggendong tubuh Ingga lalu membawanya masuk ke dalam kamar tidurnya. Keenan membaringkan tubuh Ingga dengan lembut di atas ranjangnya, lalu berjalan cepat menuju lemari pakaiannya dan mengambil sebuah kaus putih dan celana tidur warna abu-abu miliknya dari dalam sana. Keenan beralih mendekati Ingga lagi, yang masih tertidur lelap di atas ranjangnya, lalu beranjak mencium dahi mulusnya sekilas.  “I’m sorry,” bisik Keenan. Setelahnya, Keenan beranjak menanggalkan gaun yang dikenakan Ingga dengan perlahan. Gaunnya nampak sudah kusut dan kotor sekali. Apalagi tidak sengaja terkena muntahan tadi. Begitu selesai melucuti gaun yang dikenakan Ingga, Keenan hanya terdiam setelahnya. Tak bisa dibohongi, Ingga nampak begitu menggairahkan. Gunung kembarnya yang terlihat begitu ranum itu tertutup sebuah bra berwarna hitam. Demikian pula dengan daerah intimnya, yang hanya tertutup sebuah panties renda berwarna hitam. Tanpa disadari, milik Keenan langsung terasa sesak begitu melihat perempuan cantik yang sedang tertidur -nyaris telanjang- di hadapannya. ‘Damn,’ batin Keenan. Keenan bergerak mendekati Ingga perlahan, lalu mencium lembut bibirnya sekilas. Ingga nampak pulas sekali dalam tidurnya, sampai-sampai tidak menyadari kalau diam-diam, Keenan sudah melucuti hampir seluruh pakaiannya. Bibir Keenan bergerak semakin ke bawah setelahnya, menghujani leher mulus Ingga dan gundukan ranumnya dengan kecupan-kecupan hangat yang begitu membakar gairah. Ingga langsung mengerang, tubuhnya menggeliat tidak nyaman begitu merasakan remasan lembut tangan Keenan di gundukan ranumnya, “Nghh ..” Keenan langsung tertegun kaget. Sebuah tamparan keras seolah-olah langsung menampar dirinya begitu mendengar erangan yang lolos dari bibir Ingga. Keenan langsung menggelengkan kepalanya. ‘Tidak, tidak boleh. Aku tidak boleh melakukannya sekarang,’ batin Keenan. Pada akhirnya, Keenan mengurungkan aksi liarnya. Padahal bisa saja Keenan meniduri Ingga, bercinta dengannya saat dirinya sedang terlelap tidur. Toh mungkin Ingga tidak akan menyadarinya. Apalagi miliknya di bawah sana sudah terasa begitu b*******h, ingin segera dipuaskan. Tapi pada akhirnya, Keenan tidak melakukan itu semua. Dengan perlahan, Keenan memakaikan Ingga kaus putih dan celana tidur warna abu-abu miliknya, lalu setelahnya beranjak menyelimuti tubuh Ingga dengan sebuah selimut tebal. Keenan beranjak mencium dahi mulus Ingga sekilas, “Aku akan selalu menunggumu, meskipun kamu tidak merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan sekarang.” Keenan mencium lembut bibir Ingga lalu beralih berbisik, “I love you, Ingga ..” ***** Sinar matahari yang hangat membangunkan Ingga Asmarani dari tidur lelapnya. Begitu membuka kedua mata indahnya, Ingga langsung dihadapkan pada senyum manis seorang Keenan Lorenzo, yang sedang berdiri sambil memegangi secangkir kopi hangat di hadapannya. Keenan masih topless, hanya sebuah boxer hitam yang menutupi daerah intimnya di bawah sana. “Selamat pagi, sayangku,” sapa Keenan. Kedua mata Ingga langsung membulat, “Keenan?!” Keenan berjalan santai mendekati Ingga setelahnya, lalu duduk di tepi ranjang di samping Ingga. “Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak, hm?” tanya Keenan sambil mengelus perlahan pipi mulus Ingga. “Kok kamu ada di sini?!” tanya Ingga yang masih merasa amat tertegun. Keenan tersenyum lebar, “Ini kan apartemenku, Ingga sayang. Kamu lupa ya?” Ingga menatap Keenan dengan raut wajah tidak percaya, “Itu artinya ..” Keenan mengangguk sambil tersenyum nakal, “Iya, kamu bermalam di sini ..” Keenan beralih berbisik tepat di depan telinga Ingga, “.. bersamaku.” Ingga langsung meremas rambut tebal nan panjangnya dengan frustrasi. Tak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya tadi malam. Ingga menghela napas sejenak setelahnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri, “Jam berapa sekarang?” “Sembilan lewat lima,” jawab Keenan selepas menyeruput kopi caffè americano nya. Kedua mata Ingga langsung membulat, “Apa?!” Setelahnya, Ingga langsung turun dari tempat tidurnya, mengambil handbag coach hitamnya dan beralih mengeluarkan seluruh peralatan makeup nya dari dalam sana. “Aduh .. Sial, sial, sial ..,” kata Ingga yang nampak sedang begitu terburu-buru. “Kamu tidak mau sarapan dulu?” tanya Keenan bingung. “Aku tidak punya waktu untuk sarapan,” kata Ingga yang sedang sibuk mengambil seluruh peralatan makeup nya. Ingga berjalan cepat menuju kamar mandi di kamar tidur Keenan setelahnya. “Aku pinjam kamar mandimu ya,” lanjutnya. “Silahkan,” jawab Keenan. ‘Astaga, dia bahkan sama sekali tidak sadar ya kalau bajunya sudah kuganti tadi malam?’ batinnya. Beberapa saat setelahnya, ponsel Ingga tiba-tiba berbunyi. Melihat Ingga yang nampaknya masih sibuk di kamar mandi, Keenan akhirnya beranjak mengecek ponsel Ingga. Dahi mulusnya langsung mengkerut begitu melihat nama seorang laki-laki yang tertera di layar ponsel Ingga, “Hamish Alexander?” Keenan beralih membaca popup pesan w******p yang dikirim laki-laki bernama Hamish Alexander itu setelahnya. “Kamu tidak lupa akan janji kita siang ini kan? Aku tidak sabar bertemu denganmu,” kata Hamish dalam pesan w******p-nya. Jantung Keenan berdegup lebih kencang seketika. Wajahnya terasa memanas. Dadanya terasa sesak. Napasnya mulai memburu. Keenan merasa cemburu. Lima belas menit kemudian, akhirnya Ingga keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan sudah jauh lebih rapih. Rambutnya yang panjang itu dikuncir satu. Wajahnya yang cantik itu sudah dirias dengan pulasan makeup tipis-tipis, dengan sapuan lipstick warna peach yang terlihat menghiasi bibirnya. “Aku pergi dulu ya,” kata Ingga selepas merapihkan seluruh barang bawaannya. Dahi mulus Keenan langsung mengkerut, “Kamu mau ke mana?” “Ada meeting penting dengan klien kantor,” bohong Ingga. Keenan hanya terdiam sambil menatapi wajah cantik Ingga. ‘Ck, sejak kapan meeting penting bisa pakai kaus dan celana tidur?’ benak Keenan getir. Ingga beralih menepuk lengan berotot Keenan sebelum akhirnya pergi meninggalkannya sendirian, “Sampai jumpa nanti.” Keenan hanya tersenyum tipis. Siapa itu Hamish Alexander? Mungkinkah kekasih Ingga?     ♥♥TO BE CONTINUED♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD