3. Ice Cream

1316 Words
Jangan marah. Tidak setiap waktuku harus selalu tentangmu. *** "Nay gue duluan yah?" Naya menganggukan kepalanya dan tersenyum manis. "lo gak mau bareng gue?" Tanya Rani yang memang selalu membawa kendaraan bermotor. "Gak usah, gue nunggu Erza aja." "Ya udah, gue duluan daah..." Naya menganggukan kepala untuk kesekian kalinya dan kembali menunggu Erza yang belum juga datang. "Naya?" "Eh Vero, kenapa Ver?" tanya Naya. "Kok belum pulang, kenapa?" Naya mencebikan bibir mungilnya, "Lagi nunggu Erza, tapi lama." Jwab Naya. "Bareng gue aja kalo gitu, gimana?" tawar Vero. Naya terlihat berpikir, hingga akhirnya Erza pun datang menghampiri mereka berdua. "Sayang maaf tadi--Vero? Kalian lagi ngapain?" Tanya Erza yang heran melihat Naya dan Vero berdua-duaan di depan kelas Naya yang memang sudah kosong. "Vero lagi nungguin aku." Jawab Naya ketus. "Ya udah, sekarang kita pulang." Ucap Erza menggandeng lengan Naya. Naya tak bergeming sama sekali. "Kenapa?" Ucap Erza bertanya. Naya menautkan kedua alisnya. "Kamu tanya kenapa? Hellooo Erza, kamu itu udah bikin aku nunggu lama! Kamu liatkan semua temen kelas aku udah pada pulang, untungnya ada Vero." Kesal Naya melepaskan gandengan tangan Erza. "Maafin aku, tadi ada hal yang harus aku bicarain sama Aland," ucap Erza. "Aku gak mau pulang sama kamu!" Tekan Naya. "Kok gitu? Aku minta maaf, lagian kan aku juga gak niat buat kamu nunggu,"ucap Erza meminta maaf. "Kamu kan bisa ngasih tau aku, gimana sih kamu, udah ah sana! Kamu urusin temen kamu!" Kesal Naya mendorong tubuh Erza agar pergi. Erza ingin sekali marah, membentak dan sebagainya namun jika itu terjadi maka semuanya akan tambah kacau. Erza terlihat menghela nafas berat. "Aku minta maaf okay, sekarang aku anterin kamu pulang." Bujuk Erza memohon. Naya menggelengkan kepalanya cepat, "ENGGAK!" Naya beralih menatap Vero yang masih berada di sana menyaksikan perdebatan sepasang kekasih tersebut. "Vero anterin gue pulaaang.." Naya merengek dengan menarik-narik lengan Vero. Vero memandang ke arah Erza yang menggelengkan kepalanya dengan harapan Vero tidak akan mengantarkan Naya pulang. "Okay." Jawab Vero dan itu membuat Erza mengumpat tidak jelas. "Sialan Vero, lo udah nyari kesempatan dalam kesempitan." Geram Erza tertahan. Erza terus berusaha membujuk Naya agar pulang bersamanya. Namun apaboleh buat, saat ini Naya tengah dalam mode keras kepalanya, dia terus berjalan dengan menggandeng lengan Vero menuju parkiran. "Naya sayang aku minta, kamu pulang bareng aku yah..." Mohon Erza untuk kesekian kalinya. "Ayo Nay!" Ajak Vero meminta Naya untuk naik ke atas motornya dan Naya pun melakukan itu. "Lo mau nganterin Naya pake motor?" Tanya Erza memastikan pada Vero yang tengah memakai helmnya. "Iya." singkat Vero. Erza beralih menatap Naya. "Sayang kamu turun yah, aku anterin kamu pulang." Naya tetap enggan turun dari boncengan Vero. "Naya please dengerin aku, kalo naik motor kamu bisa kenapa-napa, kamu naik mobil aku yah, biar lebih aman yaang..." bujuk Erza kembali. "Aku bilang aku gak mauuu, aku kesel sama kamu!" Tolak Naya. Merasa tak ada pilihan lain Erza pun berusaha mengangkat Naya agar turun dari atas motor Vero. Namun Naya tetap memberontak enggan untuk Erza pangku. "Naya diem nanti kamu bisa jatooh!" Ujar Erza saat berhasil memangku Naya. "Turunin akuuu, aku marah sama kamuuu!" Naya terus saja memberontak. "Naya, Nayaa dieem." Erza bawa Naya yang berada dalam gendonganya ke dalam mobil. Dengan susah payah Erza membuka pintu mobilnya dan berusaha mendudukan Naya di dalam, namun Naya enggan melepaskan pegangan tanganya dari leher Erza dan malah melingkarkan kakinya di pinggang Erza. "Naya lepasss Nay..." "Nggak mau!" Dengan setengah tubuh yang berada di dalam mobil, menahan berat tubuh Naya yang masih bergelayut di tubuhnya. Erza terus berusaha untuk membuat Naya diam dan menurut untuk pulang bersamanya. "Naya aku bisa jatoh," "Biarin kamu ini yang jatoh!" "Kalo aku jatoh, aku bisa nindih kamu nanti badan kam--" Erza menggantungkan kalimatnya dan menyipitkan matanya memandang Naya penuh arti. "Jangan-jangan kamu sengaja yah mau bikin aku jatoh, supaya nindih kamu yakan?" Goda Erza walaupun harus tetap menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh. "Ih apaansih nggak yah." Elak Naya. Erza kembali tersenyum penuh arti. "Kalo mau, jangan di kursi depan dong, di kursi belakang biar--x "Udah ah sana dasar m***m!" Potong Naya melepaskan tangan dan kakinya yang sedari tadi bergelayut ditubuh atletis Erza. "Ciee blushing" goda Erza kembali membuat yang membuat Naya menutupi wajahnya. "Kok dilepas sih, heum? Gelayutan lagi aja." "Erzaaa ih diem aku tendang punya kamu, baru tau rasa!" Ancam Naya yang benar-benar merasa malu. "Rasa apa emang?" Erza masih belum pergi dari hadapan Naya dan malah terus menggodanya. Naya menatap Erza datar. "Maaf deh maaf, ya udah kita pulang." Erza pun menutup pintu mobilnya dan beralih ke sisi kemudi. Sebelum Erza melajukan mobilnya, ia memandang ke arah Naya. "Maaf, tadi aku harus ngobrol dulu sama Aland." Naya hanya menengok ke arah Erza sekilas dan kembali menatap lurus ke depan. "Ice cream?" Kata itu berhasil membuat Naya menatap Erza penuh selidik. "Beneran?" Tanya Naya memastikan. Erza pun hanya menganggukan kepalanya pasti dengan senyuman manisnya. "Ya udah ayoo cepet jalaan Zaa.." Erza pun mulai menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah. Vero hanya bisa memandang kepergian Naya bersama Erza dengan pandangan tidak sukanya. "Lo cerdik Za!" Gumam Vero tersenyum miring, lalu mulai menjalankan motornya meninggalkan pekarangan sekolah. "Tapi gak bakalan lama" sambungnya. Di sisi lain Erza benar-benar menepati janjinya untuk membawa Naya ke sebuah kedai es krim. Naya duduk di salah satu meja menunggu Erza yang tengah memesankan ice krim untuknya. "In- "Kok rasa coklat?" Erza terlihat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. "Kan biasanya kamu suka yang rasa coklat," jawab Erza apa adanya. "Lain kali tanya dulu sama aku, jangan sok tau..." balas Naya sembari mengambil es krim yang Erza letakan di hadapannya. Erza mengambil posisi duduk berhadap-hadapan dengan gadisnya itu, sambil mengotak-atik handphonenya. "Bukanya sok tau, gue pikir itu ke sukaan kamu." sahut Erza yang tanpa sadar ia memakai kata 'gue' "Kamu marah?" "Nggak." "Kenapa pake 'gue'?" Erza mengerutkan keningnya namun masih tetap fokus pada ponselnya. "Kapan?" Tanya Erza polos. "Tadiiii Zaa!" "Kelepasan kali." Ucap Erza enteng. Namun di detik kemudian ekspresinya berubah dan mengalihkan pandanganya dari ponsel. Ia melirik Naya dan benar. Naya tengah memandang ke arahnya dengan ekspresi marah. "Mak--maksud aku, maaf aku kelepasan." Ralat Erza seraya menyimpan ponselnya dan menggenggam lengan Naya. "Aku juga minta maaf udah bikin kamu kesel..." Ucap Naya dengan ekspresi penyesalanya. Erza menghela nafas lega ternyata Naya mengakui bahwa ia sudah membuatnya kesal, Erza tersenyum dan meminta Naya untuk segera menghabiskan Es Krimnya karena hari sudah semakin sore. "Kamu gak beli?" Erza memandang k earah belakang Naya dengan memiringkan sedikit tubuhnya. "Nggak, aku gak suka ice cream." jawab Erza yang masih menatap ke arah belakang Naya. "Kamu liat apa?" Kepo Naya mengikuti arah pandang Erza, namun dengan cepat Erza menahan wajah Naya dengan menangkup wajah manis itu oleh kedua tangannya. "Erzaaa lepas ih...sakiit." protes Naya Erza melepaskan tanganya dan membiarkan Naya kembali memakan es krimnya. "Abisnya kamu lucu." Ucap Erza. "Udah abis yeaay.. kuy pulang." pekik Naya yang langsung menggandeng lengan Erza menuju mobil. Tak menunggu waktu lama Erza langsung saja menyalakan mesin mobilnya dan berlalu meninggalkan kedai es krim tersebut. Selama di perjalanan, tak ada satu kata pun yang Erza keluarkan bahkan ia menanggapi ocehan Naya hanya dengan senyuman dan sebuah elusan di kepala Naya. "Za, kamu mampir dulu yah ke rumah,," Erza terlihat berpikir keras sampai akhirnya Erza menolak permintaan Naya. "Aku gak bisa, maaf yah" sesal Erza yang langsung memarkirkan mobilnya di depan rumah Naya. "Kenapa gak bisa? Kamu mau kemana?" "Aku gak kemana-mana, cuma udah sore banget Nay..." Ucap Erza memberi penjelasan entah itu sebuah alasan. Naya mengangguk paham dan berlalu memasuki rumahnya. Sebelum meninggalkan kediaman Naya, Erza mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu. "Aland, malam ini gue ikut kalian" "Gimana sama Naya?" "Kalo dia tau, dia bakalan marah" balas Aland. "Dia gak tau, kalau pun dia tau berarti ada yang ngasih tau dia!" Balas Erza dan kembali memasukan ponselnya pada saku celana, kemudian memasuki mobilnya dan berlalu meninggalkan kediaman Naya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD