Kayhan Gahith Akbar

1376 Words
         Reina Agnella gadis manis dan supel, saat ini bekerja di salah satu perusahaan startup di Jakarta. Tujuh bulan yang lalu Reina tak sengaja menemukan informasi lowongan pekerjaan di AMAI corp  perusahaan asal Australia yang melebarkan sayapnya ke Indonesia. Entah mengapa Reina langsung tertarik ingin bergabung dengan perusahaan tersebut. Mungkin karna nama perusahaan tersebut, AMAI, sama dengan namanya Reina yang artinya hujan.       Mulanya ia sedikit ragu bisa diterima di perusahaan ini karna Reina tidak memiliki pengalaman kerja yang cemerlang. Setelah lulus kuliah di usia 21 tahun Reina sempat bekerja di salahsatu perusahaan lokal sambil menjalankan usaha konveksi yang dimulainya saat tingkat akhir. Setelah 2 tahun bekerja Reina memutuskan untuk mengundurkan diri agar bisa lebih fokus dengan usahanya. Hal tersebut tidak sia-sia karna hanya dalam waktu 2 tahun konveksi rumahannya telah berkembang pesat menjadi Garment yang memiliki banyak pegawai.       Itulah yang membuat Reina memutuskan kembali bekerja karna dirasa usahanya sudah stabil dan yang paling penting Reina perlu berbaur dengan orang baru akan traumanya cepat pulih. Terlebih dukungan dari Ibra dan Yasmin sahabatnya membuat keyakinan Reina untuk kembali ke dunia kerja semakin mantap. Semenjak lulus kuliah Reina memang memutuskan tidak ingin terlibat sedikit pun dalam urusan perusahaan keluarga. Ia ingin membangun karirnya sendiri. biarlah untuk perusahaan keluarga kakaknya saja yang mengurusi. Dan disinilah Reina saat ini, di ruangan yang cukup besar bersama lima rekan satu divisinya, menyelesaikan banyak laporan karena kabarnya minggu depan pemilik perusahaan akan datang ke Indonesia. Ya, meski sudah bekerja selama tujuh bulan di AMAAI tapi belum sekalipun Reina bertemu dengan pemilik perusahaannya karena biasanya managemen cabang di Jakarta di urus oleh Rendi asisten dari pemilik perusahaan ini.    *         Pagi ini Jakarta diguyur hujan, seorang laki-laki tampak menikmati setiap rintik air hujan dari balik kaca besar apartemennya. Hujan masih saja mengingatkannya pada seseorang yang enam tahun lalu pernah menjadi satu-satunya alasan untuk dia berjuang sampai ke Australia, meninggalkan keluarga yang ia cintai hanya untuk berjuang agar menjadi layak bersanding dengan cinta pertamanya atau lebih tepatnya satu-satunya gadis yang sampai saat ini masih begitu nyaman tinggal menetap dalam relung hatinya.         Tapi beginilah hidup tak semua bisa diraih. Saat kesuksesan bisa diraihnya dalam waktu lima tahun, sayangnya tak mampu membuat ia bisa meraih hati gadisnya. Dua tahun yang lalu sebuah foto yang diterimanya membuat ia menyadari bahwa dirinya tak lagi ada dalam hati gadisnya itu. Perjuangannya selama ini seakan sia-sia, takdir seakan tidak berpihak pada cintanya tapi dia sama sekali tak pernah menyesali keputusannya yang pernah begitu keras berjuang untuk gadisnya itu. Setidaknya meski tak bisa memiliki cintanya, ia masih bisa memberikan kebahagian dan kehidupan yang lebih layak untuk orang tua dan adik-adiknya.         Pada akhirnya ia tidak bisa terus menerus menghindari Jakarta, karna bagaimanapun cabang usahanya di Jakarta membutuhkan dirinya. Hari ini adalah hari kedua dirinya di Jakarta, rencananya pagi ini ia akan mulai memimpin perusahannya secara langsung. Agendanya pagi ini adalah rapat dengan para manager dan perwakilan setiap divisi sekaligus sebagai ajang perkenalan dirinya pada para karyawannya di Jakarta, karena semenjak AMAI membuka cabangnya di Jakarta, ia tidak pernah terlibat langsung dengan para karyawannya. Semua management di Jakarta ia serahkan sepenuhnya pada asistennya. Karena saat itu ia merasa belum sanggup menginjakan kakinya di Jakarta, terlebih dengan hatinya yang masih sangat terluka.         Pagi ini Reina disibukan mengurus berbagai persiapan untuk rapat pertama dengan CEO perusahaannya, kebetulan dirinya yang ditunjuk untuk mewakili divisinya dalam rapat tersebut. Semua orang tampak sudah hadir di ruang rapat menunggu kehadiran sang CEO.  “Rein, lo tau katanya CEO kita itu juga asli orang Indonesia loh dan ganteng banget, tapi sayangnya sikapnya sangat dingin dan cuek” itu suara Mira dari divisi marketing, ratu gosipnya AMAAI, Reina hanya tersenyum menanggapi kalimat yang diucapkan Mira sampai tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka menampakan sang CEO. Reina yang melihat sang CEO langsung membulatkan matanya, bukan karena ia terpana dengan ketampanannya seperti yang diucapkan Mira, tapi karena dia adalah sosok yang mati matian ingin Reina lupakan.         Ya dialah KAYHAN GAHITH AKBAR, Sosok yang ia rindukan sekaligus ia benci yang pernah menjadi alasan ia tertawa dan menangis. Mengapa dari sekian banyak manusia di muka bumi ini harus Kayhan yang menjadi CEO diperusahaan tempatnya bekerja. Tanpa terasa mata Reina mulai berkaca-kaca mengenang kenangannya bersama kayhan dulu, ia langsung mengalihkan pandangannya dari sang CEO, ia sama sekali tak ingin terlihat lemah di depan kayhan. Reina mencoba menahan gejolak dalam dirinya, setidaknya ia harus bisa bertahan sampai rapat ini selesai. * Kayhan memasuki ruang meeting bersama sekretaris dan asisten priadinya. Ia pun mulai memperkenalkan diri di depan para karyawannya, saat ia mengamati karyawan-karyawannya secara tak sengaja pandangannya bertemu dengan gadis yang begitu ia rindukan, Reina Agnella Astrajingga, gadis manis yang berhasil membuat dunianya jungkir balik. Ada rasa senang menyelimuti hatinya melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa ia baik-baik saja. Tapi ada rasa kecewa juga bahwa bukan dirinyalah yang selama ini bisa menjaga dan menemani gadis itu secara langsung.         Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Waktu tak bisa diputar ulang. Penyesalan pun saat ini sia-sia saja. Melihat gadis itu baik-baik saja harusnya cukup membuatnya lega. Dirinya harus bisa mengesampingkan masa lalu dan bersikap biasa saja. “Tuhan mungkin tidak mentakdirkan kita sebagai pasangan, tapi bukan berarti juga kita tidak bisa berteman bukan?” begitulah kalimat yang Kayhan suarakan pada dirinya sendiri. Kayhan bertekad ingin menjalin pertemanan dengan Reina, Namun saat ia akan menyapanya dengan sebuah senyuman, gadis itu malah membuang pandangannya membuat hati Kayhan merasa kembali sakit. Sepertinya Reina sudah benar-benar membencinya, bahkan ia memilih menjadi orang asing yang seperti tak saling mengenal, itu jelas menunjukan bahwa disini hanya dirinyalah yang menyimpan rindu. Kayhan menyadari cara yang digunaknnya dulu untuk mengakhiri hubungan mereka memang sangat kekanak-kanakan. Pantas saja membuat Reina berbalik membencinya.         Kayhan pun mencoba kembali focus memimpin rapat, mengesampingkan perasaannya yang kembali gundah. Sama sekali tak pernah dibayangkannya kalau ia akan kembali bertemu dengan Reina secepat ini. Takdir sepertinya kembali ingin mempermainkan perasaannya.         Kayhan kembali pada sifat dingin dan tegasnya saat memimpin rapat. Mendengarkan dengan seksama laporan dari setiap divisi. Kejelian dan ketelitiannya membuat hampir semua staff yang melakukan presentasi mendapatkan kritikan pedas darinya. Kayhan mampu melihat setiap kesalahan sekecil apapun membuat para peserta rapat menjadi bertambah tegang. Hingga tibalah giliran Reina melakukan presentasi. Suasana yang hening membuat Reina semakin bertambah panik. Ia mencoba menarik nafas dalam-dalam guna sedikit merileks kan pikirannya. Dalam hati ia meyakinkan dirinya sendiri kalau penyakit GAP nya sudah sembuh dan tidak boleh kambuh sekarang, terlebih lagi Kayhan tidak boleh melihatnya dengan kondisi yang menyedihkan. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan Kayhan. Hingga pada akhirnya Reina tampak bisa bernafas lega karena bisa melewati situasi itu, terlebih sang CEO juga terlihat puas dengan kinerja tim nya. Hal itu terlihat dari tidak adanya kritikan pedas yang dilontarkannya seperti pada divisi lainnya.         Saat rapat selesai, kelegaan jelas terpancar dari raut wajah seluruh peserta rapat tak terkecuali dengasaat  Reina, tapi itu tidak berlangsung lama karena pada detik selanjutnya ia mendengar sebuah perintah.“Reina, ikut ke ruangan saya sekarang” ucap Kayhan tegas. Dengan terbata Reina pun menjawab “ba..baik pak”. “Ngapain bos manggil lo Rein? Bukannya gak ada masalah ya dengan laporan lo malah gue lihat laporan lo yang paling sempurna". Sambil mengatuk ngatuk kan telunjuk di dagunya seperti tampak berpikir, lantas Mira pun kembali berkata "Ahh atau..... jangan jangan pak bos naksir lagi sama lo Rein” begitulah sederet pertanyaan yang di lontarkan Mira si ratu gossip AMAI. Sambil menggedikan bahu Reina pun menjawab “Mana gue tau”, lantas ia pun segera berlalu mengikuti langkah Kayhan yang sudah lebih dulu meninggalkan ruang rapat tanpa mempedulikan rasa penasaran Mira.         Jangankan Mira dirinya sendiri juga penasaran kenapa Kayhan memanggilnya secara khusus ke ruangannya, padahal dari struktural dirinya tidak memiliki kapasitas untuk memberikan laporan langsung pada Kayhan. Tadi saat di ruang meeting Reina lihat Kayhan tampak biasa saja, malah terlihat seperti tidak saling mengenal. Sikap Kayhan yang seperti itu membuatnya kian menyadari bahwa hubungan mereka dulu sepertinya sudah tak berbekas dihati Kayhan.  "Lo harus tau diri Rein, jangan berharap lagi. Lagian Lo kan udah punya Ibra juga" ucapnya pada diri sendiri. Setidaknya ia merasa lega melihat Kayhan baik-baik saja bahkan sangat sukses. "Sepertinya impian kamu udah terwujud Kay" ucapnya lagi dengan sebuah senyum tipis yang tak disadarinya. Sekarang ia harus bisa membiasakan diri bahwa hubungan yang ada antara mereka hanyalah atasan dan bawahan. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD